Eksternal Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksualpada Remaja

16 Remaja mengembangkan sexual script pertama kali dari mendengarkan orang lain berbicara, menyerap budaya populer melalui menonton film, video atau televisi, membaca majalah dan buku. Dengan cara ini, remaja mengetahui perilaku seksual apa yang tepat dan perilaku seksual yang tidak pantas untuk dilakukan oleh seseorang dengan usia dan jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, ‘sexual script’ ini dapat mempengaruhi perilaku seksual yang dilakukan dalam relasi pacaran remaja pada setiap budaya. Di Indonesia sendiri terdapat ‘sexual script’ yang melarang adanya hubungan seksual pranikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan kegadisan sebelum menikah. Kegadisan seringkali dilambangkan sebagai “mahkota” atau “harta yang paling berharga” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan suami”. Hilangnya kegadisan bisa berakibat pada depresi walaupun tidak membawa akibat-akibat lain seperti kehamilan atau penyakit kelamin Sarwono, 2003. Hubungan seks di luar perkawinan tidak hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak boleh ada. Anggapan ini sangat dipengaruhi oleh ajaran agama, yang pada gilirannya menyebabkan sikap negatif masyarakat terhadap seksualitas. Orang tua dan pendidik menjadi tidak mau terbuka atau berterus terang kepada anak-anak. Anak-anak tidak didik tentang seksualitas karena takut kalau-kalau anak-anak itu menjadi ikut-ikutan mau melakukan 17 hubungan seksual sebelum waktunya sebelum menikah. Seksualitas menjadi tabu untuk dibicarakan walaupun dengan orang tuanya sendiri. Orang tua yang tidak membicarakan seksualitas dengan anaknya dan relasi orang tua dan anak yang berjarak membuat anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman dalam usahanya untuk memahami tentang seksualitas.

5. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksualpada Remaja

Menurut Levay Valente 2006 dan Sarwono 2007 bentuk perilaku seksual meliputi: a. Berpegangan tangan Berpegangan tangan adalah saling memegang tangan pacar. Berpegangan tangan tidak menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya. b. Berpelukan Berpelukan adalah meraih pacar ke dalam dekapan kedua tangan yang dilingkarkan. c. Berciuman di pipi kening Berciuma di pipi kening adalah melekatkan bibir ke pipi kening pacar. 18 d. Berciuman di bibir leher Berciuman di bibir adalah saling melekatkan bibir. Terdapat dua jenis berciuman di bibir yaitu berciuman dengan bibir tertutup dan berciuman dengan bibir terbuka. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah disebut dengan frenchkiss. Terkadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam atau deep-kissing. Selain itu, juga terdapat ciuman di sekitar leher atau melekatkan bibir ke leher pasangan yang sering disebut dengan necking. e. Menggerayangi digerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaian Menggerayangi digerayangi tubuh pacar dalam keadaan masih berpakaianadalah merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang- kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. f. Menggerayangi digerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaian Menggerayangi digerayangi tubuh pacar dalam keadaan tidak berpakaianadalah merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang- kadang daerah kemaluan dalam kondisi telanjang. 19 g. Ditempel menempelkan tubuh danatau alat vital ke tubuh pacar Ditempel menempelkan tubuh danatau alat vital ke tubuh pacar meruupakan perilaku menempelkan dan menggesek- gesekkan organ kelamin. Perilaku ini juga sering disebut dengan petting . h. Hubungan Seksual Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.

6. Dampak Tingginya Perilaku Seksual pada Remaja

Secara psikologis, dampak yang diakibatkan oleh tingginya perilaku seksual pada remaja adalah perasaan bersalah, depresi, perasaan takut, berdosa dan marah Sarwono, 2003. Sedangkan secara fisiologis dapat berdampak pada terganggunya kesehatan, risiko kehamilan dan kematian bayi yang tinggi, dan tertular penyakit seksual. Secara sosial dapat berdampak pada cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya Sarwono, 2003. Dampak tingginya perilaku seksual pada remaja diperparah dengan kondisi fisik, kognitif, dan mental emosional mereka sedang berkembang pesat. Keadaan tersebut membuat seringnya perilaku seksual yang