Perbedaan Budaya dalam Strategi Self-Enhancement dan Self-

35 suka dibanding barat untuk self-enhancement yang eksplisit, interpersonal dan melanggar norma contoh: positivity embracement. Namun, lebih menyukai kognitif, intrapersonal, dan privat. Akhirnya, tidak ada perbedaan antara Cina dan UK dalam self-affirming reflections . Proses keseluruhan dari self-affirmation beroperasi di jalan yang sama antar budaya Hepper, Sedikides, Cai, 2013.

6. Perbedaan Gender dalam Strategi Self-Enhancement, Self-

Protection, dan Perilaku Seksual Penelitian mengenai strategi self-protection yaitu defensiveness selama ini belum menemukan kesimpulan. Searcy Eisenberg 1992 menemukan bahwa ketika individu mendapatkan bantuan dari orang lain, perempuan kurang defensive dibandingkan dengan laki-laki. Stamp, Vangelisti, Daly 1992 menemukan bahwa ketika individu diminta untuk mengingat interaksi khusus di saat individu lebih defensiv e, perempuan lebih melakukan defensiveness dibandingkan laki-laki. Selain itu, juga ditemukan bahwa laki-laki cenderung lebih melakukan defensiveness terkait dengan hal-hal fisik dan mental dan perempuan lebih defensive terkait dengan penampilan dan berat badan Futch Edwards, 1999. Akan tetapi, sejauh ini peneliti belum menemukan mengenai perbedaan gender dalam strategi self- enhancement . 36 Penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan cenderung melakukan defensiveness. Perbedaannya terletak pada konteks terjadinya defensiveness. Oleh karena laki-laki lebih berfokus pada pencapaian dan perempuan lebih berfokus pada relasi, laki-laki cenderung akan melakukan defensiveness terkait dengan pencapaian dan perempuan lebih terkait dengan relasi Guimond, Chatard, Martinot, Crisp, Redersdorff, 2006; Williams Best’s , 1982 . Dalam perilaku seksual, laki-laki lebih permisif terkait dengan perilaku seksual Oliver Hyde, 1993. Hal ini disebabkan terdapat ketidaksetaraan gender, laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan, sehingga laki-laki berkerja dan perempuan berada di rumah. Ketidaksetraan gender ini membuat perempuan merasa kurang bernilai dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan merupakan objek pemuasan seksual laki-laki Hekma dalam Oliver Hyde, 1993. Perempuan juga lebih berorientasi dengan kualitas hubungan dan kedekatan emosi, sedangkan laki-laki lebih berpusat pada tubuh Reiss, 1960. Selain itu, laki-laki juga lebih sering melakukan mastrubasi dibandingkan perempuan Oliver Hyde, 1993. Berdasarkan teori sociobiology ini disebabkan laki-laki secara rutin memproduksi sperma sedangkan perempuan hanya mengeluarkan satu telur setiap bulan sehingga mambuat laki-laki lebih banyak terdorong untuk melakukan perilaku seksual sedangkan perempuan hanya memiliki saatu telur 37 sehingga cenderung menjaganya dan tidak terdorong untuk terlibat perilaku seksual Trivers, 1972.

7. Pengukuran Strategi Self-Enhancement dan Self-Protection

Sejauh ini peneliti baru menemukan 1 alat ukur untuk mengukur strategiself- enhancement dan self-protection. Alat ukur tersebut adalah Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale yang dikembangkan oleh Hepper, Gramzow, dan Sedikides 2010. Terdapat dua versi Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale, yaitu: a. Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale Self-Enhancement and Self-Protection Strategies Scale merupakan skala yang menilai perbedaan individu dalam kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai macam perilaku yang merefleksikan strategi untuk self –enhance dan self-protect. Skala ini dikembangkan oleh Hepper, Gramzow, dan Sedikides 2010 yang terdiri atas 60 pernyataan yang menggambarkan pola tertentu dari pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Responden diminta untuk menjawab dari skala 1 yang berarti tidak mencerminkan karakteristik responden sampai 6 sangat mencerminkan karakteristik responden. Skala ini mengukur 3 strategi self- enhancement yaitu positivity embracement, favorable construals, dan self-affirming reflections. Skala ini juga mengukur 1 strategi self-protection yaitu defensiveness.