4. Sebelah Selatan dengan : Desa Dusun Diilir
Jarak Desa Koto Teluk dengan Ibu Kota Kecamatan dan Kabupaten relatif dekat, jarak antara Desa Koto Teluk dengan Ibu Kota Kecamatan hanyalah 0,5
km, sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten adalah 2 km. Sarana perhubungan yang dipakai adalah angkutan desa dan sarana ojek motor dengan ongkos
bervariasi antara Rp. 1.000 sampai Rp. 2.000. Letak Desa Koto Teluk secara geografis dan administratif yang dekat dengan pusat pemerintahan dan
perdagangan, sangat menguntungkan bagi program pengembangan ekonomi lokal khususnya penguatan kelembagaan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam, karena:
1 Terjangkaunya lembaga-lembaga pemerintahan baik tingkat kecamatan maupun kabupaten yang dapat dijadikan mitra dalam pengembangan ekonomi
lokal melalui penguatan kelembag aan UED-SP. 2 Tersedianya sarana transportasi dan informasi yang dapat mempermudah kegiatan penguatan
kelembagaan ekonomi lokal dalam pengembangan ekonomi lokal. 3 Akses terhadap pasar semakin dekat yang memungkinkan pemasaran suatu produk
semakin cepat dan terjangkau. 4 Semakin terbukanya kesempatan UED-SP untuk membentuk jejaring kerja dengan lembaga keuangan lainnya seperti bank
ataupun koperasi.
4.2. Masalah Sosial
Berdasarkan hasil pemetaan sosial yang telah dilakukan di Desa Koto Teluk diketahui bahwa bahwa permasalahan sosial yang ada adalah masalah
kemiskinan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah keluarga miskin yang ada yaitu sebanyak 27 keluarga, wanita rawan sosial ekonomi sebanyak 40 orang dan lanjut
usia terlantar sebanyak 44 orang. Karakteristik dari masalah kemiskinan pada umumnya sama seperti di daerah-daerah lain yaitu seperti kondisi perumahan
yang tidak memenuhi standart kesehatan, pendapatan yang rendah, pendidikan yang rendah dan juga tingkat kesehatan yang rendah pula.
Permasalahan kemiskinan ini sebenarnya telah dirasakan oleh masyarakat sejak lama, namun pada tahun 1998 setelah Indonesia dilanda krisis multidimensi
semakin memperburuk kondisi masyarakat kecil. Penanganan penduduk miskin menjadi semakin sulit bukan hanya karena mereka yang paling miskin,
terbelakang, terpencil dan sebagian penderita masalah sosial. Tetapi juga karena
kemunculan penduduk miskin baru yang semakin terpuruk, tidak berdaya serta tidak memiliki katahanan sosial dalam menghadapi dampak sosial krisis ekonomi.
Fenomena kemiskinan ini menjadi hal yang menarik di Desa Koto Teluk, disamping karena jumlahnya yang relatif banyak, akan tetapi juga merupakan
pengulangan masalah yang sebenarnya pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Sebelum tahun 1990, jumlah penduduk miskin yang ada Desa Koto Teluk cukup
besar. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan adanya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia TKI baik yang legal maupun illegal ke Malaysia. Dengan adanya
kesempatan kerja ini sebagian masyarakat mencoba mengadu nasib ke Malaysia. Akan tetapi setelah adanya kebijakan Pemerintah Malaysia yang memulangkan
para TKI terutama TKI illegal menyebabkan jumlah pengangguran bertambah yang mengakibatkan penduduk miskin di Desa Koto Teluk menjad i membengkak
kembali. Hal ini terjadi karena para TKI tersebut tidak mempunyai kebiasaan
menabung. Penghasilan yang mereka peroleh selama bekerja di Malaysia sebagian besar mereka pergunakan untuk kegiatan yang konsumtif, seperti pembelian
perabotan rumah tangga maupun pembangunan rumah itu sendiri. Sisi positif dari kebiasaan ini adalah hampir tidak ditemukan adanya rumah-rumah yang tidak
layak huni di Desa Koto Teluk, sehingga sepintas terlihat bahwa perekonomian masyarakat Desa Koto Teluk sudah cukup baik. Padahal bila ditelusuri lebih jauh
banyak diantara masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Walaupun demikian ada diantara para TKI tersebut yang dapat menjalan usaha
lain berkat tabungannya selama bekerja di Malaysia, akan tetapi jumlahnya relatif kecil.
Peningkatan jumlah pen duduk miskin akibat krisis ekonomi menunjukkan bahwa semakin meningkatnya ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, seperti untuk kebutuhan makan pangan, pakaian sandang, pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini mengakibatkan semakin meningkatnya
permasalahan sosial lainnya yang terkait erat dengan keterbatasan ekonomi keluarga seperti anak terlantar maupun anak cacat terlantar.
4.3 Kependudukan