mendapat bantuan pinjaman modal baik yang diperuntukkan bagi kelompok maupun pinjaman yang sifatnya individual.
5.1.2. Pengo rganisasian Kegiatan
Kelembagaan UED-SP merupakan lembaga milik desa, akan tetapi pada pelaksanaannya di Desa Koto Teluk fungsi dan kedudukan kelembagaan UED-SP
dalam pemerintahan desa masih belum jelas. Hal ini berpengaruh pada kegiatan UED-SP itu sendiri. Dari wawancara yang dilakukan dengan para pengurus UED-
SP tingkat desa, peneliti menangkap kesan bahwa adanya ketidakharmonisan antara pengurus UED-SP dengan aparat pemerintahan karena ketidakjelasan
posisi UED-SP dalam desa. Para pengurus mengaku belum menerima Surat Keputusan Kepala Desa yang mengangkat mereka sebagai pengurus. Kondisi ini
menyebabkan ketidakjelasan kepada siapa pelaporan pertanggungjawaban akhir tahun oleh pengurus UED-SP harus disampaikan.
Kepengurusan UED-SP Desa Koto Teluk tahun 2001 diben tuk berdasarkan musyawarah BPD dan menetapkan tiga pengurus inti, yaitu ketua,
sekretaris dan bendahara. Akan tetapi baru berjalan enam bulan salah satu pengurus yaitu ketua UED-SP mengundurkan diri karena merasa tidak sejalan
dengan pengurus lainnya. Pada tanggal 11 Desember 2001 dilaksanakan musyawarah desa di Mesjid Al Falah untuk menerima Laporan
pertanggungjawaban pengurus UED-SP. Pada kesempatan yang sama juga dipilih orang yang akan menggantikan ketua yang lama, sedangkan sekretaris dan
bendahara dip utuskan masih dijabat oleh pengurus yang lama. Untuk melengkapi aturan-aturan kelembagaan UED-SP, pada musyawarah itu juga disepakati adanya
perubahan-perubahan aturan mengenai UED-SP. Seperti halnya program UP2K, program UED-SP juga merupakan
kelembagaan simpan pinjam yang bertujuan untuk memberikan bantuan modal kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Hanya saja jika
program UP2K keanggotaannya adalah perempuan yang tergabung dalam program PKK, maka keanggotaannya seluruh keluarga yang ada di Desa Koto
Teluk tanpa terkecuali. Dan dalam pengajuan pinjaman tidak terbatas pada suami saja, akan tetapi istripun bisa meminjam melalui UED-SP. Tentu saja ada
kebijakan yang membatasi agar jangan sampai ada pinjaman yang tumpang tindih
dalam satu keluarga. Jika salah satu pihak baik suami maupun istri telah meminjam, pihak satunya tidak boleh mengajukan pinjaman dalam waktu yang
bersamaan. Dalam pelaksanaan program UED-SP selain keterlibatan pengurus dan
anggota, kesuksesan program ini juga dipengaruhi oleh partisipasi pemerintahan desa karena kedudukan lembaga UED-SP itu sendiri sebagai lembaga milik desa.
Selain dengan aparat pemerintahan, stake holder yang juga berperan dalam kegiatan UED-SP adalah pihak BPD, instansi pemerintah, BUMN dan juga pihak
swasta. Akan tetapi UED-SP Desa Koto Teluk belum membentuk jaringan kerja dengan para stake holder yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan UED -SP.
5.1.3. Kegiatan Yang Dijalankan