papan tulis dan spidol. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran
yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan menggunakan media modern, sebut saja media elektronik tentunya akan lebih menarik perhatian
daripada yang didapatkan dari guru saja. Guru tidaklah dipahami sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi dengan
posisinya sebagai peran penggiat dalam proses optimalisasi diri siswa untuk menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanent kualitas ideal harus
mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru
inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan danatau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik,
biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran”. Dengan demikian, komponen- komponen komunikasi pembelajaran menjadi komunikator, komunikan, pesan,
dan media.
5
Banyak guru yang memberikan pengajaran identik hanya dengan metode ceramah, ini berdasarkan pengalaman penulis sulit untuk dicerna oleh siswa.
Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan bahwa “apa yang saya dengar, saya
lupa”,”apa yang saya lihat, saya ingat”,”apa yang saya lakukan, saya paham”. Terdapat beberapa alasan yang kebanyakan orang cenderung
melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar dengan tingkat kecepatan
kemampuan siswa mendengarkan.
6
Selain hanya menggunakan metode ceramah, kebanyakan guru juga tidak memanfaatkan media yang ada seperti proyektor dan laptop, sehingga yang
terjadi hanya kejenuhan yang didapatkan oleh siswa karena hanya mendengarkan saja maka kira-kira hanya 20 saja informasi yang bisa
5
Ibid., h. 5.
6
Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Yappendis, 2009, Cet. VI, h. 1-2.
diingatnya. Sehingga pada saat diberikan soal-soal untuk di jawab hanya siswa yang memiliki intelejen tinggi saja yang dapat menjawab. Karena pengajaran
yang disampaikan kurang interaktif juga berdampak pada kurang aktifnya siswa dalam menguasai materi atau bahan ajar yang diberikan guru. Hanya
sebagian kecil saja siswa yang memiliki minat dan kemampuan intelejen tinggi saja yang aktif mencari, memahami materi dan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan atau tugas dari guru yang lain hanya menunggu dan menyalin jawaban temannya. Akhirnya dapat dipahami jika pada akhirnya siswa yang
mampu mencapai dan melampaui kriteria ketuntasan minimal KKM sangat minim sekali.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar lebih variatif, dalam proses pembelajaran perlu
adanya media pembelajaran, maka penulis bermaksud membahas dalam skripsi
ini, dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Film Dokumenter Tatacara Ibadah Haji Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan media audio visual yang berada di ruang multimedia.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran masih konvensional dalam menyampaikan materi sehingga kurang menarik dan
kurang memberikan kontribusi yang maksimal terhadap aktivitas siswa. 3. Kurangnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, siswa
hanya duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. 4. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum
menunjukkan hasil yang memuaskan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka penulis membatasi permasalahan yang ada
hanya pada penggunaan media audio visual yang masih kurang dimanfaatkan oleh guru sehingga hasil belajar siswa dalam hal ini hanya pada aspek kognitif
masih rendah pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau biasa disebut Al-Islam pada materi pokok Ibadah Haji pada siswa SMA Muhammadiyah
3 Jakarta kelas X.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran PAI pada materi pokok Ibadah Haji di kelas X di SMA
Muhammadiyah 3 Jakarta? 2. Apakah hasil belajar PAI pada materi pokok Ibadah Haji dapat
ditingkatkan dengan penggunaan media audio visual di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkapkan implementasi penggunaan media audio visual
dalam pembelajaran PAI pada materi pokok Ibadah Haji di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar PAI pada materi pokok
Ibadah Haji dapat ditingkatkan dengan penggunaan media audio visual di kelas X SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, terutama pada materi pokok Ibadah Haji dengan membuat siswa lebih aktif,
kreatif, dan inovatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan rasa syukur dan keimanan terhadap Allah SWT.
2. Bagi Guru
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam pemanfaatan media audio visual dan sebagai upaya memperkaya pemahaman tentang
media audio visual sebagai salah satu variasi strategi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai praktik pembelajaran
secara nyata di sekolah dan sebagai bukti pengamalan dari ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan di perguruan tinggi.
4. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk
perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta memberikan sumbangan kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran
khususnya bagi tempat penelitian dan sekolah lain pada umumnya.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Media Audio Visual
1. Pengertian Media Audio Visual
Istilah media audio visual merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita dimana kata media audio visual itu terdiri dari tiga kata yaitu media,
audio, dan visual. Adapun untuk lebih jelasnya peneliti jelaskan satu persatu, yang pertama adalah media selanjutnya adalah audio dan terakhir adalah
visual. Menurut Arif S. Sadiman, Kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.
1
Menurut Association for Education and Communication Technology AECT seperti dikutip Yusufhadi Miarso, Media sebagai segala bentuk dan
saluran untuk proses transmisi informasi.
2
1
Arief S. Sadiman, et. al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006, h. 6.
2
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004, h. 456.
Media yang berarti bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide,
pendapat atau gagasan yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Apabila media itu membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu
disebut media pembelajaran.
3
Selain itu Yudhi Munadhi dalam bukunya media pembelajaran sebuah pendekatan baru, juga mengatakan bahwa:
Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa
Arab, media disebut wasail bentuk jama dari wasilah yakni sinonim al- wasth yang artinya juga tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada di
antara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara wasilah atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa
juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang
lainnya.
4
Setelah melihat beberapa definisi di atas maka penulis dapat memahami bahwa media menurut istilah para ahli banyak yang mengartikannya menurut
pemahamannya masing-masing, akan tetapi bila dilihat dari segi bahasa media yang berarti perantara, pengantar, tengah, ataupun penghubung. Maka dari itu
menurut pemahaman penulis bahwa media itu merupakan sebuah perantara atau pengantar yang digunakan untuk mengantarkan sesuatu yang bisa di antar,
sebagai sebuah wasilah atau perantara untuk menyampaikan sesuatu. Menurut perkembangannya, dahulu media hanya dianggap sebagai alat
bantu mengajar guru teaching aids. Dan alat bantu tersebut hanya berupa alat bantu visual, namun pada sekitar abad ke-20 pengaruh teknologi audio masuk
dan melengkapi alat bantu visual sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids AVA.
5
3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 4.
4
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008, Cet. 1, h. 6.
5
Arief S. Sadiman, et. al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006, h. 7.