34 yang demikian itu, adalah anak yang mempercayai tokoh yang baik dan yang
jahat. Tokoh yang disukai anak-anka adalah tokoh yang berani, cerdik, dan
perkasa Nuraeni dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 109. Untuk memantapkan pemahaman anak terhadap tokoh-tokoh atau perwatakan pelaku dalam cerita,
pihak orang tua dan guru memberikan kegiatan apresiasi kepada cerita anak. 4 Mengandung Pendidikan Moral
Ditinjau dari tema cerita anak banyak manfaat yang diperoleh untukn pendidikan anak-anak. Cerita-cerita yang ditulis pengarang menitipkan pesan
kepada pembaca secara eksplisit dan implisit tentang moral. Tentang perkembangan moral anak-anak, dalam cerita dilukiskan pengarang menurut
perkembnagan moral yang realistis terhadap kehidupan anak. Cerita-cerita yang menyampaikan pesan pendidikan moral dengan label
teladan sikap berbudi atau budi pekerti menyajikan cerita yang memuat sikap anak yang berbudi. Cerita tersebut dimaksudkan untuk memberi teladan kepada
anak-anak guna membina ptibadinya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa cerita anak
memiliki kriteria. Kriteria cerita anak yaitu mengenai kesederhanaan bahasa, kesederhanaan alur, perwatakan tokoh, dan mengandung pendidikan moral.
Kriteria ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak-anak.
10. Pengertian Kemampuan Menyimak Cerita Anak
Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mampu berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat.
35 Kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu;
kekayaan yang dimiliki Budiono, 2005: 332.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia istilah menyimak memliki arti mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara seksama;
memeriksa dan mempelajari dengan teliti Budiono, 2005: 477.
Cerita anak adalah karangan imajinatif menganai kehidupa anak yang dapat ditilis oleh anak-anak ataupun orang dewasa Muh. Nur Mustakim, 2005:
13.
Berdasarkan pengertian kemampuan, menyimak, dan cerita anak di atas dapat disimpulkan pengertian kemampuan menyimak cerita anak adalah suatu
kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja pada sebuah cerita yang
menggambarkan kehidupan anak-anak.
11. Tahap-tahap Menyimak Cerita Anak
Menurut pendapat dari Strickland dan Dawson dalam H.G Tarigan, 2008: 31-32 menyatakan bahwa terdapat sembilan tahap menyimak, mulai
dari yang berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1 Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2 Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar
pembicaraan; 3 Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
36 4 Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5 Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya
memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja; 6 Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi
secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara;
7 Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan;
8 Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
9 Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
Hunt dalam H.G Tarigan, 2008: 35-36 mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak, yaitu sebagi berikut.
1 Isolasi Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-asppek individual kata
lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta- fakta, organisasi-organisasi khusus, begitupula stimulus-stimulus lainnya.
2 Identifikasi Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau
identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu. 3 Integrasi
Menginterpretasikan atau menyatupadukan sesuatu yang didengar dengan informasi lain yang telah disimpan dan rekam dalam otak.
4 Inspeksi Informasi baru yang telah diterima akan dikontraskan dan dibandingkan
dengan segala informasi yang telah dimiliki mengenai hal tertentu.
37 5 Interpretasi
Secara aktif mengevaluasi sesuatu yang didengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Penyimak pun menolak dan menyetujui serta
mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dnegan sumber- sumbernya.
6 Interpolasi Menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari
latar belakang pengetahuan dan pengalaman diri sendri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang terdengar.
7 Introspeksi Merefleksikan dan menguji informasi baru, penyimak berupaya untuk
mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya pada situasi itu sendiri.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahap- tahap menyimak dari beberapa pendapat tersebut yang tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, dan menanggapi. Jadi tahap-tahap menyimak cerita anak yaitu tahap mendengar
cerita anak, memahami isi cerita anak, menginterpretasi cerita anak, dan menanggapinya.
B. Media Film Animasi