adalah banyaknya pesaing yang bergerak dibidang serupa dengan modal yang lebih besar.
Sedangkan untuk usaha-usaha yang baru dikembangkan seperti penggemukkan sapi potong maupun bidang anyaman, ketrampilan anggota UED-
SP dirasakan masih minim. Hal ini menyebabkan usaha seperti penggemukan sapi potong belum memberikan hasil yang maksimal. Selama ini kendala dalam
pengembangan anyaman ini adalah rendahnya ketrampilan para pengerajin terutama dalam diversifikasi produk serta bentuk produk yang ketinggalan zaman.
Sistem pemeliharaan sapi potongpun masih bersifat tradisional dengan menggembalakan sapi pada lahan-lahan sawah yang belum digarap.
6.2. Kapasitas Pengurus
Analisis kapasitas pengurus dilakukan untuk mencoba menganalisis aspek organisasi dari kelembagaan UED-SP. Dalam analisis aspek keorganisaasian, inti
kajiannya adalah peran roles, yaitu bagaimana kepengurusan UED-SP mampu untuk melaksanakan peran dan fungsinya.
6.2.1. Kara kterisitik Pengurus
Untuk mengembangkan UED-SP ini peranan pengurus sangat penting, karena maju dan berkembangnya suatu organisasi tidak terlepas dari peran
pengurus itu sendiri. Berikut karakteristik pengurus UED-SP di Desa Koto Teluk yang dipilih berdasarkan hasil musyawarah desa pada tanggal 11 Desember 2001.
Tabel 9. Karateristik Pengurus UED-SP Desa Koto Teluk Tahun 2005
No Nama
Jabatan Usia
tahun Pekerjaan
P endidikan
Pengalaman Organisasi
1 . Azrizal
Ketua 41
Dagang SLTA
Belum ada 2 .
Azir Sekretaris
43 PNS
P T Kelembaga
an Adat 3 .
Yunialida Bendahara
32 PNS
SLTA PKK
Sumber : Dokumen UED-SP.
Pengangkatan mereka sebagai pengurus disamping memperhatikan aspirasi dari masyarakat, juga karena mereka dipandang bisa mengembangkan
UED-SP dimasa yang akan datang. Jika melihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, pengurus diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
memajukan kelembagaan UED-SP. Disamping itu melihat dari pekerjaan yang
mereka tekuni, memungkinkan mereka mempunyai jaringan kerja yang cukup luas bagi pengembangan UED-SP.
Perkembangan UED-SP yang sedang berjalan boleh dibilang lamban jika kita lihat dari perkembangan modal yang tid ak bisa memenuhi kebutuhan anggota
akan bantuan modal. Hal ini disebabkan karena kesibukan para pengurus dan juga adanya perangkapan tugas dari pengurus. Apalagi sejak ketua sudah jarang ada di
tempat karena sering keluar daerah karena faktor pekerjaannya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh ibu VRW anggota UED-SP yang berprofesi sebagai
pedagang telur: “Sebenarnya para pengurus sekarang sudah lumayan, hanya saja
perkembangan modal sangat lambat padahal kebutuhan akan modal sekarang sangat besar. Mungkin para pengurus itu juga sibuk
mengurusi pekerjaan mereka sendiri sehingga kurang memperhatikan perkembangan UED-SP, yang penting bagi mereka
semua lancar -lancar saja, kalau ada uang mereka kasih kalau lagi tidak ada, ya harus menunggu dulu”
Pengurus juga mengakui keadaan tersebut, bapak Azrizal yang merupakan
ketua UED-SP merasa bersalah akan kesibukannya yang mengharuskan beliau jarang mengikuti kegiatan UED-SP.
“Ketika saya pertama dipilih, saya masih bisa ikut dan terlibat langsung dalam kepengurusan. Waktu itu saya masih kerja di
Kerinci. Akan tetapi sekarang saya harus dagang keluar daerah jadi jarang ada di kerinci, kalaupun ada paling tiga bulan sekali karena
ingin menjenguk keluarga. Saya merasa tidak enak sama pak Azir, selama ini dia yang sibuk karena saya tidak bisa hadir pada tiap
tanggal 15. Saya juga sudah minta agar saya diganti saja, tapi mereka tidak setuju saya berhenti. Kata mereka jika saya mau
berhenti, mereka juga mau berhenti”
Melihat kondisi UED -SP yang sekarang serta kesibukkan para pengurusnya, perlu kiranya ada penyegaran pengurus agar usaha UED-SP bisa
berkembang dengan baik. Akan tetapi penyegaran ini bukannya tanpa hambatan, walaupun sumber daya manusia di Desa Koto Teluk cukup besar, akan tetapi ada
keengganan dari masyarakat untuk menjabat posisi di kelembagaan seperti UED- SP. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh pak Azrizal:
“Kalau ada yang mau, sebenarnya saya dari awal saya tidak mau jadi ketua. Resikonya berat, secara materi saya tidak dapat apa-apa
dari menjadi ketua. Akan tetapi karena itu amanah maka saya mau jadi ketua. Kadang-kadang saya tersinggung kalau ada yang merasa
saya dan pengurus menggelapkan dana UED-SP. Demi allah tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk berbuat demikian.
Sekarang kalau saya mau diganti, saya malah senang. Tidak ada lagi yang berburuk sangka sama saya. Tapi itulah masyarakat,
bisanya mengkritik saja. Kalau disuruh jadi pengurus semuanya menolak.
6.2.2. Kepemimpinan