Kelembagaan dan Organisasi Sosial

sistem pemerintahan. Walapun sangat jarang terjadi adanya rangkap kepemimpinan, akan tetapi pada beberapa orang ditemukan juga adanya fenomena tersebut.

4.6. Kelembagaan dan Organisasi Sosial

Kelembagaan sosial atau kelembagaan masyarakat merupakan norma- norma atau segala tindakan yang berkisar pada satu kebutuhan pokok manusia. Himpunan norma tersebut ada dalam segala tindakan yang mengatur manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya kebutuhan -kebutuhan tersebut akan melahirkan suatu kelembagaan yang bertujuan sebagai sarana yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan akan melahirkan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti sekolah. Kelembagaan bersifat dinamis dimana perubahan kelembagaan sesuai dengan perkembangan zamanmasyarakat dan penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah. Jika pada awalnya suatu lembaga muncul karena adanya ikatan -ikatan emosional antar warga, lambat laun ikatan emosional tersebut merubah menjadi alasan-alasan yang lebih rasional dengan pertimbangan ekonomis. Pertambahan penduduk sangat berpengaruh pada pola hubungan menjadi semakin komersil, hal ini karena adanya persaingan dalam mengakses terhadap sumber daya yang ada. Faktor perubahan kelembagaan dapat berasal dari internal lembaga itu sendiri berupa adanya perubahan pola pikir dari lembaga itu sendiri dan dapat berasal dari eksternal lembaga karena adanya hubungan antar lembaga sehingga terjadi transfer informasi, nilai baru dan teknologi yang mengarahkan pada terjadinya perubahan kelembagaan. Dalam melihat kondisi kelembagaan yang ada di Desa Koto Teluk dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lembaga Kekerabatan Solidaritas Lembaga yang berdasarkan kekerabatan ataupun solidaritas adalah kelembagaan rotong royong yang hidup dalam masyarakat karena adanya sikap saling tolong menolong antar anggota masyarakat. Sikap ini lahir karena adanya ikatan emosional antar masyarakat. Di Desa Koto Teluk ikatan kekerabatan masih sangat kental sehingga sikap tolong menolong menjadi bagian dari sendi kehidupan. Hubungan antar orang dalam gotong royong terjadi dalam kegiatan yang sifatnya pribadi seperti acara perkawinan maupun yang sifatnya kemasyarakatan seperti kebersihan lingkungan. Pada acara-acara pribadi seperti perkawinan, maka pihak yang mengadakan acara cukup mengutus beberapa orang dari anggota keluarga untuk mengundang secara lisan orang yang ada di lingkungan desa dan luar desa tentang acara yang akan dilaksanakan. Hubungan kelembagaan gotong royong yang ada di desa Koto Teluk dapat antar kelembagaan gotong royong yang ada di desa lain dalam mengerjakan kegiatan yang skalanya cukup besar seperti kegiatan pembuatan dam disepanjang sungai Batang Merao yang melewati hampir seluruh desa di Kecamatan Hamparan Rawang. Kegiatan pembuatan dam ini dilaksanakan secara bersama-sama tidak hanya oleh desa yang dilewati sungai saja akan tetapi dibantu oleh desa-desa lain yang ikut terkena dampak jika terjadi banjir akibat meluapnya sungai Batang Merao pada musim hujan. Sistem norma dan nilai pada kelembagaan gotong royong lebih didasarkan pada nilai kebersamaan dan solidaritas karena adanya ikatan kekerabatan yang ada. Kelembagaan ini bisa dimanfaatkan karena norma dan nilai pada kelembagaan gotong royong sejalan dengan norma dan nilai yang ada pada kelembagaan UED-SP. 2. Lembaga Ekonomi Lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Koto Teluk dapat berupa kelembagaan yang berbentuk organisasi seperti Koperasi Unit Desa, Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga UP2K dan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pin jam UED-SP itu sendiri. Walaupun secara kelembagaan Koperasi Unit Desa itu ada, akan tetapi pemanfaatannya tidaklah begitu optimal. Hubungan antara anggota dan pengurus terjadi sangat sedikit intensitasnya. Koperasi belum menjadi kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat desa Koto Teluk, masyarakat lebih memilih untuk mengunakan kelembagaan pasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pasar yang dipergunakan oleh masyarakat terletak di Desa Larik Kemahan untuk pasar kecamatan dan terletak di Sungai Penuh untuk pasar kabupaten. Adanya kelembagaan pasar yang walaupun tidak terletak di Desa Koto Teluk merupakan potensi yang sangat besar bagi pemasaran hasil kegiatan ekonomis produktif dari Desa Koto Teluk. Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam belumlah memberikan hasil yang maksimal. Terbatasnya pelayanan kredit bagi anggota menyebabkan beberapa anggota merasa kecewa atas lembaga ini. Disamping itu, manajemen yang belum memadai mengakibatkan sering kali pemberian kreditmodal usaha didasarkan atas pertimbangan kedekatan ataupun kekerabatan. Hal ini tentunya sering menimpulkan kesalahpahaman antar anggota dengan pengurus yang pada akhirnya dapat berujung pada konflik dalam masyarakat itu sendiri. Walaupun bentuknya merupakan lembaga simpan pinjam, akan tetapi dalam prakteknya tidak ada masyarakat yang menyimpan uangnya di UEDSP, sehingga perkembangan kegiatan simpan pinjam ini sangat bergantung pada modal awal ditambah dengan bunga yang diperoleh dari pinjaman anggota. Disamping itu, bantuan modal dari UED-SP dirasakan belum memadai terutama bagi masyarakat yang ingin membuka usaha baru. Selama ini UED- SP di Desa Koto Teluk lebih menitikberatkan pelayanannya bagi masyarakat yang telah memiliki usaha tetap untuk pengembangan usaha. Hal ini atas pertimbangan kelancar an pembayaran pinjaman semata. Fenomena ini tentunya tidaklah kondusif bagi pengembangan ekonomi lokal yang ada Desa Koto Teluk. Setiap masyarakat seharusnya diberikan kesempatan untuk memperoleh bantuan modal dari UED-SP, tidak terkecuali bagi mereka yang belum mempunyai usaha. Kelembagaan tradis ional yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk adalah kelembagaan arisan. Kelembagaan ini tumbuh di setiap RT yang ada di Desa Koto Teluk. Kelembagaan ini memiliki modal yang dapat dipinjam oleh anggotanya yang membutuhkan walapun jumlah modal yang dimiliki oleh kelembagaan ini relatif kecil. 3. Lembaga Adat Istiadat Sistem norma dan nilai yang dipakai dalam kelembagaan adat adalah ajaran agama Islam yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Minang Kabau. Istilah Adat Bersendi Syara’, Syara ’ Bersendi Kitabullah, sangat lekat dan mampu menggambarkan bahwa kebudayaan Islam mempunyai pengaruh yang kuat dalam kelembagaan adat ini. Masih berlakunya sanksi-sanksi adat untuk setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota masyarakat, menyebabkan kelembagaan ini tetap eksis bertahan dari tekanan modernisasi. Pola antar orang terutama anggota dalam kelembagaan adat sangat tergantung pada masalah yang sedang dihadapi, kelembagaan adat digunakan untuk penyelesaian masalah -masalah internal baik yang bersipat sosial seperti masalah perkawinan, pembangunan rumah maupun penyelesaian masalah yang ada seperti perselisih an antar warga dalam satu desa. Besarnya pengaruh dari kelembagaan adat ini bila dimanfaatkan dalam kegiatan penguatan kelembagaan UED-SP. Kepercayaan masyarakat terhadap kelembagaan adat ini merupakan modal sosial yang dapat dimanfaatkan dalam penyebarluasan norma-norma kelembagaan yang ada dalam UED-SP. Mengikutsertakan para tokoh-tokoh adat dalam kegiatan sosialisasi norma- norma UED-SP diharapkan adanya penerimaan dari masyarakat terhadap norma-norma UED-SP tersebut. Kelembagaan adat juga berhubungan dengan lembaga lain seperti pemerintahan desa maupun kecamatan, sehingga dapat dapat dijadik an jaringan kerja dalam penguatan kelembagaan UED-SP dalam kegiatan pengembangan ekonomi lokal. 4. Lembaga Kepemudaan Sebagai wadah kegiatan kepemudaan, Karang Taruna “Maju Bersama” di Desa Koto Teluk tidak lebih hanya sebagai tempat para anggotanya mengisi waktu luang mereka dan belum mampu menjadi sarana belajar bagi para anggotanya. Kegiatan -kegiatan yang dilakukan lebih bersifat rekreatif seperti kegiatan olah raga dan kesenian. Pelaksanaan kegiatannyapun lebih banyak pada saat hari-hari besar seperti perayaan hari kemerdekaan Indonesia maupun hari besar keagamaan. Berjalantidaknya kegiatan karang taruna ini sangat bergantung pada pengurus saja. Ketergantungan yang sangat besar pada pengurus menyeb abkan kelembagaan ini belum bisa mengatasi permasalahan pemuda, khususnya masalah ketenagakerjaan. Potensi yang dimiliki oleh kelembagaan kepemudaan ini sangatlah besar jika dilihat dari usia para anggotanya. Anggota karang taruna merupakan penduduk usia produktif muda 15-35 tahun yang akan sangat potensial bagi pengembangan ekonomi lokal yang ada. Melalui kelembagaan karang taruna dapat dibentuk suatu usaha ekonomis produktif yang disamping dapat meningkatkan pendapatan juga sebagai sarana belajar bagi para anggotanya. 