TINJAUAN ISO 22000 JURNAL TI Vol 1 No 2 Juli 2011

156 , ISSN:1411-6340 untuk usaha yang terkait dalam rantai pangan 2. Memudahkan kerja bada usaha karena hanya menggunakan satu standar, sekaligus memudahkan badan sertifikasi 3. Memastikan standar dapat diperoleh dengan mudah di seluruh dunia, tanpa adanya monopoli oleh satu badan sertifikasi khusus. Menurut Friana 2005 keuntungan penerapan ISO 22000 bagi perdagangan internasional antara lain: 1. Semua organisasi yang telah memenuhi ISO 22000 memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing satu sama lain di kancah perdagangan bebas maupun perdagangan regional. 2. Adanya standar nasional maupun regional yang beragam dapat menciptakan batasan teknis terhadap perdagangan, meskipun selalu ada persetujuan politik untuk menangani kuota import. 3. Standar internasinal memiliki arti teknis yang penting dimana pesetujuan perdagangan politis dapat diperkirakan. International Organization for Standardization 2005 mengemukakan kriteria-kriteria dalam ISO 22000 terdiri atas: 1. Cakupan 2. Referensi regulasi 3. Definisi 4. Sistem Manajemen Keamanan Pangan 5. Tanggung jawab Manajemen 6. Manajemen Sumber daya 7. Perencanaan dan realisasi produk yang aman 8. Validasi, verifikasi dan pengembangan sistem manajemen keamanan pangan Menurut Thaher 2005, persyaratan ISO 22000 bersifat generik dan ditekankan penerapannya pada semua organisasi yang merancang dan menerapkan sistem manajemen keamanan yang efektif, tidak tergantung pada jenis, ukuran, dan organisasi yang disediakan. Selanjutnya Thaher 2005 mengemukakan bahwa organisasi yang bisa menerapkan satu atau beberapa tahap rantai pangan misalnya produsen pakan, petani, produsen bahan tambahan makanan, produsen pangan, pengecer, layanan pangan, jasa sanitasi, transportasi, penyimpanan, dan jasa distribusi serta organisai lain yang tidak secara langsung berada dalam rantai pangan seperti pemasok peralatan, penyedia bahan pembersih, bahan kemasan, dan bahan lain yang bersentuhan dengan pangan. Oleh karena sistem ini meliputi seluruh rantai pangan maka sering dinamakan sebagai sistem yang mampu menelusuri traceability suatu produk sepanjang rantai pangan atau from farm to table. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1. Skema penerapan sistem keamanan pangan pada tiap tahap produksi Sumber: Djaafaar, TF dan Siti Rahayu 2007 Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 Wawan Kurniawan 157 Gambar 2. From Farm to Table Sumber: Djaafaar, TF dan Siti Rahayu 2007 Pada Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat bahwa sepanjang rantai proses dari farm to table memerlukan manajemen yang baik. Manajemen penanganan sepanjang rantai tersebut sebagai berikut Thaher, 2005 : 1. GAP Good Agriculture Practices pada usaha pertanian 2. GHP Good Handling Practices pada kegiatan pascapanen. 3. GMP Good Manufacturing Practices pada kegiatan manufaktur 4. GDP Good Distribution Practices pada kegiatan distribusi 5. GRP Good Retailing Practices pada pengeceran barang 6. GCP Good Catering Practices sebagai petunjuk bagi konsumen

