6.4. Usaha-usaha yang Telah Dilakukan Untuk Mengembangkan
Kelembagaan UED-SP
Melihat perkembangan UED-SP yang ada di Desa Koto Teluk, sampai saat ini belum berkembang dengan baik mengingat semenjak dibentuk sampai
tahun 2005, belum berbadan hukum. Padahal badan hukum yang jelas sangat dibutuhkan terutama untuk dapat bekerjasama atau menjalin kemitraan dengan
lembaga formal yang ada. Walau dalam perkembangannya sering mengalami pasang surut, akan tetapi keberadaan UED-SP sangatlah dibutuhkan terutama
dalam mengatasi permasalahan permodalan bagi kegiatan ekonomi lemah. Dengan besar pinjaman maksimal Rp. 200.000,- tiap bulannya, telah mampu
menyediakan modal usaha bagi usaha kecil yang perputaran uangnya cukup cepat seperti warungan, pedagang sayur, pedagang telur ataupun bagi para pedagang
kelontong keliling. Akan tetapi UED-SP belum mampu untuk memberikan bantuan modal
bagi kegiatan-kegiatan yang perputaran uangnya membutuhakan jangka waktu yang cukup lama. Bidang-bidang usaha seperti pertanian dan peternakan belum
begitu merasakan dampak dari keberadaan UED-SP. Keharusan untuk mengembalikan pinjaman dalam waktu satu bulan menjadi kendala tersendiri bagi
masyarakat yang mata pencahariannya adalah petani ataupun peternakan. Hal sesuai dengan penuturan Mrz yang bermatapencaharian tani sebagai
berikut : “Sebenarnya saya ingin sekali meminjam modal dari UED-SP,
akan tetapi karena bunga yang harus dibayar sangat besar sedang jangka waktu pembayarannyapun sangat singkat, saya jadi takut
tidak bisa membayarnya. Padahal saya ingin sekali meminjam guna membeli bibit sapi potong untuk dipelihara. Disamping itu
besarnya pinjaman yaitu Rp 200.000,- mana cukup untuk membeli bibit sapi potong, untuk membuat kandangpun uang sebanyak itu
tidak cukup” Keinginan masyarakat untuk mengembangkan usaha-usaha baru yang
lebih potensial sering terhambat pada terbatasnya modal dan ketrampilan. Keinginan untuk mengembangkan UED-SP ini sebenarnya cukup besar, tetapi
berdasarkan hasil wawancara baik kepada pengurus maupun dengan anggota dan juga kepada informan, masih banyak kesulitan yang dialami. Walaupun tingkat
pendidikan pengurus UED-SP cukup memadai di mana bendahara dan ketua adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sedangkan sekretaris sendiri
adalah seorang sarjana, namun pengetahuan mereka tentang usaha simpan pinjam masih kurang. Ini berpengaruh pada rendahnya inovasi-inovasi dalam
mengembangkan UED-SP. Dari wawancara dan diskusi dengan para pengurus diketahui ada dua
upaya yang pernah dilakukan oleh pengurus untuk mengembangkan UED-SP. Ketiga upaya tersebut adalah :
1. Mengajukan Bantuan Penambahan Modal Kepada Dinas Koperasi. Proposal untuk mendap atkan bantuan tambahan modal sudah dilakukan
oleh pengurus UED-SP pada tahun 2003. Akan tetapi proposal itu ditolak karena UED-SP di Desa Koto Teluk belum mempunyai badan hukum yang disyaratkan
oleh Dinas Koperasi. Sedangkan untuk mendapatkan status berbad an hukum itu sendiri persyarakatn seperti adanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang dimiliki oleh UED-SP belum memenuhi syarat. Salah satunya adalah tidak adanya simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan salah
satu sumber penambahan modal kelompok. Setelah proposal ini ditolak, para pengurus tidak pernah lagi mencoba
untuk mengajukan proposal lagi baik kepada Dinas Keperasi maupun lembaga lainnya. Permasalahan AD-ART UED-SP yang belum lengkap juga tidak pernah
dibicarakan lagi. Alasan kes ibukan akan pekerjaan pokok para pengurus serta ketidaktahuan mereka mengenai jalan keluar masalah ini menyebabkan usaha
untuk mendapatkan tambahan bantuan modal dari pihak luar menjadi terhenti. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh bapak AZ yang menjabat sekretaris UED-SP:
“Jika terus-terusan saya yang bolak -balik mengurus proposal kepada Dinas Koperasi, sebaiknya proposal itu dibatalkan saja. Saya juga
memiliki kesibukan tersendiri, dikantor pekerjaan saya sedang menumpuk. Sedangkan untuk membuat AD-ART kelompok
bukanlah pekerjaan yang gampang. Kita para pengurus telah berusaha membuatnya akan tetapi belum beres juga. Kelompok-
kelompok lain malah mengupahkan pembuatan AD-ART ini kepada orang yang telah biasa”
2. Menggalakan Kegiatan Menabung Melalui UED-SP. Usaha kedua yang dilakukan oleh pengurus untuk meningkatkan besarnya
modal usaha adalah menggalakkan kegiatan menabung melalui UED-SP. Dasar kegiatan ini dikarenakan susahnya untuk mendapatkan bantuan modal dari pihak
di luar UED-SP, maka pengurus menc oba untuk memanfaatkan potensi anggotanya untuk menambah modal. Tapi karena kegiatan ini hanya bersifat
himbauan kepada anggota untuk menabung sebagai simpanan sukarela, tanpa adanya paksaan menyebabkan tidak ada anggota yang mau menabungkan uangnya
di UED-SP. Belum adanya koordinasi dalam kegiatan menjadikan kegiatan ini tidak
berhasil. Potensi lokal seperti keberadaan tokoh masyarakat maupun tokoh adat belum dilibatkan dalam mensosialisasikan kegiatan menabung ini. Padahal pada
masyarakat Desa Koto Teluk keberadaan tokoh masyarakat maupun tokoh adat sangatlah dihormati.
VII. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN USAHA EKONOMI DESA SIMPAN PINJAM DI DESA KOTO TELUK
Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian masyarakat. Usaha memberdayakan masyarakat dalam pembangunan
daerah dapat dilakukan melalui tiga cara Kartasasmita, 1995 yaitu: 1 menciptakan suatu iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.
Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan, 2 memperkuat potensi yang dimiliki
masyarakat empowering, dan 3 memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Untuk itu usaha pemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan
semua potensi yang ada pada masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah pembangunan alternatif yang
komprehensif dan berbasis komunitas. Oleh sebab itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan komunitas, karena pendekatan ini mempunyai ciri: 1
partisipasi yang berbasis luas, 2 komunitas merupakan konsep yang penting, 3 kepeduliannya bersifat holistik. Dengan pendekatan komunitas dapat
memecahkan masalah yang menjadi kepentingan masyarakat. Keunggulan menggunakan pendekatan komunitas adalah adanya partisipasi yang tinggi dari
warga dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan, adanya penelaahan masalah-masalah secara menyeluruh dan menghasilkan perubahan -
perubahan yang didasari oleh pengertian, dukungan moral pelaksanaan oleh seluruh warga Gunardi dan Sarwititi, 2004.
Dalam kajian ini, sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat yang mengutamakan perlunya partisipasi dari bawah, maka dalam rangka penyusunan
program dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Penyusunan program diawali dengan identifikasi potensi dan masalah dengan mengungkapkan kekuatan
strength , kelemahan weaknessess, peluang opportunies dan ancaman threats yang mempengaruhi penguatan UED-SP dan pengembangan ekonomi
lokal. Berdasarkan faktor-faktor internal dan faktor-faktor tersebut, kemudian di diskusikan tentang rencana strategi dengan menggunakan analisis matriks SWOT
bersama masyarakat. Rencana strategi tersebut di diskusikan lagi untuk menentukan strategi prioritas yang dapat merangkum alternatif strategi yang telah