Sistem Manajemen ISO 9001 PERBANDINGAN

Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000 Wawan Kurniawan 159 CCP dan batas kritis dari hasil pemantauan. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur penyusunan sistem pencatatan yang efektif sebagai dokumentasi dari rancangan HACCP. Prinsip 7 : Menetapkan prosedur verifikasi untuk menyakinkan, bahwa sistem HACCP sudah dilakukan secara efektif.

b. Langkah-langkah

dalam Perencanaan dan Penerapan HACCP Terdapat beberapa langkah yang umumnya dilakukan dalam Perencanaan dan Penerapan HACCP pada industri. Menurut Fardiaz 1996, aplikasi sistem HACCP terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: 1 Menyusun tim HACCP, dalam tim ini biasanya terdiri dari multidisiplin, seperti bidang teknik, produksi, jaminan mutu, dan lain-lain. 2 Membuat keterangan mengenal produk makanan deskripsi produk, termasuk cara formulasi, cara penyimpanan, dan lain-lain. 3 Identifikasi mengenai cara penggunaankonsumsi clan konsumennya termasuk jenis konsumen, seperti orang tua, orang sakit, anak-anak, bayi dan lain-lain. 4 Menyusun diagram alir mengenai proses 5 Verifikasi diagram alir Sedangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Prinsip 1 : Analisis bahaya Prinsip 2 : Identifikasi CCPtitik kendali kritis setiap proses Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP Prinsip 4 : Menetapkan cara pemantauan CCP Prinsip 5 : Menetapkan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan dari batas kritis. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur pencatatan yang efektif yang dijadikan sebagai dokumen sistem HACCP. Prinsip 7 : Menyusun prosedur verifikasi untuk membuktikan bahwa sistem HACCP telah berjalan dengan benar. Berikut diberikan contoh sangat sederhana pada penerapan HACCP pada pembuatan telor mata sapi di suatu warung makan. Proses ini terdiri dari: 1 Memecahkan telur 2 Memasukkan ke penggorengan 3 Diangkat dari penggorengan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Dalam contoh ini prinsip HACCP memperhatikan apakah telurnya misalnya terdapat bekas kotoran, dalam proses penggorengannya apakah penggorengannya higienis atau tergores mengelupas sehingga dapat mengkontaminasi ke telur, berapa kali minyak goreng dipakai, dan jika dimasukkan ke dalam plastik pada waktu masih panas dari penggorengan dapat mengakibatkan kontaminasi dari platik tersebut serta apakah ada rambut si petugas warung yang masuk ke dalam telur tersebut. Kalau dari contoh sederhana di atas saja sudah ada beberapa faktor yang menentukan kualitas pangan layak atau tidak dikonsumsi. Bisa dibayangkan tentu akan jauh lebih banyak lagi faktor penentu kualitas pangan dalam suatu industri pangan yang besar. 4.3. British Retail Consortium BRC Menurut UU Keamanan Pangan Inggris tahun 1990, pedagang atau distributor seperti halnya semua pihak yang terlibat dalam rantai pasokan pangan, memiliki hak untuk melakukan pencegahan yang tepat atas kesalahan dalam pengembangan, produksi, distribusi, promosi dan penjualan produk pangan ke konsumen. BRC adalah suatu organisasi perdagangan Inggris yang didirikan atas prakarsa beberapa pemilik perusahaan supermarket atau swalayan di Inggris, yaitu Tesco, Mark Spencer dan Sainsbury’s. Tidak semua memiliki supermarket atau swalayan menjadi standar BRC sebagai persyaratan dagang. Organisasi ini menetapkan berbagai persyaratan bagi produsen atau pemasok produk pangan yang ingin menjual produknya di supermarket Inggris BRC, 2006 dalam Friana 2006.