Struktur Komunitas PETA SOSIAL DESA KOTO TELUK

sektor perdagangan ini lebih cepat hingga mereka cenderung bisa mengangsur pinjaman tiap bulannya. 2. Sektor Kerajinan Potensi pengembangan ekonomi lokal lainnya yang ada di Desa Koto Teluk adalah pengembangan kerajinan anyaman dari bahan baku pand an duri. Bahan baku yang diperlukan untuk kerajinan ini yaitu pandan duri, tersedia cukup banyak di Desa Koto Teluk maupun di desa-desa lain di Kecamatan Hamparan Rawang. Kerajinan ini telah ada sejak lama, akan tetapi mengalami permasalahan dalam pengembangannya. Produknya yang dihasilkan masih terbatas pada tikar ataupun lapik alas tempat duduk. Hal ini menyebabkan pemasaran kerajinan anyaman ini tidak berkembang. Karena produk yang dihasilkan tidak mengalami perubahan dari segi bentuk maupun motifnya, sehingga pembeli merasa bosan terhadap produk tersebut. Masalah utama dalam pengembangan kerajinan anyaman ini adalah terbatas ketrampilan pengrajin dalam berinovasi dalam mengikuti selera pasar. Ketrampilan yang mereka miliki sekarang merupakan ketrampilan yang dipelajari secara turun temurun dan terbatas sifatnya. Diperlukan adanya suatu pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan para pengerajin agar mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada. Dicanangkannya Kabupaten Kerinci sebagai kota wisata di Propinsi Jambi pada tahun 2002, merupakan peluang bagi kerajinan tangan khas daerah Kerinci untuk dapat ambil bagian dalam kegiatan pariwisata ini. Kerajinan khas Kerinci dapat dijadikan cenderamata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kerinci.

4.5. Struktur Komunitas

Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia, dimana tidak ada suatu masyarakat yang anggotanya sama equal. Pelapisan sosial berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-kelompok bertingkat rangked group dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggota-anggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Jika kita berbicara mengenai struktur komunitas maka adanya gejala pelapisan sosial masyarakat merupakan salah satu hal utama yang harus kita perhatikan. Hal ini penting guna mengetahui bagaimana masyarakat tersebut membangun suatu komunikasi antar individu maupun kelompok. Pelapisan sosial terdapat pada sistem sosial masyarakat Desa Koto Teluk . Pelapisan sosial ini terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai, dihormati, dianggap penting oleh komunitas, bukan didasarkan pada kepemilikan harta benda. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelapisan sosial seperti itu maka pelapisan sosial masyarakat Desa Koto Teluk relatif terbuka dalam arti bahwa adanya peluang seseorang untuk masuk pada lapisan sosial diatasnya. Lapisan sosial yang pertama di Desa Koto Teluk adalah lapisan yang mempunyai kekuasaan yang cukup besar yaitu lapisan para tokoh adat. Peran mereka sangat terasa terutama dalam dalam pertemuan warga baik dengan aparat desa maupun dengan pihak lainnya. Peranan mereka sangatlah terasa dalam penyelesaian konflik antar warga. Lapisan ini juga sangat berperan dalam kegiatan lain seperti pernikahan, pembangunan rumah boleh tidaknya suatu lokasi dijadikan lokasi perumahan dan juga pengaturan giliran pengolahan suatu lahan. Seseorang untuk dapat dikategorikan atau masuk dalam lapisan ini tidak semata- mata atas dasar keturunan saja, akan tetapi setelah ia dinilai cakap oleh masyarakat untu k dapat memegang kekuasaan adat. Termasuk pada lapisan pertama adalah lapisan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Lapisan masyarakat kedua adalah mereka yang masuk kedalam kelompok pegawai dan aparat desa. Kelompok ini diakui keberadaannya kerena mereka memberikan pelayanan bagi kepentingan masyarakat. Fungsi mereka lebih pada kegiatan-kegiatan administratif perkantoran dan hubungan-hubungan formal lainnya. Walaupun keberadaan mereka ditinjau dari segi pemerintahan sangatlah besar, akan tetapi pengaruh mereka dipengaruhi oleh bagaimana mereka mampu memperoleh dukungan dari lapisan pertama. Fungsi pemerintahan desa biasanya diserahkan kepada mereka yang secara usia relatif muda. Para tokoh adat, agama maupun masyarakat seperti ada keengganan untuk ikut serta dalam pemerintahan desa. Mereka lebih mempercayakan kepada generasi yang relatif lebih muda. Lapisan ketiga adalah kelompok masyarakat biasa. Karena pelapisan yang terjadi bersifat terbuka, maka bisa ditemui seseorang yang secara ekonomi sudah mapan dan secara keilmuan sudah tinggi tetap merupakan anggota pelapisan terakhir ini. Termasuk didalam lapisan ini adalah para petani, buruh tani, pedagang dan anggota masyarakat kebanyakan lainnya. Lapisan ini merupakan lapisan terbesar dari segi jumlah anggotanya. Untuk lebih jelasnya model tingkatan tersebut dapat pada Gambar 3. Gambar 3. Model Tingkatan Sistem pelapisan Sosial Masyarakat Desa Koto Teluk. Gambar 3 juga menggambarkan jumlah masing-masing lapisan, dimana lapisan pertama yang merupakan lapisan atas berjumlah relative sedikit dibanding dengan lapisan kedua dan seterusnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penetapan seseorang masuk dalam suatu tingkatkan pelapisan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh adanya kepemimpinan kharismatik dan keterlibatan seseorang dalam masalah kemasyarakatan serta adanya pengakuan dari masyarakat itu sendiri. Walaupun untuk menjadi lapisan tokoh adat harus ada aspek lainnya harus mendukung yaitu adanya garis keturunan. Akan tetapi hal tersebut tidaklah terlalu berpengaruh karena pada akhirnya masyarakat akan menilai sendiri tingkat keberpengaruhan seseorang dalam kehidupan masyarakat. Kepemimpinan informal biasanya melekat pada mereka yang berada pada mereka yang berada pada lapisan pertama, sedangkan kepemimpinan formal terletak pada mereka yang berada pada lapisan kedua. Aparat desa ataupun para Pegawai Negeri dianggap sebagai perpanjangan tangan pemerintah sehingga kepemimpinan mereka diperlukan terutama dalam hal-hal yang menyangkut Tokoh adat, Agama, Masy Kades PNS, Aparat Desa, Masyarakat Kebanyakan petani, buruh tani, pedagang dll sistem pemerintahan. Walapun sangat jarang terjadi adanya rangkap kepemimpinan, akan tetapi pada beberapa orang ditemukan juga adanya fenomena tersebut.

4.6. Kelembagaan dan Organisasi Sosial