Perilaku Seksual Perilaku Seksual dalam Relasi Romantis

12 kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja menunjukkan bahwa mereka mengabaikan penggunanan kontrasepsi. Studi terbaru dari penggunaan kondom di banyak negara menunjukkan bahwa banyak anak muda menggunakannya secara tidak konsisten atau tidak menggunakannya sama sekali Holschneider Alexander 2003; Rosenthal et al 1998; Smith et al 2003.; Sneed et al. 2001.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksualpada Remaja

a. Internal

Perilaku seksual dapat disebabkan oleh faktor internal atau dari dalam diri individu sendiri. Faktor internal ini merupakan kumpulan faktor, termasuk kualitas, kemampuan, pengetahuan, sikap, dan perilaku, yang ada pada individu dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perilaku. Faktor internal ini dibagi menjadi biologis, kognitif, dan psikologis Kotchick, Shaffer, Miller, Forehand, 2001 . Secara biologis, remaja mengalami perubahan dalam hal seksual yaitu matangnya kelenjar hipofisis yang merangsang pengeluaran hormon kelamin Mönks dkk, 1996. Perubahan hormonal ini meningkatkan dorongan seksual pada remaja yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu Sarwono, 2003. Selain itu, Hurlock 1990 mengungkapkan bahwa remaja mulai peduli dengan daya tarik seksual dan mulai 13 merasakan campuran cinta dan nafsu birahi. Daya tarik ini mendorong remaja untuk terlibat dalam hubungan yang lebih intens dengan orang lain baik sesama maupun lawan jenis atau sering disebut dengan pacaran Collins, Welsh, Furman, 2009. Adanya dorongan seksual dan kebutuhan untuk menjalin relasi yang lebih intens dengan orang lain membuat remaja menyalurkan dorongan seksual kepada pacar Sarwono, 2003. Dalam hal kognitif, remaja memiliki pemikiran idealistis. Remaja mulai memikirkan tentang standar-standar ideal bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, mereka membandingkan diri sendiri dengan orang lain dengan standar-standar tersebut.Pada akhirnya, remaja menjadi dibingungkan dengan banyak standar ideal yang diadopsi. Selain itu, pemikiran remaja bersifat egosentris. Remaja dengan egosentris yang tinggi kemungkinan akan merasa bahwa dirinya spesial. Hal ini membuat remaja merasa bahwa dirinya unik dan dapat melakukan hubungan seksual tanpa takut akan kemungkinan hamil Santrock, 2003. Selain itu, faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah faktor psikologis. Pada masa remaja, remaja mengalami gejolak emosi yang pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peran dan sosial. Di satu pihak remaja sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak remaja masih harus terus mengikut kemauan orang tua. Remaja yang tidak dapat