94
affirming reflections tidak dapat memprediksi perilaku seksual
pada remaja. 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi defensiveness
dengan perilaku seksual pada remaja laki-laki. Hal ini berarti bahwa strategi self-affirming reflections tidak dapat memprediksi
perilaku seksual pada remaja laki-laki. Namun, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi defensiveness dengan
perilaku seksual pada remaja perempuan.Hal ini berarti defensiveness
yang tinggi dapat memprediksiperilaku seksualyang tinggi pada remaja perempuan. Sebaliknya, defensiveness yang
rendah dapat memprediksi perilaku seksualyang rendah pada remaja perempuan.
B. Saran Penelitian
1. Bagi Remaja
Berdasarkan hasil penelitian di atas, remaja perlu untuk menyadari bahwa memiliki pandangan terhadap diri yang positif
belum tentu dapat mencegah remaja terlibat perilaku seksual. Oleh karena itu, baik untuk tetap terus melihat kelemahan yang ada pada
diri dan terus memperbaiki kelemahan yang ada dalam diri sehingga lebih menganal diri,lebih memiliki prinsip, tujuan, dan
nilai-nilai sehingga dapat mengendalikan diri untuk tidak terlibat perilaku berisiko seperti perilaku seksual yang tinggi, dan tidak
95
mudah terpengaruh untuk terlibat perilaku seksual yang tinggi. Selain itu, bagi remaja kususnya perempuan baik untuk tidak
menghindari pandangan yang negatif mengenai diri. Dengan menerima aspek positif dan negatif dalam diri, remaja khususnya
perempuan tidak takut akan penolakan. Oleh karena itu, tidak mudah terbujuk untuk melakukan perilaku seksual yang tinggi dan
lebih dapat mengendalikan perilaku seksual.
2. Bagi Orang Tua dan Pendidikan di Lingkungan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian di atas, orang tua dan pendidik di lingkungan remaja dapat berperan untuk memberikan evaluasi
akan hal-hal positif pada anak, tanpa melupakan untuk terus memberikan masukan mengenai hal negatif yang msaih perlu
dikembangkan dan diperbaiki. Orang tua dapat melihat kelebihan yang dimiliki oleh anak remajanya dan memberikan pujian atas
kelebihan tersebut. Namun, penting untuk orang tua untuk mengatakan yang sesuai dengan kenyataan sebenarnya atau tidak
dibuat- buat dan diimbangi dengan saran akan aspek-aspek dari diri yang masih perlu dikembangkan agar remaja tidak cenderung
narsistik yang dapat membawa pada tingkat perilaku seksual yang tinggi. Demikian halnya, dengan pihak pendidik di lingkungan
remaja, dapat memberikan program pelatihan untuk tidak melakukan defensiveness atau menghindari pandangan negatif
mengenai diri sehingga remaja dapat terus mengenal diri dan