Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal

4.4.3. Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Sektor Peternakan Sekitar tahun 1980an, Desa Koto Teluk dikenal sebagai daerah yang mempunyai tradisi di bidang peternakan khususnya peternakan sapi. Desa Koto Teluk merupakan salah satu daerah pemasok sapi bagi kebutuhan Kabupaten Kerinci. Seiring dengan bertambahnya penduduk berakibat pula pada berkurangnya lahan yang biasanya digunakan sebagai tempat penggembalaan ternak. Berkurangnya lahan penggembalaan ini berpengaruh kepada jumlah ternak yang yang ada. Banyak para peternak yang akhirnya beralih profesi pada bidang perdagangan dan jasa. Kalaupun masih ada yang tetap memelihara sapi sifatnya merupakan pekerjaan sampingan saja dan jumlahnya tidak terlalu banyak lagi. Disamping karena berkurangnya lahan penggembalaan, kurangnya pengetahuan tentang sistem pemeliharaan sapi dengan cara dikandangkan juga menyebabkan para peternak beralih profesi. Padahal potensi pasar bagi pengembangan usaha peternakan terutama sapi potong sangatlah potensial. Dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kebutuhan akan daging terutama daging sapi di Kabupaten Kerinci cukup besar. Selama ini disamping dari peternakan lokal yang ada di Kerinci, kebutuhan akan daging dipenuhi dengan mendatangkan sapi potong dari Propinsi Lampung. Selain potensi pasar yang ada di Kabupaten Kerinci, Kota Jambi juga merupakan potensi pasar yang potensial bagi penggemukan sapi potong. Potensi pengembangan ekonomi lokal di sektor peternakan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Disamping karena potensi pasar yang ada, potensi lokal seperti sumber daya alam di Desa Koto Teluk juga memungkinkan. Adanya lahan rawa seluas empat hektar yang tidak dimanfaatkan bagi pertanian merupakan sumber bagi pakan ternak terutama sapi potong. Lahan yang di perlukan bagi pengembangan usaha ini juga masih tersedia di Desa Koto Teluk. Lahan yang dibutuhkan bagi pembuatan kandang tidak terlalu luas, karena dengan sistem pengkandangan, tidak memerlukan lahan penggembalaan yang luas. Selain usaha penggemukkan sapi potong, potensi ekonomi lokal sektor peternakan yang potensial untuk dikembangkan adalah peternakan ayam negeri ayam ras petelur. Potensi pasar bagi pemasaran telur di Kabupaten Kerinci masih sangat besar. Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kerinci, dalam satu hari, paling tidak masyarakat Kerinci membutuhkan sekitar 100.000 butir telur. Akan tetapi yang dapat disediakan oleh peternakan yang ada di kabupaten Kerinci hanya sekitar 60.000 butir saja. Sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan tersebut didatangkan dari peternakan yang ada di Kabupaten Payakumbuh Sumatera Barat. Di Kecamatan Hamparan Rawang tercatat ada dua peternakan ayam petelur yang cukup besar dengan produksi telur sekitar 6000 sampai 7000 butir per hari per peternak. Dan terdapat sekitar sepuluh peternak dengan produksi telur berkisar antara 1000 sampai 2000 butir telur per hari per peternak. Dari Kecamatan Hampara Rawang saja diperkirakan produksi telur per hari adalah 30.000 butir atau 50 persen dari total produksi telur Kabupaten Kerinci. Keberadaan para peternak ini bisa dijadikan sistem sumber dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk. Dari para peternak ini bisa diharapkan adanya transfer ketrampilan dalam beternak bagi masyarakat di Desa Koto Teluk. Selain itu, produksi telur yang cukup besar ini juga membuka peluang usaha bagi masyarakat dalam pemasarannya. Potensi yang besar pada sektor peternakan ini belum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Koto Teluk dikarenakan oleh rendahnya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Faktor kedua adalah kecilnya modal yang dimiliki untuk mengembangkan potensi peternakan ini. Kelembagaan keuangan yang ada di Desa Koto Teluk seperti UED-SP belum mampu untuk menyediakan bantuan modal bagi pengembangan sektor ini. Kecilnya modal yang dimiliki oleh UED-SP, menyebabkan kelembagaan ini lebih banyak membantu anggotanya yang bergerak pada sektor perdagangan seperti pedagang sayur ataupun pedagang telur keliling. Modal usaha yang dibutuhkan oleh para pedagang keliling ini relatif lebih kecil dari pada yang dibutuhkan bagi pengembangan usaha ternak. Selain itu perputaran uang di sektor perdagangan ini lebih cepat hingga mereka cenderung bisa mengangsur pinjaman tiap bulannya. 2. Sektor Kerajinan Potensi pengembangan ekonomi lokal lainnya yang ada di Desa Koto Teluk adalah pengembangan kerajinan anyaman dari bahan baku pand an duri. Bahan baku yang diperlukan untuk kerajinan ini yaitu pandan duri, tersedia cukup banyak di Desa Koto Teluk maupun di desa-desa lain di Kecamatan Hamparan Rawang. Kerajinan ini telah ada sejak lama, akan tetapi mengalami permasalahan dalam pengembangannya. Produknya yang dihasilkan masih terbatas pada tikar ataupun lapik alas tempat duduk. Hal ini menyebabkan pemasaran kerajinan anyaman ini tidak berkembang. Karena produk yang dihasilkan tidak mengalami perubahan dari segi bentuk maupun motifnya, sehingga pembeli merasa bosan terhadap produk tersebut. Masalah utama dalam pengembangan kerajinan anyaman ini adalah terbatas ketrampilan pengrajin dalam berinovasi dalam mengikuti selera pasar. Ketrampilan yang mereka miliki sekarang merupakan ketrampilan yang dipelajari secara turun temurun dan terbatas sifatnya. Diperlukan adanya suatu pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan para pengerajin agar mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada. Dicanangkannya Kabupaten Kerinci sebagai kota wisata di Propinsi Jambi pada tahun 2002, merupakan peluang bagi kerajinan tangan khas daerah Kerinci untuk dapat ambil bagian dalam kegiatan pariwisata ini. Kerajinan khas Kerinci dapat dijadikan cenderamata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kerinci.

4.5. Struktur Komunitas