Perilaku Seksual pada Remaja

13 merasakan campuran cinta dan nafsu birahi. Daya tarik ini mendorong remaja untuk terlibat dalam hubungan yang lebih intens dengan orang lain baik sesama maupun lawan jenis atau sering disebut dengan pacaran Collins, Welsh, Furman, 2009. Adanya dorongan seksual dan kebutuhan untuk menjalin relasi yang lebih intens dengan orang lain membuat remaja menyalurkan dorongan seksual kepada pacar Sarwono, 2003. Dalam hal kognitif, remaja memiliki pemikiran idealistis. Remaja mulai memikirkan tentang standar-standar ideal bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, mereka membandingkan diri sendiri dengan orang lain dengan standar-standar tersebut.Pada akhirnya, remaja menjadi dibingungkan dengan banyak standar ideal yang diadopsi. Selain itu, pemikiran remaja bersifat egosentris. Remaja dengan egosentris yang tinggi kemungkinan akan merasa bahwa dirinya spesial. Hal ini membuat remaja merasa bahwa dirinya unik dan dapat melakukan hubungan seksual tanpa takut akan kemungkinan hamil Santrock, 2003. Selain itu, faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah faktor psikologis. Pada masa remaja, remaja mengalami gejolak emosi yang pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran dan sosial. Di satu pihak remaja sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak remaja masih harus terus mengikut kemauan orang tua. Remaja yang tidak dapat 14 mengembangkan kemandirian mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan dan dapat terlibat perilaku seksual yang tinggi. Adapun faktor psikologis lain yang dapat mempengaruhi adalah self efficacy, self esteem , psychological distress, agama, personal risk , vulnerability, dan morality of sex Kotchick, Shaffer, Miller, Forehand, 2001 .

b. Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial budaya Kotchick, Shaffer, Miller, Forehand, 2001 . Keluarga dapat mempengaruhi aktifitas seksual remaja melalui struktur keluarga dan proses keluarga. Dalam variabel struktur keluarga, remaja yang tinggal dengan kedua orang tuanya merupakan faktor protektif terhadap perilaku seksual Jemmot Jemmot, 1992. Hal ini disebabkan remaja yang tinggal bersama orang tuanya jauh lebih diamati atau diatur dalam aktivitas sosialnya sehingga remaja kurang terlibat dalam perilaku seksual. Selain itu, terdapat penelitian yang menemukan hubungan antara Social Economy Status SES dengan risiko kehamilan pada remaja. Remaja yang hidup dalam kemiskinan akan cenderung memiliki pendidikan yang rendah. Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan akan risiko yang ditimbulkan dari tingginya perilaku seksual sehingga remaja