98
B. Pembahasan Hasil Penleitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum melaksanakan penelitian
tindakan kelas, peneliti melakukan observasi dan pengamatan terhadap kemampuan menyimak cerita anak.
Pada siklus I, aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita anak masih rendah. Siswa masih belum sepenuhnya
memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa masih kurang bersemangat ketika proses pembelajaran. Beberapa siswa masih terlihat ramai dengan teman
sebangkunya, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, bahkan ada yang melamun. Siswa yang diminta menyampaikan pendapatnya terkait cerita anak
yang telah disimaknya juga masih merasa ragu-ragu. Hanya sedikit siswa yang berani mengangkat tangan ketika diminta guru menjawab pertanyaan dan
menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Sebagian besar siswa merasa kesulitan saat menyimak cerita anak yang
ditayangkan. Hal ini disebabkan karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi menyimak. Menurut Hunt dalam H.G Tarigan, 2008: 104
faktor yang mempengaruhi menyimak ialah: 1 sikap; 2 motivasi; 3 pribadi; 4 situasi kehidupan; dan 5 peranan dalam masyarakat. Selain
kurangnya motivasi dan siswa belum paham bagaimana sikap menyimak yang baik juga terdapat gangguan dari luar. Saat siswa sedang menyimak, terdapat
gangguan dari luar yaitu siswa kelas lain yang sedang berolah raga mengganggu siswa di dalam kelas yang sedang menyimak. Hal ini
99 menyebabkan konsentrasi siswa untuk menyimak menjadi terpecah. Setelah
selesai ditayangkan cerita anak, siswa diminta mengerjakan soal evaluasi, beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan soal sampai waktu habis. Hal ini
juga dikarenakan speaker yang akan digunakan ketika akan dilakukan proses pembelajaran sedang digunakan oleh guru lain, sehingga peneliti harus mencari
speaker lain yang menyebabkan waktu pembelajaran menjadi terganggu. Pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
menyimak cerita anak sudah baik. Siswa sangat aktif dan bersemangat ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa bersemangat untuk menjawab
pertanyaan dari guru, mengerjakan LKS, sampai mengerjakan soal evaluasi. Siswa sudah berani bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum
dipahami tentang cerita anka yang disimaknya. Siswa yang berani menceritakan kembali isi cerita di depan kelas juga sudah bertambah,
meskipun masih terlihat ragu-ragu. Siswa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyimak cerita
anak dengan baik. Sebagian besar siswa menuliskan hal-hal penting terkait cerita anak yang disimaknya. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan
dari guru sudah meningkat dengan baik. Siswa dapat menyelesaikan soal evaluasi sesuai dnegan waktu yang ditentukan guru. Kendala yang terdapat
pada siklus I, seperti kendala penggunaan speaker sudah diantisipasi dengan menyiakan jauh sebelum pembelajaran dimulai, sehingga waktu pembelajaran
tidak terganggu.
100 Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan berhasil apabila siswa telah
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 73. Indikator keberhasilan pembelajaran pada penelitian ini jika 75 dari jumlah siswa telah mencapai KKM yang
ditetapkan. Pada pratindakan, hanya 7 siswa atau sekitar 22,59 yang sudah mencapai KKM. Sedangkan, siswa yang belum mencapai nilai 73 sebanyak 24
siswa atau sebanyak 77,41. Pada siklus I, siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau sebanyak 35,48. Sedangkan, siswa yang belum
mencapai nilai 73 sebanyak 20 siswa, yaitu sebnyak 64,52. Pada siklus II, siswa yang sudah mencapai nilai minimal 73 sebanyak 26 siswa atau sebnyak
83,86. Sedangkan, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa atau sebanyak 16,14. Hasil dari penelitian ini sudah mencapai indikator yang
ditetapkan yaitu 83,86 lebih dari 75 siswa telah mencapai KKM. Seiring dengan peningkatan KKM, nilai rata-rata kelas juga mengalami
peningkatan yang signifikan. Pada pratindakan nilai rata-rata kelas yaitu 57,41. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 66,61, angka meningkat sebanyak 9,2 dari
pratindakan. Pada siklus II, nilai rata-ratanya yaitu 83,78 pada klasifikasi “sangat baik”. Nilai rata-rata siklus II meningkat 17,17 dari nilai rata-rata
siklus I. Pada siklus I masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 20 siswa, hal ini disebabkan belum maksimalnya proses
pembelajaran seperti, terdapat gangguan dari luar, beberapa siswa masih asyik berbicara dengan temannya, bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung,
dan kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi. Pada siklus II masih terdapat 5 siswa yang belum mencapai KKM. Kekurangan dari siklus I
101 sudah diperbaiki, seperti meminimalkan gangguan dari luar, membuat
pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan membuat kuis saat mengerjakan LKS supaya siswa lebih aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran, dan lebih mempersiapkan peralatan pendukung media film animasi supaya kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Namun, masih terdapat
siswa yang belum fokus saat menyimak cerita, hal ini menyebabkan masih ada siswa yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai kemampuan menyimak cerita anak mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Siswa yang mendapat nilai kurang pada kondisi awal meningkat menjadi baik pada kondisi akhir. Hal tersebut dikarenakan penggunaan media
film animasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, sehingga mempermudah siswa dalam
menyimak. Seperti yang dikemukakan Sudjana Rivai dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25 bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu: 1 pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2 bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3 metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi
kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; 4 siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
102 tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, terbukti bahwa penggunaan media, khususnya media film animasi dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada awalnya yang siswa merasa kesulitan untuk menyimak dan merasa kurang percaya diri untuk mengemukakan
jawabannya ketika guru memberi pertanyaan. Namun, ketika guru menggunakan media film animasi, siswa memperhatikan dengan sungguh-
sungguh sehingga siswa dapat menyimak cerita anak dengan baik. Penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan
menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 karena media film animasi memiliki beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut.
1 Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika
berdenyut. 2 Film dan video dapat menggambarkan suaru proses secara tepat yang
dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.
3 Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan
yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat
103 membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan
lingkungan. 4 Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video, seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke
dalam kelas. 5 Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 6 Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan. 7 Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame,
film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian
mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar Azhar Arsyad, 2009: 49-50.
Meskipun kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 telah mengalami peningkatan, namun masih terdapat 5
siswa yang belum tuntas atau nilainya masih di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa media film animasi belum dapat meningkatkan
kemampuan menyimak cerita anak dengan maksimal dikarenakan media tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut.
1 Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.
104 2 Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga
tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
3 Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan
diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri Azhar Arsyad, 2009: 49-50. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, kemampuan
menyimak cerita anak dapat ditingkatkan dengan media film animasi. Sudah lebih dari 75 siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 mencapai KKM, sehingga
penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus III dan dihentikan disiklus II.
C. Keterbatasan Penelitan