95
mudah terpengaruh untuk terlibat perilaku seksual yang tinggi. Selain itu, bagi remaja kususnya perempuan baik untuk tidak
menghindari pandangan yang negatif mengenai diri. Dengan menerima aspek positif dan negatif dalam diri, remaja khususnya
perempuan tidak takut akan penolakan. Oleh karena itu, tidak mudah terbujuk untuk melakukan perilaku seksual yang tinggi dan
lebih dapat mengendalikan perilaku seksual.
2. Bagi Orang Tua dan Pendidikan di Lingkungan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian di atas, orang tua dan pendidik di lingkungan remaja dapat berperan untuk memberikan evaluasi
akan hal-hal positif pada anak, tanpa melupakan untuk terus memberikan masukan mengenai hal negatif yang msaih perlu
dikembangkan dan diperbaiki. Orang tua dapat melihat kelebihan yang dimiliki oleh anak remajanya dan memberikan pujian atas
kelebihan tersebut. Namun, penting untuk orang tua untuk mengatakan yang sesuai dengan kenyataan sebenarnya atau tidak
dibuat- buat dan diimbangi dengan saran akan aspek-aspek dari diri yang masih perlu dikembangkan agar remaja tidak cenderung
narsistik yang dapat membawa pada tingkat perilaku seksual yang tinggi. Demikian halnya, dengan pihak pendidik di lingkungan
remaja, dapat memberikan program pelatihan untuk tidak melakukan defensiveness atau menghindari pandangan negatif
mengenai diri sehingga remaja dapat terus mengenal diri dan
96
mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang tidak takut akan penolakan dan kegagalan sehingga tidak mudah terpengaruh untuk
terlibat perilaku bermasalah seperti perilaku seksual yang tinggi . Selain itu, dengan pengenalan akan diri baik positif dan negatifnya
remaja menjadi menyadari akan kondisi dirinya dan lebih dapat
mengendalikan perilaku seksualnya. 3.
Bagi Peneliti Berikutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian moderator antara strategi self-enhancement dan self-protection,
penerimaan sosial, dan perilaku seksual. Terkait dengan konteks budaya, penelitian selanjutnya dapat mempelajari lebih dalam
mengenai strategi self-enhancement dan self-protectionkhususnya di budaya kolektif seperti Indonesia agar dapat lebih melihat dan
memahami kecenderungan individu di budaya kolektif dalam melakukan strategi self-enhancement dan self-protection.
Selain itu terkait dengan subjek penelitian,peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan subjek yang lebih
proporsional antara laki-laki dan perempuan sehingga lebih dapat menggambarkan perbedaan gender dalam hubungan antara strategi
self-enhancement dan self-protection dengan perilaku seksual pada
remaja. Penelitian selanjutnya juga dapat melakukan penelitian mengenai strategi self-enhancement dan self-protection dengan
perilaku seksual pada remaja pada tahap perkembangan yang lain.