3. HARMONISASI ANTARA IS0 22000

DAN SISTEM MANAJEMEN LAINNYA Færgemand dan Anne-Marie Crowley 2005 mengemukakan ISO 22000 dapat diharmonisasikan dengan sistem manajemen lainnya seperti: a. Nestlé NQS b. McDonalds system c. FAMI-QS d. Eurepgap e. DS 3027 f. Kraft food system g. Aldi system h. MS system i. DS 3027 j. EFSIS k. Waiterose system l. GMP standard for Corrugated Solid Board m. AG 9000 n. Friesland Coberco FSS o. SQF p. GMP q. GTPz r. GMO s. GFSI Guide t. Irish HACCP u. ZTFGV v. ISO 14001 w. BRC x. ISO 9001 Harmonisasi dengan sistem-sistem tersebut diartikan sebagai adanya kesamaannya dengan prinsip ISO 22000, contohnya sistem Nestle NQS adalah sistem standar keamanan pangan untuk industri Nestle sendiri yang beberapa negara mengakuinya sehingga bagi Nestle sendiri penerapan ISO 22000 akan mudah karena prinsipnya keamanan pangannya hampir sama. Sedangkan untuk ISO 14000 harmonisasi dapat diterapkan terutama misalnya pada sistem penelusuran traceability terhadap proses produksi produk pangan yang tidak boleh mencemari atau merusak lingkungan. Untuk kaum muslim sistem yang dianut adalah sistem halal. Salah contoh dari sistem ini adalah apakah misalnya dalam penyembelihan ternak berdasarkan kaidah Islami. Perhatian terhadap sistem halal ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara Arab dan negara- negara yang penduduk Muslimnya banyak. Sementara Yahudi Kosher Dietary Laws merupakan sistem keamanan pangan untuk kaum Yahudi. www.yanoconsulting.comfilesSTLE.ppt 158 , ISSN:1411-6340 Berikut ini akan diberikan contoh perbandingan antara sistem manajemen ISO 22000 dengan ISO 9001 dan British Retail Consortium BRC.

4. PERBANDINGAN

ISO 22000 DENGAN ISO 9001, HACCP DAN BRITISH RETAIL CONSORTIUM BRC

4.1. Sistem Manajemen ISO 9001

ISO 9001 adalah standar internasional untuk sistem manajemen kualitas, Standar ini dapat diaplikasikan oleh tiap industri yang menghasilkan produk maupun jasa, dan tidak hanya berlaku bagi industri pangan. Tujuan utama sistem ISO 9001 adalah memenuhi kepuasan konsumen. Standar ini meliputi: 1. Cakupan 2. Referensi normatif 3. Definisi-definisi 4. Persyaratan sistem kualitas 5. Komitmen manajemen 6. Manajemen sumber 7. Realisasi produk 8. Pengukuran, analisis dan pengembangan. Sistem HACCP dapat diterapkan bersamaan dengan ISO 9001 karena keamanan produk adalah salah satu kriteria produk yang harus dipenuhi produsen pangan.

4.2. Sistem HACCP

Sistem HACCP pertama kali dikembangkan pada tahun 1960 oleh Pillsburry Co., yang dirancang sebagai usaha untuk memasok bahan makanan bagi program ruang angkasa AS. Selanjutnya konsep HACCP mengalami berbagai perkembangan yang dimulai tahun 1971 atas rekomendasi National Academy of Science US NASA . Sistem HACCP telah disahkan secara meluas ke seluruh dunia oleh berbagai organisasi dunia. Sampai saat ini terdapat beberapa standar untuk sistem HACCP, diantaranya standar yang dikeluarkan oleh Codex Alimentaris Commision CAC dan National Committee on Microbiological Criteria for Food NACMCF. Di Indonesia penerapan sistem HACCP menggunakan standar SNI 01- 4852-1998 Thaheer, 2005 Inti dari sistem HACCP sendiri pada prinsipnya adalah: 1. Pengukuran pencegahan preventive measure 2. Pengawasan proses in process inspection 3. Pengawasan dan pengendalian produk Terdapat beberapa hal penting yang menjadi dasar dalam pengaplikasian suatu sistem HACCP, yaitu:

a. Prinsip Dasar dalam HACCP

Prinsip HACCP harus distandarisasi sehingga dapat memudahkan dalam pengaplikasiannya oleh industri pangan dan juga memudahkan pemantauan penerapan HACCP oleh instansi yang berwenang termasuk pihak industri itu sendiri. Secara umum terdapat tujuh prinsip dasar yang dikembangkan dalam HACCP. Ketujuh prinsip dasar tersebut menurut Fardiaz 1996, meliputi : Prinsip 1 : Analisis bahayapenetapan bahaya bahankondisi bahaya dan resiko penetapan bahaya, serta risiko yang berhubungan dengan bahan pangan mulai dari pemeliharaan, penanganan, pemilihan bahan baku dan bahan tambahan, penyimpanan bahan, pengolahan. distribusi, dan konsumsi Prinsip 2 : Menetapkan titik kendali kritis CCP Critical Control Point, yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya yang telah diidentifikasi. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis Critical Limit, yang harus dipenuhi untuk setiap CCP yang telah ditetapkan. Prinsip 4 : Menetapkan prosedur pemantauan untuk setiap CCP dan batas kritis, termasuk pengamatan, pengukuran dan pencatatan. Prinsip 5 : Menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan terhadap