Aksi Membangun Niat untuk bersikap Kritis dalam Menghadapi Perkembangan Zaman

125 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti digoda untuk berbuat dosa, mencuri, berkhianat; terlebih bila kami dibujuk untuk menghianati Kasih-Mu. Ya Allah, kekuatan kami, buatlah kami kuat seperti Yesus yang lebih suka mati dari pada menyimpang dari kehendak-Mu. Dialah Tuhan, pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin. sumber: Puji Syukur 1992, No. 144

B. Bertindak Menurut Hati Nurani

Tanggungjawab atas kebebasan pribadi manusia otonomi tersebut¸ dihayati melalui keputusan hati nurani atau suara hati. Jika kebebasan dihayati sebagai tanggung jawab, maka manusia memiliki kesadaran moral. Hati nurani dapat diartikan secara luas dan secara sempit sebagai berikut: a. Hati nurani secara luas dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban. Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia. b. Hati nurani secara sempit merupakan penerapan kesadaran moral dalam suatu situasi konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas baik buruknya. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Doa Awalilah pelajaran dengan doa berikut Ya Yesus yang baik. Pada hari ini kami akan belajar tentang hati nurani, bantulah kami agar kami dapat mengetahui hati nurani, sehingga kami akan selalu mengikutinya, dalam kehidupan sehari-hari serta bersedia melatihnya melalui berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan dan menyucikan hati nurani kami. Amin. 126 Kelas VI SD

1. Mendalami Keputusan yang Didasarkan Hati Nurani

a. Membaca dan Menyimak Cerita

Baca dan simaklah cerita berikut ini: Mendengarkan dan Menaati Hati Nurani Edo adalah seorang siswa kelas 6, yang sekolah di sebuah SD Katolik. Edo tinggal agak jauh dari sekolahnya. Ia tinggal bersama ibunya yang sehari- hari menjadi tukang cuci pakaian, sementara ayahnya sudah meninggal, ketika Edo duduk di kelas 3 SD. Setiap hari ia pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Sumber: mediaelektronik.com Gambar 4.5 gadget-tablet Sepulang sekolah, setelah membantu ibunya, Edo sesekali bermain bersama teman-temannya. Telah beberapa bulan, teman-temannya memiliki mainan baru, yang disebut tablet. Dengan gadget-tablet tersebut, teman-temannya asyik bermain aneka games. Sedangkan Edo hanya bisa melihat teman-temannya yang berkonsentrasi penuh dengan mainannya. Edo mulai merasa bahwa teman-temannya lebih perhatian kepada mainannya. Dalam hati, Edo sebenarnya ingin memiliki mainan seperti teman- temannya. Tapi Edo menyadari bahwa ibunya tidak akan memiliki uang yang cukup untuk membeli mainan yang mahal itu. Ia pun berusaha melupakan keinginan hatinya itu dengan kegiatan lain. Pada suatu pagi, Edo bangun kesiangan. Maka tanpa sarapan, Edo segera pergi ke sekolah dengan terburu-buru. Bahkan pagi itu, Edo naik angkutan pedesaan menuju ke sekolah, dengan harapan tidak terlambat