Cara Mengukur Prestasi Belajar

32 c Menyususn norma penilaian dengan sistem penilaian A, B, C, D dan E. Contoh: Hasil ulangan semester Matematika SMP Kelas VIII dari 40 siswa, diperoleh SMI = 100, nilai tertinggi = 64, nilai terendah = 50, mean = 36,80, simpangan baku = 11,90. Tabel. 2 Norma Penilaian Skala Sigma Nilai Mentah Nilai M + 3,0 S M + 1,8 S M + 0,6 S M – 0,6 S M – 1,8 S M – 3,0 S 72,50 58,22 43,94 29,66 15,38 1,10 A B C D E Jika Ani dengan nilai mentah 64, maka mendapatkan skor A. Roni dengan nilai mentah 30 maka dia mendapatkan skor C dst. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah dalam Penilaian Acuan Norma adalah menghitung rata-rata dan simpangan baku nilai siswa, menentukan daerah skala sigma kurva normal dibagi dalam lima daerah skala sigma dengan jarak masing masing 1,2 S dan yang terakhir adalah menyyususn norma penilaian dengan sistem penilaian A,B,C,D dan E. 2 Penialain Acuan Patokan Sistem penilaian ini disebut juga dengan Penilaian Acuan Kriteria. Sugihartono, dkk 2007:132 mengartikan sistem 33 penilaian ini sebagai penialian yang dilaukan dengan membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tardif Muuhibbin Syah, 2004:201 menjabarkan Penilaian Acuan Patokan sebagai proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan berbagai perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik well defined domain behaviour sebagai patokan absolut. Dari kedua pengertian di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penilaian , terlebih dahulu ditetapkan kriteria yang disebut dengan “batas khusus” atau “tingkat penguasaan minimum”. Siswa yang mencapai batas lulus dapat melanjutkan untuk memperlajari bahan selanjutnya, sedangkan siswa yang belum mencapai batas lulus diberikan pengajaran perbaikanremidi hingga dapat menguasai bahan sehingga mencapai tingkat penguasaan minimum tersebut. Oleh karena itu, penilaian ini biasanya digunakan untuk menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran. Langkah – langkah dalam Penilaian Acuan Patokan dikutip dari http: www.file.upi.edu : a Menentukan terlebih dahulu presentase minimal penguasaan materi. 34 b Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai A,B,C,D, dan E yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing- masing siswa. Contoh: Misalkan presentase minimalnya adalah 60. Berarti bila jumlah soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar sedangkan siswa yang mencapai nilai kurang dari 60 memperoleh niali E atau F. Nilai-nilai A,B,C,D dan E ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai berikut: Tabel. 3 Pedoman Konversi Nilai Pedoman Konversi Tabel Konversi SMI=100 91 - 100 = A 81 - 90 = B 71 - 80 = C 61 - 70 = D 60 = E 91 - 100 = A 81 - 90 = B 71 – 80 = C 60 – 70 = D 60 = E Jika Budi mendapat skor 85, berarti dia mendapat nilai B, dan bila Diana mencapai skor 55 maka nilai yang dia dapat adalah E, dst. c Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam Penilaian Acuan Patokan adalah pertama menentukan presentase minimal penguasaan materi dan kemudian menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai A,B,C,D, dan E yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa. 35

2. Diagnosa Kesulitan Belajar

a. Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar

Sugihartono Sugihartono, dkk, 2007:149 menyebutkan bahwa diagnosa kesulitan belajar adalah kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik. Lebih lanjut Syahril 1991:45 mengemukakan pengertian diagnosa kesulitan belajar sebagai usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosa kesulitan belajar adalah suatu kegiatan memahami gejala dan penyebab kesulitan belajar siswa dan menetapkan bantuan yang akan diberikan pada siswa untuk mengatasi kesulitan belajarnya.

b. Prosedur Pelaksanaan Diagnosta Kesulitan Belajar

Sugihartono, dkk 2007: 165-170 menjabarkan prosedur pelaksanaan diagnosa kesulitan belajar sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi perserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Langkah ini adalah menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara menggali latar belakang kesulitan tersebut baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui analisis perilaku dan analisis prestasi belajar. 36 Analisis perilaku dapat dilakukan melalui observasi atau lapoan proses pembelajaran yang berupa cepat lambatnya siswa menyelesaikan tugas,kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran, peranserta dalam mengerjakan tugas kelompok, kemampuan kerjasama dan penyesuain soal. Sedangkan analisi prestasi belajar dapat dilihat dengan cara menghimpun dan menganalisis serta menafsirkan hasil belajar siswa baik yang diperoleh melalui Penilaian Acuan Norma PAN dan atau Penilaian Acuan Patokan PAP. 2 Melokalisasi letak kesulitan belajar Setelah menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka langkah selanjutnya adalah menemukan letak kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk menemukan bidang studi apa siswa mengalami kesulitan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan nilai rerata dari masing-masing bidang studi. Apabila nilai siswa di bawah nilai rerata maka disimpulkan siswa mengalami kesulitan pada bidang studi tersebut. Untuk mengetahui pada bagaian mana kesulitan yang dialami siswa dapat dilakukan dengan memeriksa hasil tes, bila siswa tidak dapat menjawab dengan benar padda suatu pokok bahasan tertentu maka dapat disimpulkan siswa mengalami kesulitan pada bagian tersebut. 37 3 Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar Langkah ini dilakukan dengan meneliti faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa internal dan dari luar diri siswa eksternal yang dapat mengahambat proses belajar siswa. 4 Memperkirakan alternatif bantuan Perkiraan alternatif bantuan ini mempertimbangkan kemungkinan apakah kesulitan yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi, alokasi waktu yang diperlukan untuk memberikan bantuan, kapan dan di mana bantuan diberikan, dan siapa yang akan memberikan bantuan tersebut apakah konselor, guru bidang studi atau pihak lain yang relevan. 5 Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya Langkah ini adalah untuk menentukan bantuan yanga kan diberikan pada siswa. Dalam menentukan bantuan ini perlu didiskusikan dengan pihak lain yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan. Rencana bantuan yanga kan diberikan harus sesuai dengan jenis kesulitan yang dihadapi siswa baik melalui pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling atau referal. 6 Tindak lanjut Langkah ini merupakan langakah terakhir dalam diagnosa kesulitan belajar yaitu memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program yang telah 38 ditentukan pada langkah sebelumnya, melibatkan pihak yang dinilai mampu memberikan bantuan pada siswa, mengikuti perkembangan dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan melakukan referal atau alih tangan pada ahli yang berkompeten dalam menangani kesulitan belajar siswa. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan diagnosa kesulitan belajar dilakukan melalui enam tahapan sebagai berikut: 1 menganaisa perilaku menyimpang sebagai gejala kesulitan belajar serta analisa hasil prestasi belajar baik secara PAN maupun PAP, 2 melokalisasi kesulitan belajar pada bidang studi dan pokok bahasan tertentu, 3 menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, 4 memperkirakan alternatif bantuan yang akan diberikan, 5 menentukan kemungkinan cara mengatasi yaitu melalui pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, atau program referal, dan 6 tindak lanjut yang berupa penerpan program bantuan, melibatkan berbagai pihak yang dinali mampu memberikan bantuan, mengevaluasi bantuan yang diberikan dan melakukan referal pada ahli yang kompeten.

3. Siswa Berkesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Blassic dan Jones Warkitri, 1990:83 menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi