Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok Rina Fitriana 179
Peramalan pembelian = rata-rata pembelian = Sedang
Peramalan pembelian rata-rata pembelian =Kurang
Contoh If Then Rule Peramalan 9 rule
If peramalan penjualan baik, peramalan pembelian baik then peramalan baik.
Gambar 8. Input Peramalan Hasil Input Peramalan Pembelian dan
Penjualan berdasarkan hasil SPK adalah Baik.
Penentuan Kualitas Rantai Pasok
Penentuan kualitas rantai pasok ditentukan oleh empat faktor, yaitu :
1. Transaksi pembelian dan penjualan
baik, sedang,kurang 2.
Resiko mutu susu tinggi, sedang, rendah
3. Peramalan baik, sedang, kurang
4. Transportasi baik,sedang, kurang
Berdasarkan nilai dari keempat variable tersebut maka dapat ditentukan Kualitas
Rantai Pasok Baik,Sedang,Kurang
Contoh If Then Rule Rantai Pasok 81 rule
If rasio transaksi pembelian dan penjualan baik, resiko mutu baik, peramalan baik,
transportasi baik then rantai pasok baik. Gambar 9. Kualitas Rantai Pasok
Hasil Kualitas
Rantai Pasok
berdasarkan SPK adalah Baik.
Validasi Model SPK KPS
Model SPK KPS divalidasi dengan menggunakan
teknik Face
Validity Sargent,1999 yaitu dengan jalan meminta
pendapat para pakar yang merupakan manajemen dari koperasi pengolahan susu
X Jawa Barat. Prosedur validasi dilakukan dengan
cara memberikan
penjelasan mengenai model SPK KPS dalam bentuk
presentasi dan
demo program
dan dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya
jawab.
Verifikasi Model SPK KPS
Resiko penurunan
mutu yang
tertinggi terdapat pada petani susu, ketersediaan truk susu dan waktu angkut.
Petani susu adalah unit pasok yang berisiko paling tinggi terhadap penurunan susu.
Penanganan
resiko mutu
didasarkan agregasi nilai resiko setiap unit rantai
pasok. Penanganan di petani menjemput sendiri susu ke petani, pengawasan
pemuatan susu meminimumkan waktu angkut, mengevaluasi jumlah trip dan
menjamin ketersediaan truk. Penanganan di koperasi
dilakukan pengawasan
pembongkaran susu,
pendinginan, kemudian pengawasan pemuatan susu.
Penanganan di pabrik meningkatkan mutu perawatan
dan kebersihan
peralatan, sedangkan
penanganan di
industri pengolahan
susu pengawasan
pembongkaran susu dengan baik.
180 , ISSN:1411-6340
5. KESIMPULAN
Usulan Sistem Pendukung Keputusan SPK dari rantai pasok koperasi susu di
Jawa Barat terdiri sub model transaksi penjualan dan pembelian, resiko mutu susu,
peramalan, transportasi dan Rantai Pasok.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Arnold, J. R dan S. N. Chapman,
2004. Introduction to Materials Management,
Upper Saddle River. New Jersey.
[2] Austin, J.E, 1981. Agroindustrial
Projet Analysis, The John Hopkin,
Marylnd. [3]
Brown, JG, 1994. Agroindustrial Investment and Operation
, The World Bank, Washington.
[4] Chopra, Sunil et.al, 2007. Supply
Chain Management
Strategy, Planning
Operations .
Third Edition,
Pearson International
Edition, New Jersey. [5]
Eriyatno. 2003.
Ilmu Sistem:
Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen
, Jilid 1, IPB Press. [6]
Gasperz, Vincent, 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma
, PT
Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
[7] Hadiguna Rika Ampuh, Marimin,
2007. Alokasi Pasokan Berdasarkan Produk Unggulan untuk Rantai
Pasok Sayuran Segar , Jurnal Teknik
Industri, Vol 9, No.2, Desember 2007, 85-101
[8] ICH
Harmonised Tripatite
Guidelines, 2005. Quality Risk Management.
International Conference on Harmonisation of
Technical Requirement
for Registration of Pharmaceuticals for
Human Use. [9]
L. Niu, J. Lu dan G. Zhang, 2009. Cognition-Driven Decision Support
for Business
Intellegent ,
Springerlink.com, Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, [10]
Sargent, Robert G, 1998, Verification and Validation of Simulation Model,
Proceedings of the 1998 Winter Simulation Conference, pp.122-128.
[11] Stefanovic, N. dan D. Stefanovic,
2009. Supply
Chain Business
Intelligence, Technology, Issues and Trends
in M. BramerEd.: Artificial Intelligence.LNAI
5640. IFIP
International Federation
for Information Processing.
[12] Vercellis Carlo, 2009. Business
Intelligence: Data
Mining and
Optimization for Decision Making, Italia: John Wiley Sons, Ltd.
[13] Vorst, J.G.A.J. van der, 2004. Supply
Chain Management: Theory and Practice
. Di dalam T.Champs, P. Diederm,G.J Hofstede,B.Vos Eds.
The Emerging World of Chain Networks,
Elsevier, Hoofdstuk.
Penerapan Simulasi Pada Perusahaan Berbasis Lean Arie Respama Putra 181
PENERAPAN SIMULASI PADA PERUSAHAAN BERBASIS LEAN
Arie Respama Putra
Alumni Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, Sekolah Tinggi Manajemen Industri
ABSTRACT
Lean Manufacturing is an approach to make the system efficient using the waste reduction. The approach is conducted by understanding the general picture of the company
using the flow of information and materials in the production floor by creating value stream mapping. Lean Manufacturing is not only useful in the production floor; however it can be
implemented in various levels of company organization. However the simulation is a totally different discipline which can support applications in other disciplines. Using the simulation,
the implementation process of Lean Manufacturing can be conducted precisely and result in more alternative solutions in the production processes. Simulation has many types of tools, of
which the most popular one is the Pro Model. The tool tries to illustrate the model from the actual production process by conducting several simulations until the optimum solution can be
achieved for the Lean Manufacturing.
Keywords : Lean Manufacturing, Waste, Value Stream Mapping, Simulation
1. PENDAHULUAN
7
1.1. Latar Belakang
Dasar pemikiran
dari lean
manufacturing adalah
berusaha menghilangkan waste pemborosan di
dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep perampingan atau
efisiensi. Konsep
lean ini
dapat diaplikasikan pada perusahaan manufaktur
maupun jasa, karena pada dasarnya efisiensi selalu menjadi target yang ingin
dicapai oleh semua perusahaan. Untuk dapat mengaplikasikan konsep lean, maka
perusahaan
harus mampu
untuk mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen,
dan apa yang dipentingkan oleh konsumen. Pendekatan ini merupakan filosofi dasar
untuk mengoptimalkan performansi sistem manufaktur.
Toyota telah
melakukan identifikasi terhadap tujuh jenis aktivitas
utama yang tidak memiliki nilai tambah dalam bisnis maupun proses manufaktur
antara lain produksi berlebihan, waktu menunggu,
transportasi, persediaan
berlebihan, gerakan yang tidak perlu dan produk
cacat. Seluruh
kegiatan itu
Korespondensi : Arie Respama Putra
E-mail : arierespamayahoo.com
merupakan pemborosan waste yang dapat memperpanjang production lead time.
Lean sekarang telah diakui sebagai
salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
daya saing
dan meningkatkan efisiensi operasional, tapi
ada banyak praktisi lean yang tidak menyadari bahwa hasil dari penerapan lean
dapat diperoleh dengan cepat dengan penggunaan teknologi simulasi.