Perkembangan Modal Perkembangan Kegiatan

kegiatan-kegiatan yang lebih banyak bersifat konsumtif. Hal ini dikemukakan oleh bapak YZR seorang tokoh adat di Desa Koto Teluk : “Kadang anggota masyarakat menggunakan bantuan pinjaman UED-SP hanya untuk sekedar beli panci ataupun piring. Memang mereka dapat mengembalikan tepat waktu, akan tetapai alangkah lebih baik jika pinjaman tersebut digunakan oleh anggota lain yang benar-benar untuk berusaha. Kalau ditanya kenapa mereka meminjam hanya untuk membeli peralatan dapur, alasan mereka adalah, kalau tidak bisa minjam percuma kita menjadi anggota” Di samping itu keanggotaan secara otomatis ini akan menyulitkan dalam mensosialisasikan budaya menabung melalui UED-SP. Masyarakat yang menjadi anggota secara otomatis akan lebih sulit diajak menabung karena mereka merasa tidak terlalu membutuhkan keberadaan UED-SP. Mereka juga tidak terlalu peduli dengan perkembangan UED -SP.

6.3.2. Perkembangan Modal

Untuk melihat performa atau keragaan UED-SP yang mengelola dana bergulir, dapat dilakukan dengan mengkaji keragaan perguliran dana. Diharapkan dengan kelancaran perguliran ini akan ada penambahan modal bagi pengembangan usaha anggota lainnya. Tabel 10 menunjukkan performa perguliran dana dari tahun 2000 sampai 2004. Tabel 10. Perkembangan Modal Kegiatan Usaha Ekonomi Desa Di Desa Koto Teluk Sampai Tahun 2004 NO TAHUN Jumlah Modal Rp Penambahan Modal Rp Pertumbuhan 1. 2000 21.000.000 - - 2. 2001 22.580.400 1.580.400 7,53 3. 2002 25.380.400 2.800.000 12,40 4. 2003 28.555.650 3.175.250 12,51 5. 2004 31.508.150 2.952.500 10,43 Sumber : Dokumen UED-SP Desa Koto Teluk Tahun 2005. Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2003 dan 2004, UED-SP mengalami perkembangan yang lambat bahkan pada tahun 2004 mengalami penurunan pertumbuhan perkembangan modal. Keadaan ini disebabkan pada tahun 2003 sampai 2005, ada dua kelompok yang mengalami kemacetan dalam pengembalian pinjaman. Sehingga kedua kelompok tersebut tidak mendapatkan bantuan modal sebelum mereka melunasi tunggakan tersebut. Perguliran dana sangat dipengaruhi pengetahuan dan sikap anggota terhadap bantuan kredit yang diterima. Seperti yang telah dijelaskan di depan, bahwa pemahaman nasabah sangat terbatas terhadap program UED-SP dan kurang sosialisasi oleh pengurus. Tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh pada pemahaman aturan-aturan dan mekanisme pergulliran dana. Perkembangan modal yang kurang memadai bagi pengembang an ekonomi lokal juga disebabkan belum berfungsinya UED-SP sebagai lembaga sebagai tepat anggota dan masyarakat menabung. Rendahnya kesadaran nasabah untuk menyimpan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap anggota serta kepercayaan anggota kepada kelembagaan. Kesadaran nasabah untuk menyimpan perlu ditumbuhkan karena sangat bermanfaat bagi kelanjutan kelembagaan dalam melayani anggota dan masyarakat.

6.3.3. Perkembangan Kegiatan

UED-SP sebagai lembaga pengembangan ekonomi lokal, UED-SP telah melakukan pengembangan kegiatan usaha. Pada tahun 2003 UED-SP, selain melaksanakan kegiatan simpan pinjam, UED-SP juga membuka usaha dibidang penyewaan alat-alat pesta seperti tenda dan kursi. Akan tetapi karena terbatasnya sarana yang mereka milliki yaitu hanya ada dua tenda dan 100 kursi, perkembangan usaha ini mengalami kemacetan. Selain masalah terbatasnya alat pesta yang dimiliki, kendala yang dihadapi oleh usaha penyewaan alat pesta ini adalah belum terbiasanya masyarakat di Kecamatan Hamparan Rawang menggunakan tenda dan alat pesta lainnya dengan sistem sewa. Masyarakat lebih memilih meminjam dari keluarga, disamping memang adat-istiadat mengajarkan untuk saling tolong menolong. Ahirnya kegiatan usaha ini mengalami kevakuman dan tidak dikelola lagi oleh para pengurus. Masyarakat Desa Koto Teluk yang akan memakai peralatan tersebut dapat memakai secara bebas dengan membayar uang perawatan sekadarnya.

6.4. Usaha-usaha yang Telah Dilakukan Untuk Mengembangkan