Sub Model Pencatatan Transaksi
174 , ISSN:1411-6340
Gambar 4. Input Transaksi Pembelian dan Penjualan c.
Sub Model Penilaian Resiko Mutu
Lebih dari 80 jumlah produksi susu segar dari peternak dijual ke IPS. Dasar
pijakan yang digunakan oleh para peternak dan IPS adalah apabila nilai TPC antara 10-
15 juta dan nilai TS sebesar 11,3, maka peternak akan memperoleh harga sebesar
Rp 1.825liter susu segar.
Pada sub model Penilaian Resiko Mutu dilakukan analisa terhadap penyebab
dari permasalahan yang terjadi. Pada proses ini terdapat pembuatan :
1. Diagram Fishbone
Diagram fishbone ini dilakukan dengan cara
brainstorming dari
pihak perusahaan yang berkaitan dengan
masalah cacat untuk menemukan penyebab-penyebab dari cacat yang
dihasilkan. 2.
Failure Mode Effect Analysis FMEA
Sumber-sumber resiko pada rantai pasok agroindustri susu diketahui
berdasarkan koperasi, pabrik susu dan konsumen susu. Pemicu resiko pada
agroindustri susu adalah kandungan protein, adanya antibiotic, makanan
sapi, kualitas susu. Pemicu resiko pada transportasi agroindustri susu adalah
kondisi jalan, ketersediaan truk dan pemuatan dan pemindahan susu dari
mobil. Pemicu resiko pengolahan adalah teknologi pengemasan kurang
baik, teknologi pengawetan susu kurang baik.
Gambar 5. Diagram Tulang Ikan Cacat Mutu Susu Kurang Baik
Sistem Pendukung Keputusan Rantai Pasok Rina Fitriana 175
Tabel 1 merupakan diagram FMEA untuk jenis cacat mutu Susu Kurang baik. Tabel 1. Diagram FMEA Untuk Jenis Cacat Mutu Susu Kurang Baik
No. Jenis
Kegagalan Penyebab
Pengaruh Buruk
Frekuen si
Bobot RPN
Tindakan Yang direkomendasikan
S O
D SxOxD
1 Dari petani
mutu Susu kurang baik
Tingginya kandungan
bakteri Total Plate Control
TPC Kandang,
Tangan manusia atau
Ember kotor Sering
5 5
5 125
Diberikan Standar Operating Procedur
di tingkat peternak. Sapi dimandikan,
tangan pemerah dicuci sebelum
memerah susu, ember dibersihkan.
2 Dari petani
mutu Susu kurang baik
Rendahnya Total Solid
Kurang konsentrat
makanan Sering
4 5
5 100
Sapi diberi makanan konsentrat, anggota
koperasi mendapat subsidi makanan
konsentrat
3 Dari petani
susu ditolak Susu
mengandung antibiotik
Sapi diberi obat yang
mengandung antibiotik
Jarang 3
3 4
36 Susu yang
mengandung antibiotik diberi
tanda agar dipisahkan untuk
diberikan ke anak sapi pellet
4 Kualitas
susu rusak dari KPS ke
IPS Segel yang
dipasang di KPS rusak
sebelum sampai ke
IPS Sopir dan
Kernet kurang
bertanggung jawab
Jarang 3
3 3
27 Sopir dan Kernet
diberi sanksi mulai dari SP I,II,III,
dipotong honor sampai dikeluarkan
5 Susu rusak
di jalan Terlalu lama
di jalan Penjadwalan
kurang baik Jarang
5 3
5 45
Penjadwalan diperbaiki
6 Yoghurt
susu pasteurisasi
cepat rusak di tangan
konsumen Susu tidak
tahan lama pada suhu
kamar Teknologi
pengemasan kurang baik
Sering 5
4 4
80 Teknologi
pengemasan diperbaharui
7 Kualitas
yoghurt kurang baik
Kurang terampil
dalam membuat
yoghurt yang berkualitas
SDM kurang terampil
dalam membuat
yoghurt Jarang
2 2
3 12
Diadakan pelatihan pembuatan yoghurt
yang berkualitas
8 Proses
pembuatan kemasan
kurang rapi SDM kurang
terampil dalam
membuat kemasan
SDM kurang terampil
dalam memakai
teknologi Jarang
4 4
4 64
Diadakan pelatihan untuk pegawai
pengemasan
Nilai Resiko Mutu untuk Severity, Ocu- rance, Detectability
Nilai 1-3 = Rendah Nilai 4-6 = Sedang
Nilai 7-9 = Tinggi Contoh If Then Rule Resiko Mutu Susu
9 rule If Severity Tinggi, Occurance Tinggi,
Detectability Tinggi then Resiko Mutu Susu Tinggi
176 , ISSN:1411-6340
Hasil penilaian
Resiko mutu
memperlihatkan bahwa beberapa kegiatan perlu dikelola dengan lebih baik lagi
dengan prioritas yang memiliki Resiko mutu yang paling besar dengan tindakan
rekomendasi diberikan Standar Operating Procedur
ditingkat peternak.
Sapi dimandikan,
tangan pemerah
dicuci sebelum memerah susu, ember dibersihkan.
Gambar 6. Input Transaksi Mutu Berdasarkan hasil SPK Resiko Mutu
Koperasi Pengolahan Susu terbesar adalah Sedang.