5. Lembaga Keagamaan Kelembagaan yang dimaksudkan disini adalah kelembagaan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap aspek-aspek spiritual keagamaan seperti adanya Kelembagaan Majelis Taklim Masjid yang ada ditiap RT dan Dusun. Pola interaksi atau hubungan yang terjadi pada kelembagaan keagamaan sangat ditentukan oleh posisi seseorang dalam kelembagaan itu sendiri. Seorang imam ataupun buya akan sangat dihormati oleh anggota lainnya. Imam ataupun buya ini didalam perkembangannya akan menjadi tokoh-tokoh agama yang disegani oleh masyarakat. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan sosialisasi program kepada masyarakat. Berpengaruhnya para tokoh agama dapat dimanfaatkan dalam menyampaikan dan mensosialisasikan norma-norma kelembagaan UED-SP kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan -kegiatan keagamaan yang dilakukan. 6. Lembaga Pemerintahan Kelembagaan pemerintahan lahir karena adanya aturan pemerintah yang telah menetapkan norma-norma pemerintahan yang harus ditaati oleh masyarakat dan lembaga itu sendiri. Lembaga pemerintahan yang ada di Desa Koto Teluk adalah kelembagaan RT, dusun dan desa. Berlakunya otonomi daerah yang berimbas pada otonomi desa, sebenarnya memberikan peluang bagi desa untuk membentuk kelembagaan yang dapat mengekspresikan aspirasi masyarakat desa. Kelembagaan pemerintahan baik Pemerintah Desa maupun Badan Perwakilan Desa merupakan lembaga yang dapat dimanfaatkan bagi penguatan kelembagaan UED-SP. Kerjasama dengan lembaga pemerintahan dibutuhkan terutama dalam membentuk jaringan kerja dengan lembaga lain baik lembaga pemerintahan kecamatan maupun kabupaten, dan juga dalam mengakses informasi serta peluang pengembangan ekonomi lokal.

V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Untuk mengembangkan masyarakat menuju masyarakat yang lebih maju dan sejahtera, selama ini telah banyak program-program pengemban gan masyarakat yang dilaksanakan dari tahun ke tahun, baik yang bersumber dari pemerintah, swasta, dan juga bersumber dari masyarakat itu sendiri. Berhasil tidaknya program pengembangan masyarakat yang telah dilakukan selama ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat. Untuk mengetahui sejauhmana program-program pengembangan masyarakat yang telah ada mampu mempengaruhi atau memberdayakan masyarakat khususnya dalam hal peningkatan kemampuan, taraf hidup juga kapasitas masyarakat, perlu untuk mengevaluasi program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan. Program -program pembangunan yang menyertakan partisipasi aktif masyarakat ditingkat lokal menjadi pilihan oleh beberapa instasi pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat. Hal ini berjalan seiring dengan semangat otonomi daerah yang berusaha untuk mendelegasikan kekuasaan ketingkat yang lebih rendah. Akan tetapi semangat ini kadang justru menghasilkan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang terkesan terburu-buru dan sedikit dipaksakan. Kondisi ini justru membingungkan masyarakat yang menerima program pemberdayaan. Sering kali program pemberdayaan yang ada saling tumpang tindih. Dalam kajian ini, program pengembangan masyarakat yang akan dievaluasi adalah Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga UP2K yang merupakan salah satu program dari Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga PKK, dan Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam UED-SP. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat apakah UP2K dan UED-SP sebagai program pemberdayaan telah menyentuh subtansi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.