Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                                                                                106 belajar yang dialami siswa.  Diagnosa kesulitan belajar siswa yang dilakukan
oleh  NS  bertujuan  agar  NS  dapat  mengetahui  kesulitan  belajar  siswa  serta faktor  yang  menyebabkan  kesulitan  belajar  tersebut  sehingga  dapat  diberi
bantuan  yang  tepat  untuk  mengatasinya.    Hal  ini  serupa  dengan  pernyataan Sugihartono,  dkk  2007:  148-149  menjelaskan  bahwa  kegiatan  mengenali
kesulitan  belajar  peserta  didik,  mencari  faktor  penyebab  kesulitan  belajar tersebut  sehingga  diharapkan  dapat  ditentukan  teknik  untuk  membantu
mengatasi kesulitan belajar tersebut dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar.
Namun  diagnosis  kesulitan  belajar  yang  dilakukan  NS  tidak  selalu melakukannya  secara  individu  pada  setiap  siswa  yang  mengalami  kesulitan
belajar.  Pendekatan  secara  personal  untuk  melakukan  diagosa  kesulitan belajar  pada  siswa  yang  menunjukkan  sikap  dan  atau  gejala  emosional  yang
kurang wajar. Seperti yang dialami oleh siswa berkesulitan belajar yang telah disebutkan  sebelumnya.  Dari  hasil  diagnosa  terhadap  siswa  tersebut  di  atas,
NS  dapat  mementukan  pilihan  tindakan  dengan  meminta  terlebih  dahulu melakukan kerja sama dengan guru BK memberikan layanan bimbingan dan
koseling  atau  psikoterapi  atau  dapat  langsung  memberikan  pengajaran perbaikan  matematika.  Hal  ini  sesuai  dengan  langkah-langkah  pelaksanaan
pengajaran  perbaikan  di  sekolah  yang  diungkapkan  oleh  Abin  Syamsuddin Makmun 2004:344, setelah penelaahan kembali kasus permasalahan belajar
siswa  dapat  diperoleh  dua  kesimpulan  pokok  yaitu  langsung  melaksanakan
107 pengajaran  perbaikan  atau  menempuh  layanan  bimbingan  belajar  dengan
bantuan guru BK. Melalui  diagnosa  kesulitan  belajar  NS  juga  mengetahui  jenis-jenis
kesulitan  belajar  siswanya.  Jenis  kesulitan  belajar  yang  ditemukan  NS  pada siswanya  adalah:  kesulitan  mengamati  gambar,  menerima  kesan,  mengingat
materi  yang  kurang  jelas,  serta  mudah  lupa.  Jenis-jenis  kesulitan  belajar tersebut  sesuai  dengan  klasifikasi  kesulitan  belajar  yang  dijabarkan  oleh
Samuel  Soeitoe  Kusno  Efendi,1987:  54,  yaitu:  1  kesulitan  belajar pemahaman,  2  kesulitan  mendapatkan  pengetahuan  dan  fakta,  3  kesulitan
menghafal, dan 4 kesulitan dalam pembentukan automatisme. Masih  dari  hasil  diagnosa,  NS  menyimpulkan  faktor-faktor  yang
menyebabkan  kesulitan  belajar  siswa.  NS  membedakannya  menjadi  faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar siswa. Kesimpulan ini sesuai
dengan  pembagian  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kesulitan  belajar  siswa yang  disebutkan  oleh  Koestor  Partowisastro  1984:  11  yaitu  1  faktor
internal  merupakan  faktor  yang  berasal  dari  dalam  diri  sendiri,  2  faktor eksternal  merupakan  faktor  yang  berasal  dari  luar  diri  seseorang.  Faktor
internal  penyebab  kesulitan  belajar  siswa  yang  ditemukan  oleh  NS  adalah: aktifitas belajar kurang, motivasi dan minat belajar matematika yang rendah,
faktor  emosi  yang  kurang  stabil.  Sedangkan  faktor  eksternal  penyebab kesulitan belajar siswa NS yaitu: keluarga dan cara penyajian materi oleh NS
sendiri  serta  kesalahan  keiasaan  elajar  siswa  yang  berupa  belajar  semalam suntuk menjelang ujian atau biasa disebut dengan ’wayangan’.
