1. Faktor-faktor eksogen: faktor yang mempengaruhi seluruh negara, wilayah atau sektor untuk periode tertentu, misalnya: banjir, kekeringan,
peperangan, krisis ekonomi, perubahan-perubahan penting dalam kebijakan ekonomi.
2. Kepemimpinan individu-individu yang menonjol. 3. Manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasiaan,
pelaksanaan serta pengawasan. 4. Komitmen.
Pemberdayaan masyarakat selain meliputi penguatan individu anggota masyarakat sendiri, juga meliputi penguatan pranata. Pranata atau kelembagaan
yang dimaksud baik berupa kelembagaan atau yang bersifat “badan” atau organisasi, maupun kelembagaan sosial. Kelembagaan sosial disini merupakan
bentuk nyata dari pemanfaatan modal sosial serta kemandirian yang dimiliki masyarakat.
Konsepsi modal sosial merupakan konsepsi yang luas, Puthnam 1993 dalam Tonny dan Utomo 2004 mendefinisikan modal sosial sebagai elemen -
elemen dalam masyarakat yang digunakan untuk memudahkan tindak kolektif collective action. Elemen -elemen tersebut berupa kepercayaan trust, norma
norm, dan jaringan network. Ini senada dengan yang diungkapkan oleh Fedderke dkk 1999 dalam Tonny dan Utomo 2004 bahwa “modal sosial”
berarti ciri-c iri dari organisasi sosial seperti jaringan, norma dan kepercayaan sosial yang memfasiltasi koord inasi dan kerja sama untuk keuntungan bersama.
2.5. Kerangka Analisis
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar dapat mandiri dalam pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah. Setiap komunitas memiliki potensi atau kekuatan yang dapat didayagunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak semua
komunitas menyadari hal tersebut, khususnya kelompok miskin yang memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu diperlukan doronganmotivasi dari pihak
lain untuk memberdayakan masyarakat miskin.
Dari pengertian pemberdayaan yang dikemukan oleh Dharmawan 2000, pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dapat dilakukan dengan
memperbesar peluang masyarakat dalam melakukan pilihan-pilihan ekonomi dan politik serta menin gkatkan kapasitas masyarakat dalam penguasaan sumberdaya
ekonomi. Hal ini sejalan dengan tujuan pengembangan ekonomi lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan terkait dengan upaya
penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan dapat dicirikan dengan rendahnya kemampuan masyarakat dalam meningkatkan penguasaan sumber daya lokal.
Salah satu sumber daya saing ekonomi lokal di samping ketersediaan lahan dan tenaga kerja adalah ketersediaan modal yang ada pada masyarakat.
Rendahnya kepemilikan modal terutama di masyarakat desa, dapat diatasi dengan keberadaan Lembaga Keuangan Mikro LKM. Saefuddin 2003 mengatakan
bahwa keberadaan LKM telah lama menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan ekonomi rakyat dan memberdayakan rakyat kecil, di samping itu
LKM merupakan pendekatan terbaik dalam menanggulangi kemiskinan, karena dapat berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa keuangan,
untuk kegiatan produktif maupun konsumtif bagi keluarga miskin. Salah satu lembaga mikro tersebut adalah Usaha Ekonomi Desa Simpan
Pinjam UED-SP, yang merupakan program pemerintah untuk menggerakkan usaha ekonomi produktif di pedesaan dengan jalan membuka akses terhadap
modal usaha. Tujuan pokok UED-SP diantaranya adalah menciptakan iklim permodalan yang kondusif dan mendorong pembangunan ekonomi masyarakat
desa dan memberikan pinjaman bagi masyarakat yang membutuhkan modal untuk usaha baru dan pengembangan usaha. Jika dilihat dari derajat pencapaian tujuan
pokok tersebut, maka kinerja UED-SP sebagai lembaga ekonomi lokal belum mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat desa terutama
masyarakat ekonomi lemah. UED-SP merupakan kelembagaan yang sengaja diciptakan enacted
institution, dimana UED -SP dijadikan alat untuk menjalankan program pengembangan masyarakat dari pemerintah. Karena UED-SP adalah kelembagaan
yang diintroduksikan oleh pemerintah dan bukan merupakan kelembagaan tumbuh dan berkembang dari masyarakat, menyebabkan kurangnya pemahaman
masyarakat tentang norma-norma dan aturan -aturan yang berlaku di UED-SP. Kurangnya pemaham an ini sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam kegiatan UED-SP. Masyarakat tidak memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai anggota UED-SP. Pemahaman yang kurang terhadap norma
dan aturan UED-SP juga mengakibatkan pemanfaatan bantuan modal dari UED- SP untuk kegiatan-kegiatan yang konsumtif.
Kelembagaan UED-SP sebagai lembaga keuangan desa memegang peranan yang penting dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Koto Teluk.
Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga yang efektif. Efektivitas lembaga dapat ditingkatkan melalui penguatan kapasitas baik secara kelembagaan maupun
inidividu. Umumnya keterbatasan kapasitas individu dipengaruhi oleh aspek pengetahuan tentang norma yang berlaku pada kelembagaan UED-SP dan juga
dipengaruhi oleh ketrampilan anggota dalam mengelola usahanya. Keterbatasan pengetahuan tentang norma UED-SP ini berimbas pada rendahnya partisipasi
anggota pada kegiatan -kegiatan kelembagaan. Kapasitas kelembagaan aspek Keorganisasian dapat ditinjau melalui manajemen yang dijalankan oleh
kelembagaan tersebut dan bagaimana kepemimpinan suatu kelembagaan itu. Agar kelembagaan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam dapat
berkembang dan melaksanakan fungsinya dalam pengembangan eko nomi lokal, maka harus diupayakan penguatan kelembagaan dengan memperhatikan dan
memanfaatkan modal sosial dan faktor sosio -kultural serta struktur yang ada di masyarakat. Untuk memujudkan hal tersebut diperlukan program pemberdayaan
masyarakat yang didukung partisifasi masyarakat itu sendiri. Keberhasilan program pengembangan kelembagaan UED-SP ini diharapkan dapat
meningkatkan keberdayaan masyarakat baik secara institusional dan individual. Berdasarkan uraian diatas, maka alur kerangka pemikiran yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Pikir Penguatan Kelembagaan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Desa Koto Teluk Kecamatan Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Tahun 2005
PROGRAM PENGUATAN
KELEMBAGAAN UEDSP DALAM
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Performa Organisasi
1. Perkembangan Modal
2. Perkembangan Anggota
3. Perkembangan Jenis Kegiatan
Kapasitas Anggota
1. Karakteristik 2. Pengetahuan
3. Ketrampilan
Kapasitas Kelembagaan
1. Karakteristik Pengurus
2. Manajemen
3. Kepemimpinan
Kelembagaan UED-SP
Performa Anggota
1. Tingkat Partisipasi
2. Pemanfaatan Modal
Potensi Ekonomi Lokal
Modal Sosial
Keberdayaan Kelembagaan
1. Kemandirian 2. Internalisasi
Norma
Pengembangan Ekonomi Lokal
III. METODE KAJIAN