berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk unggulan bagi Desa Koto Teluk.
2. Strategi W-O, yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk merebut peluang.
a. Peningkatan ketramp ilan UEP bagi anggota masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk adalah
rendahnya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Pada bidang kerajinan, rendahnya ketrampilan menyebabkan produk yang dihasilkan
tidak bervariasi dan cenderung monoton. Diversifikasi produk sangat dibutuhkan untuk bisa menjawab keinginan konsumen yang tiap hari
berkembang mengikuti perkembangan zaman. Selama ini kerajinan hanya menghasilkan tikar dan bakul saja dengan model yang tradisional.
Pemasarannyapun hanya sebatas masih sebatas memenuhi pesanan di tingkat kecamatan saja. Untuk kegiatan pengembangannya, usaha ini
memerlukan pelatihan bagi pelakunya agar memiliki ketrampilan dalam menghasilkan produk yang dapat bernilai jual lebih. Serta memperluas
pemasarannya tidak hanya sebatas pada tingkat kecamatan saja akan tetapi diusahakan pada tingkat kabupaten atau bahkan tingkat provinsi.
Kelembagaan UED-SP dapat dimanfaatkan sebagai fasilitator dalam menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang dapat memberikan
pelatihan guna meningkatkan ketrampilan masyarakat. Kelembagaan UED-SP juga dapat berperan dalam menyalurkan produksi kerajinan
ataupun produksi lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Koto Teluk.
b. Pemanfaatan lembaga keuangan mik ro yang ada di desa. Pada kegiatan perekonomian dengan skala modal yang kecil, keberadaan keuangan mikro
seperti UED-SP dan UP2K sudah sangat menolong. Modal yang berasal dari dua kelembagaan ini pada umumnya dimanfaatkan oleh para
pedagang dengan omset tidak terlalu besar seperti pedagang telur keliling, pedagang sayur keliling maupun para pengumpul bekatul untuk keperluan
pakan ternak. Akan tetapi untuk skala yang lebih besar, seperti dalam penyediaan modal bagi kegiatan pengembangan penggemukan sapi
potong, kedua lembaga tersebut belum bisa menyediakan modal dalam jumlah yang besar.
3. Strategi S-T, yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman. a. Diversifikasi produk. Penganekaragaman produk ini bertujuan agar terjadi
peningkatan pendapatan serta untuk menghindari ketergantungan pada pada satu atau dua produkjenis komoditi saja. Melalui diversifikasi para
petani berpeluang untuk meningkatkan pendapatannya antara lain dengan memilih komoditi yang menurutnya lebih menguntungkan dan sekaligus
res ikonya paling kecil. b. Meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan.
4. Strategi W-T, yaitu strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
a. Meningkatkan jaringan kerja baik dengan konsumen, mitra usaha maupun kelembagaan keuangan formal. Dalam konteks pengembangan kapasitas
komunitas serta penentuan sektor unggulan daerah, pemerintah lokal diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator. Dengan adanya peranan ini,
diharapkan seluruh stakeholder yaitu pemerintah lokal, swasta dan masyarakat mamp u mensinergiskan aktivitas pengembangan masyarakat
untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumberdaya lokal. Jejaring ini perlu dibangun
berdasarkan prinsip -prinsip kesetaraan, transparansi, kejujuran, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama yaitu untuk pengembangan
ekonomi lokal. Jaringan kerja tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam penyediaan modal usaha dan kerjasama dalam peningkatan ketrampilan.
Perumusan strategi melalui matriks SWOT dituan gkan dalam Tabel 12.
7.3. Penyusunan P rogram
Setelah beberapa strategi tersebut dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi prioritas yang akan dilakukan dalam rangka penguatan
kelembagaan UED-SP dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk. Perumusan Strategi prioritas dilakukan melalui diskusi kelompok terarah yang
melibatkan stakeholders yang terkait dalam penguatan kelembagaan UED-SP dalam pengembangan ekonomi lokal. Diskusi kelompok terarah ini dihad iri oleh
Pengurus UED-SP yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara, pengurus UED-SP ditingkat RT, Kepala Desa, Kabag Ekonomi dan Pembangunan
Kecamatan Hamparan Rawang, Ketua BPD, tokoh masyarakat dan tokoh adat, perwakilan dari anggota serta pengkaji sendiri.
Dari beberapa strategi yang ada, melalui diskusi kelompok disepakati empat strategi yang merupakan prioritas guna menguatkan kelembagaan UED-SP dalam
mengembangkan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk. Empat strategi tersebut adalah :
7.3.1. Peng uatan Norma Lembaga Kepada Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara serta analisis terhadap permasalahan yang dihadapi oleh UED -SP, diketahui bahwa norma-norma yang ada dalam UED-SP
belum melembaga dalam kehidupan masyarakat. Hal ini bisa dimaklumi karena norma UED-SP merupakan norma yang baru sehingga masyarakat belum terlalu
mengetahuinya. Penguatan norma lembaga dimaksudkan untuk memperkuat rasa saling percaya di antara pengurus dan anggota maupun dalam membentuk suatu
kerjasama dengan lembaga lokal baik formal maupun informal dalam pengembangan ekonomi lokal.
Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi S-O 1, pemanfaatan UED-SP sebagai wadah pengembangan usaha
ekonomis produktif, dan strategi W-T 1, peningkatan pemah aman masyarakat tentang norma dan nilai-nilai pada UED-SP. Program ini juga sejalan dengan
strategi pengembangan ekonomi lokal yaitu strategi W-O 3, pemanfaatan lembaga keuangan mikro yang ada di desa dan strategi W-O 4, penguatan
kelembagaan UED-SP.
Kegiatan yang dapat dilakukan guna memperkuat norma kelembagaan UED-SP adalah :
1. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang UED-SP Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang
UED-SP, maka diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang status, fungsi UED-SP. Dalam kegiatan sosialisasi ini, pemanfaatan potensi lokal
menjadi sangat penting. Keterlibatan kelembagaan lokal dan tokoh-tokoh masyarakat akan sangat menunjang dalam penguatan norma-norma lembaga. Pada
masyarakat desa umumnya terjadi kondisi dimana masyarakat akan lebih menghormati dan menghargai siapa yang menyampaikan dari pada apa yang
disampaikan. Pernyataan ini menggambarkan betapa berpengaruhnya seorang tokoh dalam kehidupan masyarakat desa.
Di Desa Koto Teluk yang terdiri dari empat garis keturunan, akan sangat mudah mensosialisasikan sesuatu jika melalui tokoh adat seperti “ninik mamak”
yang diangkat oleh suatu garis keturunan tertentu pula. Kuatnya hubungan kekerabatan ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam mengu atkan
norma kelembagaan UED-SP. Sosialisasi norma UED-SP dapat juga melalui forum-forum pengajian yang rutin dilaksanakan ditiap-tiap RT setiap minggunya.
Norma-norma lembaga seperti gotong royong serta kebiasaan menabung akan sangat membantu dalam peningkatan modal UED -SP.
Kuatnya hubungan kekerabatan ini bisa dimanfaatkan dalam mengatasi kredit macet pada UED-SP.Para tokoh masyarakat juga dapat diikutsertakan
dalam menangani terjadinya kredit macet. Seperti diketahui bahwa salah satu kendala tidak berfungsinya lembaga secara optimal adalah adanya kemacetan
perguliran dana akibat dari kurang difahami tentang norma lembaga. 2. Mengadakan pertemuan rutin antara pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh-
tokoh dalam masyarakat Selama ini pertemuan yang dilakukan adalah sekali dalam sebulan, itupun
dikarenakan kegiatan peminjaman dan pengembalian pinjaman semata. Yang hadir juga terbatas pada anggota yang ingin meminjam dengan para pengurus
yang memberi ataupun menerima setoran dari anggota. Pertemuan rutin yang melibatkan pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh-tokoh dalam masyarakat
adalah guna memperkuat hubungan sosial di antara mereka. Hal ini diharapkan dapat meredam isu -isu ataupun permasalahan yang mungkin terjadi dalam proses
kegiatan UED-SP. Pertemuan rutin ini juga bisa dijadikan ajang pertukaran informasi tentang
pengembangan ekonomi lokal Desa Koto Teluk. Karena beragamnya mata pencaharian masyarakat, tentu beragam pula jejaring yang mereka miliki. Untuk
itulah melalui pertemuan rutin ini juga dapat dibicarakan tentang peluang-peluang usaha ekonomis produktif antar sesama masyarakat. Selain peluang-peluang usaha
juga dibicarakan tentang sumber-sumber yang bisa mereka manfaatkan. Dari diskusi disepakati untuk mengadakan pertemuan rutin antara
pengurus, anggota, masyarakat dan tokoh-tokoh dalam masyarakat setiap triwulan. Bertepatan dengan waktu penyetoran dan pengajuan pinjaman tiap bulan
yaitu setiap tanggal 15, dengan terlebih dahulu para pengurus menyebarkan undangan terutama kepada tokoh-tokoh masyarakat.
7.3.2. Penataan Manajemen UED-SP
Keberadaan suatu kelembagaan seperti UED-SP tidak terlepas dari harapan dari masyarakat untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pemb agian kerja yang jelas. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih atau perangkapan tugas. Untuk itu
diperlukan adanya kerjasama baik dari pengurus, anggota maupun dari masyarakat itu sendiri.
Fenomena diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tonny dan Utomo 2004 bahwa kelembagaan usaha produktif skala kecil dan menengah
lemah dalam: 1 merancang rencana kerja yang luwes, 2 manajemen dan administrasi secara profesional, 3 mengoperasikan dan melaksanakan tugas -
tugas kelembagaan secara efektif, dan 4 melanjutkan pendanaan secara efisien dan mandiri.
Program ini sejalan dengan strategi penguatan kelembagaan UED -SP yaitu strategi W-O 2, peningkatan kemampuan manajerial pengurus, strategi W-T 2,
penataan manajemen UED-SP dan strategi W-T 3, mengusahakan aspek legalitas hukum bagi kelembagaan UED-SP. Program ini juga sejalan dengan