108 Langkah  selanjutnya  yang  dilakukan  NS  dalam  perencanaan
pengajaran  perbaikan  matematika  kelas  VIII  SMP  N  8  Yogyakarta  adalah dengan  menentukan  strategi  yang  akan  diterapkan  dalam  pengajaran
perbaikan.  NS  tidak  melakukan  penyusunan  program  atau  menentukan strategi  yang  akan  diterapkannya  dalam  pengajaran  perbaikan  secara  rinci
atau berdasarkan teori tertentu. NS hanya berpegang pada tujuan pelaksanaan pengajaran perbaikan matematika sendiri yaitu membantu siswa yang belum
mencapai  nilai  KKM  untuk  mengatasi  kesulitan  belajarnya  melalui penanganan  yang  tepat  sehingga,  menyadarkan  siswa  atas  kesalahan  belajar
sehingga di kemudian hari siswa tidak kembali mengalami kesulitan belajar. Hal  ini  hampir  serupa  dengan  strategi  dan  pendekatan  dalam  pengajaran
perbaikan  yang  dikemukakan  oleh  Abin  Syamsuddin  2003:  357  yaitu:  1 strategi  dan  pendekatan  yang  bersifat  kuratif  dengan  sasaran  pokok
membantu  siswa  yang  hasil  belajarnya  jauh  sekali  di  bawah  batas  KKM,  2 strategi  dan  pendekatan  yang  bersifat  kuratif,  dengan  sasaran  pokok  agar
siswa  dapat  meminimalisir  hambatan  yang  mungkin  akan  dialami  sehingga siswa  mampu  mencapai  nilai  KKM,  dan  3  strategi  dan  pendekatan  yang
bersifat  pengembangan  dengan  tujuanmembantu  siswa  agar  dapat  mengatsai hambatan-hambatan  atau  kesulitan-kesulitan  yang  mungkin  dialaminya
selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Setelah
melakukan perencanaan
pengajaran perbaikan
tersebut,langkah selanjutnya yang ditempuh NS adalah dengan melaksanakan pengajaran  perbaikan.  Pada  panelitian  ini,  untuk  membahas  pelaksanaan
109 pengajaran  perbaikan  dilakukan  juga  wawancara  dan  observasi  kepada  5
siswa  yang  mendapatkan  pengajaran  perbaikan.  Lima  siswa  tersebut  dipilih dengan  tambahan  kriteria  siswa  dengan  nilai  matematika  terendah.  Kelima
siswa  tersebut  adalah:  NA,  SU,  BS,MH  dan  DT.  Dari  hasil  penelitian diketahui  bahwa  pelaksanaan  pengajaran  perbaikan  matematika  kelas  VIII
RSBI SMP N 8 Yogyakarta dilakukan di ruang kelas yang sama dengan yang digunakan dalam proses pembelajaran reguler karena tidak ada ruangan yang
khusus  disediakan  untuk  melakukan  pengajaran  perbaikan.  Waktu pelaksanaan penagjaran perbaikan matematika ideal menurut NS adalah saat
jam  pulang  sekolah  atau  di  luar  jam  pelajaran  matematika,  namun  karena keterbatasan  waktu  seringkali  akhirnya  pengajaran  perbaikan  matematika
dilaksanakan  pada  dengan  menganbim  1  jam  pertama  dari  2  jam  pelajaran matematika.  Penemuan  ini  juga  dikuatkan  dengan  pernyataan  serupa  dari
subyek siswa. Melanjutkan
langkah-langakah yang
dilakukan pada
tahap perencanaan  pengajaran  perbaikan,  pada  tahap  pelaksanaan  pengajaran
perbaikan langkah pertama yang dilakukan adalah penelaahan kembali kasus. Menurut  NS  strategi  dan  tindakan  bantuan  yang  akan  diberikan  pada  siswa
harus dipastikan sesuai dengan karakteristik permasalah atau kesulitan belajar yang  dialami  siswa  agar  permasalahan  atau  kesulitan  belajar  tersebut  dapat
diatasi  sehingga  siswa  mampu  mencapi  hasil  belajar  yang  optimal.  Oleh karena  itu  selain  berdasar  pada  hasil  diagnosa  yang  dilakukan  pemilihan
tindakan  atau  alternatif  tindakan  yang  dilakukan  NS  juga  berdasarkan
110 masukan dari guru BK.  Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Abin
Syamsudin Makmun 2004:345 penelaahan kembali kasus dilakukan dengan tujuan  agar  memperoleh  gambaran  yang  lebih  definitif  mengenai  kasus
tersebut.  Sasaran  difokuskan  kepada  suatu  analisa  rasional  atas  hasil diagnosis  yang  telah  dilakukan  guru  mata  pelajaran  atau  atas  rekomendasi
dari pihak lain wali kelas atau guru. Langakah  selanjutnya  yang  dilakukan  NS  dalam  pelaksanaan
pengajaran perbaikan matematika kelas VIII RSBI adalah dengan melakukan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas ini dilakukan saat pengajaran perbaikan
hendak  dimulai.  Pengelolaan  kelas  yang  dilakukan  NS  berupa  penciptaan suasana  kelas  yang  santai  dengan  cara  tidak  melakukan  pengaturan  posisi
duduk,  siswa  dibebaskan  untuk  menentukan    posisi  duduk  mereka  NS  juga sesekali  melempar  guyonan  agar  suasana  belajar  tidak  tegang.  Hal  senada
ditemukan  juga  dalam  wawancara    dengan  kelima  subyek  siswa.  NA,  SU, BS,MH  dan  DT  mengaku  tidak  ada  pengaturan  posisi  duduk,  semua
menyatakan dibebaskan untuk menentukan posisi duduk mereka. NA dan SU senang dengan kebijakan ini keduanya biasa berganti-ganti teman sebangku.
