38 ditentukan pada langkah sebelumnya, melibatkan pihak yang
dinilai mampu memberikan bantuan pada siswa, mengikuti perkembangan dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang
telah diberikan kepada siswa dan melakukan referal atau alih tangan pada ahli yang berkompeten dalam menangani kesulitan
belajar siswa. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
diagnosa kesulitan belajar dilakukan melalui enam tahapan sebagai berikut: 1 menganaisa perilaku menyimpang sebagai gejala kesulitan
belajar serta analisa hasil prestasi belajar baik secara PAN maupun PAP, 2 melokalisasi kesulitan belajar pada bidang studi dan pokok
bahasan tertentu, 3 menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, 4 memperkirakan alternatif bantuan yang
akan diberikan, 5 menentukan kemungkinan cara mengatasi yaitu melalui pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, atau
program referal, dan 6 tindak lanjut yang berupa penerpan program bantuan, melibatkan berbagai pihak yang dinali mampu memberikan
bantuan, mengevaluasi bantuan yang diberikan dan melakukan referal pada ahli yang kompeten.
3. Siswa Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Blassic dan Jones Warkitri, 1990:83 menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi
39 akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal intelegensinya, tetapi
menunjukkan suatu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, atau pun fungsi motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti, dkk 1994: 4-5 menyebutkan kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai dengan adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh
yang bersangkutan, yang mungkin bersifat psikologis atau pun fisiologis dalamproses belajarnya.
Burton Abin Syamsuddin, 2004:307 mengidentifikasi siswa yang mengalami kesuitan belajar bila siswa tersbut menunjukkan
kegagalan failure tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Senada dengan pendapat ersebut, Abin Syamsuddin 2004:308
mendefinisikan kesulitan belajar sebagai situasi di mana siswa tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu.
Dari beberapa definisi di atas dapat simpulkan bahwa kesulitan belajar merupakaan keadaan di mana siswa mengalami hambatan dalam
proses belajar sehingga yang bersangkutan gagal mencapai kualifikasi hasil belajar tertentu.
40
b. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenali berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sugihartono, dkk 2007: 14 menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalmai kesulitan belajar sebagai
berikut: 1
Prestasi belajar rendah, ditandai dengan adanya nilai yang diperoleh di bawan standar yang telah ditetapkan di bawah nilai 6, mendapat
ranking terakhir di kelasnya. 2
Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, ditandai dengan sering mengikuti les tambahan tapi hasilnya tidak maksimal.
3 Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar maupun terlambat datang
ke sekolah. 4
Menunjukan sikap yang tidak peduli dalam mengikuti pelajaran, ditandai dnegan mengobrol dengan teman saat proses pembelajaran
berlangsung, makan di dalam kelas ketika mengikuti pelajaran. 5
Menunjukkan perikau menyimpang, seperti suka membolos sekolah, keluar masuk kelas ketika mengikuti pelajaran.
6 Menunjukkan adanya gelaja emosional yang menyimpang, misalnya
mudah marah, pemurung teriak-teriak ketika mengikuti pelajaran dan sebagainya.
Menurut Warkitri 1990: 85-86, individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
41 1
Hasil belajar yang dicapai rendah di bawah rata-rata kelompoknya. 2
Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah dibanding hasil belajar sebelumnya.
3 Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan. 4
Lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajar. 5
Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodo dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak
menyesal, dst. 6
Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
7 Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah
tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat dilihat berdasarkan manifestasi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik seperti mendapatkan nilai rendah,
mendapatkan nilai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, serta menunjukan perilaku yang menyimpang.
c. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Menurut Burton Abin Syamsuddin Makmun, 2003: 325-326, yang menjadi penyebab kesulitan belajar dapat berupa faktor internal,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri ndividu sendiri atau faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu.