9
penyusunan psikoedukasi berbasis strategi self-enhancement dan self- protection
untuk membuat remaja lebih dapat mengendalikan perilaku seksual mereka.Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat
memberikan gambaran dan pemahaman mengenai perilaku seksual pada remaja
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Seksualitas
1. Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah aktivitas yang disertai dengan tanda fisiologis dari gairah seksual yang melibatkan tubuh dalam ekspresi dari
erotis dan rasa kasih sayang Rathus, Nevid, Pearson, 2008. Menurut Sarwono 2003, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang
dalam khayalan atau diri sendiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual.
2. Perilaku Seksual dalam Relasi Romantis
Dalam relasi romantis, perilaku seksual bersifat meningkat atau progresif Broderick, 2003, mulai dari foreplay yaitu interaksi fisik yang
secara seksual dapat menstimulasi dan merupakan tahapan awal dari hubungan seksual, diikuti dengan berciuman, bersentuhan, menstimulasi
dada, oral-genital-stimulation, dan hubungan seksual. Berciuman, menyentuh organ genital, dan oral-genitalcontact dapat menjadi perilaku
11
seksual yang berdiri sendiri dantidak selalu sebagai pendahulu hubungan
seksual Rathus, Nevid, Pearson, 2008.
Dalam perilaku seksual, penentu utama dari gairah seksual dan respon seksual adalah perasaan pasangan dan kualitas dari hubungan
alih-alih teknik yang digunakan Colson et al, 2006. Pasangan lebih mengalami kesenangan yang sama dalam perilaku seksual ketika mereka
sensitif terhadap kebutuhan seksual masing-masing dan menggunakan teknik yang membuat keduanya merasa nyaman Rathus, Nevid,
Pearson, 2008.
3. Perilaku Seksual pada Remaja
Perilaku seksual pada remaja meningkat selama beberapa tahun belakangan ini Santrock, 2003.Meningkatnya perilaku seksual pada
remaja menimbulkan kekhawatiran tentang tingginya risiko kehamilan yang tidak diinginkan Aneesh Simmons, 2007dan penyakit menular
seksual Turner Moses,1989,
terutama penyakit yang menakutkan dan mematikan yaitu AIDS Moore Roosenthal, 2006. Terdapat hasil
penelitian yang menyebutkan bahwa banyak remaja yang mengabaikan risiko kehamilan dan tertular penyakit seksual
Timor Listyaningsih, 2012.
Hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang atau negara- negara dengan tingkat kemisikinan yang tinggi dan rendahnya tingkat
pendidikan Holschneider Alexander 2003. Walaupun sudah ada banyak teknik kontrasepsi yang tersedia saat ini, akan tetapi tingkat
12
kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja menunjukkan bahwa mereka mengabaikan penggunanan kontrasepsi. Studi terbaru dari
penggunaan kondom di banyak negara menunjukkan bahwa banyak anak muda
menggunakannya secara
tidak konsisten
atau tidak
menggunakannya sama sekali Holschneider Alexander 2003; Rosenthal et al 1998; Smith et al 2003.; Sneed et al. 2001.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksualpada Remaja
a. Internal
Perilaku seksual dapat disebabkan oleh faktor internal atau dari dalam diri individu sendiri. Faktor internal ini merupakan
kumpulan faktor, termasuk kualitas, kemampuan, pengetahuan, sikap, dan perilaku, yang ada pada individu dan secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi perilaku. Faktor internal ini dibagi menjadi biologis, kognitif, dan psikologis
Kotchick, Shaffer, Miller, Forehand, 2001
. Secara biologis, remaja mengalami perubahan dalam hal
seksual yaitu matangnya kelenjar hipofisis yang merangsang pengeluaran hormon kelamin Mönks dkk, 1996. Perubahan
hormonal ini meningkatkan dorongan seksual pada remaja yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu
Sarwono, 2003. Selain itu, Hurlock 1990 mengungkapkan bahwa remaja mulai peduli dengan daya tarik seksual dan mulai