Sedangkan BS, MH dan DT merasa biasa saja dan posisi duduk mereka saat pengajaran  perbaikan  sama  dengan  saat  pelajaran  reguler.  NA  merasa  pada
kelas pengajaran perbaikan lebih satai juga karena NS sesekali melemparkan lelucon.
NS  menggunakan  cara  mengajar  yang  sedikit  berbeda  dengan  cara mengajar  yang  biasa  dia  terapkan  pada    pelajaran  reguler.  Perbedaan  ini
111 terdapat  pada  metode  yang  diterapkan  NS  dalam  pengajaran  perbaikan.
Dalam satu kali pertemuan pengajaran perbaikan, metode yang diterapkan NS beragam,  mulai  dari  ceramah,  demonstrasi  dengan  menggunakan  alat  bantu
peraga,  diskusi,  tanya  jawab,  tutor  teman  sebaya  dan  pemberian  tugas. Temuan ini sejalan dengan dengan pendapat Sugihartono, dkk 2007 : 179 –
182  yang  juga  menyebutkan  metode  pemberian  tugas,  metode  diskusi, metode  tanya  jawab  dan  metode  tutor  sebaya  adalah  beberapa  metode  yang
dapat  diterapkan  dalam  pelaksanaan  pengajaran  perbaikan.  Sedangkan metode ceramah dan demonstrasi juga disebutkan oleh Sri Rumini 2003: 75
sebagai  bentuk  dari  beberapa  metode  pengajaran  perbaikan.  Beragamnya metode  mengajar  yang  diterapkan  NS  dalam  pengajaran  perbaikan  disukai
oleh  subyek  siswa,  mereka  mengaku  menyukai  metode  yang  diterapkan  NS karena  membuat  mereka  lebih  mudah  untuk  menangkap  materi  yang
diberikan  NS.  Selain  penggunaan  metode  mengajar  yang  beragam  NS  juga menambah  sumber  materi  yang  akan  diberikan  dalam  pengajaran  perbaikan
agar  dapat  diperoleh  variasi  dalam  pengajaran  perbaikan.  Namun  NS  tidak melakukan  pertimbangan  tertentu  dalam  menerapkan  metode  dalam
pengajran  perbaikan  ini,  metode  yang  digunakan  selalu  sama  pada  setiap pengajran perbaikan yang dilakukan subyek. Metode diskusi dan tutor teman
sebaya  sering  kali  timbul  begitu  saja  dalam  proses  pengajaran.  Dalam penelitian  diketahui  bahwa  NS  menggunakan  buku  lain  selain  buku  paket
sekolah  serta  mencari  tambahan  materi  berupa  variasi  soal  yang  diperoleh dari internet.
112 Dalam  penelitian  ditemui  bahwa  saat  pelaksanaan  pengajaran
perbaikan  NS  melakukan  penggalian  potensi  belajar  siswa  salah  satunya dengan  meminta  siswa  yang  dianggap  telah  mampu  dan  memahami  materi
yang  diberikan  untuk  membantu  temannya  yang  masih  mengalami  kesulitan dan juga dilakukannya diskusi antar siswa. Hal ini didukung pernyataan MH
yang  melakukan  mendiskusikan  satu  bahasan  dengan  temannya  sampai ditemukan  satu  titik  jawaban  atau  kesimpulan  dari  bahasan  dalam  diskusi
mereka tersebut.
                