Selain itu dijelaskan dalam Hartinah, 2000 fungsi utama bimbingan kelompok adalah
―fungsi pemahaman dan pengembangan, dan salah satu materi utamanya ialah pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan atau
program studi dan pendidikan lanjutan ‖. Tujuan umun bimbingan kelompok
bimbingan kelompok dengan topik tugas menurut Prayitno 2004 ―bertujuan agar
berkembangnya kemampuan
sosialisasi siswa,
khususnya kemampuan
komunikasi peserta layanan ‖. Secara khusus membahas topik-topik tertentu yang
mengandung permasalahan aktual hangat dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dengan topik yang telah
ditentukan oleh pemimpin kelompok yaitu konselor. Melalui topik tugas, yaitu dimana materi yang akan dibahas ditentukan oleh pemimpin kelompok sehingga
arah pembahasan materi dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan penyesuaian diri terhadap program keahlian pada siswa.
2.4.5 Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut Prayitno, 1995: 40-60 tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan Awal Dalam tahap ini dimulai dengan perekrutan anggota kelompok melalui:
1 Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini umumnya
para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota ingin dicapai baik oleh masing-
masing sebagian maupun seluruh anggota kelompok. Dalam tahap pembentukan ini peranan pemimpin kelompok memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh
para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan mereka.
Peranan pemimpin kelompok yaitu menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan
permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.
2 Terbangunnya Kebersamaan Hasil dari suatu kelompok yaitu menjelang dimasukinya tahap
―pembentukan‖, mungkin adalah suatu keadaan dimana para anggota kelompok itu belum merasa adanya keterikatan antara anggota kelompok. Dengan keadaan
seperti itu peranan utama pemimpin kelompok ialah merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru itu dalam suasana kelompok yang
diinginkan. Disamping itu, pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa kepentingan para anggota mengikuti
kegiatan kelompok yang sedang dimulai digerakkan itu. Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan
perasaan sekelompok. Jika pada awal sebagian besar anggota kelompok tidak
berkehendak untuk mengambil peranan dan tanggung jawab dalam keterlibatan kelompok, maka tugas pemimpin kelompok ialah membalikkan keadaan itu, yaitu
merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk mampu ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok. Penjelasan tentang asas
kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, dan kenormatifan akan membantu masing-masing anggota untuk mengarahkan peranan diri sendiri
terhadap anggota lainnya dan pencapaian tujuan bersama. 3 Keaktifan Pemimpin Kelompok
Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukkan hendaklah benar- benar aktif. Ini tidak berarti bahwa pemimpin kelompok berceramah atau
mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada: a penjelasan tentang tujuan
kegiatan; b penumbuhan rasa saling mengenal antara anggota; c penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima; dan d dimulainya pembahasan
tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. b. Tahap Peralihan
1 Suasana Kegiatan Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan, kelompok yang
sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok, yaitu
kegiatan yang inti dari keseluruhan kegiatan untuk memasuki ―tahap inti‖ maka tahap peralihan perlu ditempuh. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan
peranan para anggota kelompok dalam ‖kelompok bebas atau kelompok tugas‖.
Kemudian pemimpin kelompok menawarkan apakah para anggota sudah siap untuk kegiatan lebih lanjut. Tawaran ini barangkali menimbulkan suasana
ketidakseimbangan para anggota atau para anggota itu dipenuhi oleh berbagai tanda tanya tentang ―apa yang akan terjadi pada kegiatan selanjutnya?‖.
2 Suasana Ketidakseimbangan Suasana ketidakseimbangan dapat mewarnai tahap peralihan ini. Sering kali
terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Ketidaksesuaian disini terjadi dalam keadaan seperti itu, banyak
anggota merasa tertekan ataupun resah yang menyebabkan tingkah laku mereka menjadi tidak sebagaimana biasanya. Keengganan atau bahkan penolakan dapat
berkembang menjadi bentuk-bentuk dengan kata-kata terhadap anggota lain atau kelompok secara keseluruhan atau bahkan terhadap pemimpin kelompok. Bentuk-
bentuk lain dari keengganan itu dapat berupa salah paham terhadap tujuan dan cara-cara kerja yang dikehendaki, menolak untuk melakukan sesuatu dan
menginginkan pengarahan yang lebih banyak dari pemimpin kelompok. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada
secara sabar dan terbuka. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan
dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok selanjutnya.
3 Jembatan antara Tahap I dan Tahap III
Tah ap kedua merupakan ―jembatan‖ antara tahap pertama dan ketiga.
Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada
tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksanakan tahap
bimbingan kelompok selanjutnya. c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari
dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih
santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri
handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota
kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya
membawa ke arah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan. d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan
dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain, kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan
kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: a menjelaskan kegiatan akan diakhiri; b penilaian segera UCA, dan
pembahasan kegiatan lanjutan. Mamat Supriatna 2011 : 97-99 menyatakan bahwa
―penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan
yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya ‖.
Adapun untuk masing-masing langkahnya akan diuraikan di bawah ini, yaitu: 1.
Langkah Awal Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan
kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya
layanan bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Langkah selanjutnya adalah menghasilkan
kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
2. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan: a materi layanan; b tujuan yang ingin dicapai; c sasaran kegiatan; d bahan atau sumber
bahan untuk bimbingan kelompok; e rencana penilaian; f waktu dan tempat. 3.
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik tempat dan kelengkapan, persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan
administrasi. Mengenai persiapan keterampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru pembimbing dan konseling diharapkan mampu
melaksanakan teknik- teknik, seperti a teknik umum yaitu ―Tiga M‖ :
mendengar dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan positif; dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. b keterampilan
memberikan tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan merefleksikan. c keterampilan pengarahan :
memberikan informasi; memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka; mempengaruhi dan mengajak, menggunakan contoh pribadi;
memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas masalah; dan menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru bimbingan
dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.
b. Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 atau pembentukan, yaitu temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Sedangkan kegiatannya berupa: a
mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; b menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan dan kelompok; c saling memperkenalkan
dan mengungkapkan
diri; d
teknik khusus;
e permainan
penghayatanpengakraban. Tahap 2 atau peralihan, yaitu kegiatannya berupa: a menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap pada tahap
berikutnya; b menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; c membahas suasana yang terjadi; d meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; e kalau perlu
kembali ke beberapa aspek tahap pertamatahap pembentukan. Tahap 3 atau kegiatan, yaitu kegiatannya berupa: a pemimpin kelompok mengemukakan
suatu masalah atau topik; b tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau
topik yang dikemukakan pemimpin kelompok; c anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas; d kegiatan selingan.
4. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan
yang diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik
melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat
dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok isi maupun proses, maupun kemungkinan keterlibatan
mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan baik lisan maupun tertulis tentang hal-hal yang paling
berharga danatau kurang mereka senangi selama kegiatan bimbingan kelompok. Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan,
yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat
penilaian ―dalam proses‖ yang dapat dilakukan: 1 mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung; 2 mengungkapkan pemahaman
peserta atas materi yang dibahas; 3 mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka, 4 mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang
kemungkinan kegiatan lanjutan; 5 mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
5. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk
penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan danatau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas
mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.
Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas
sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya
atau kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.
2.4.6 Evaluasi Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok