Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

30 murid akan menghambat proses pengembangan pendidikan yang sedang berlangsung Addin Arsyadana, 2010:136-137. Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan full day school meliputi sistem sekolah, kurikulum yang diterapkan sekolah, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, lingkungan sekolah, serta partisipasi orangtua; sedangkan faktor penghambat pelaksanaan full day school meliputi kemampuan pendidik, keterbatasan sarana prasarana, strategi pembangunan pendidikan, pengelolaan pendidikan, dan rendahnya partisipasi masyarakat.

C. Konsep Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak- anak sangat penting sebagai dasar dari seluruh kehidupan. Gunarsa dan Gunarsa 1991: 3-6 mengungkapkan bahwa: “Adanya pengalaman- pengalaman yang kurang menguntungkan yang menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Psikologi perkembangan banyak membicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak- anak. Proses- proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak- anaknya secara sedikit demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi ma nusia dewasa.” Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent. Gunarsa dan Gunarsa 1991: 13 mengemukakan bahwa; “Apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa- masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa- masa selanjutnya. Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok gang age, dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap- sikap terhadap kerja atau belajar. Pada masa sekolah ini, anak- anak membandingkan dirinya dengan 31 teman- temannya dimana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan dan kegagalan atau ejekan tem an.” Angela Anning dalam Suharjo, 2006: 36-37 mengungkapkan bahwa perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut: a. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak. b. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya dala hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi. c. Anak belajar melalui pengalaman- pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain. d. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah. e. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain. f. Setiap anak sebagai seorang individu, masing- masing memiliki cara belajar yang unik Suharjo, 2006: 37. Gunarsa dan Gunarsa 1991: 69-70 berpendapat bahwa; “Pada usia sekolah dasar, nilai atau kaidah moral sebagian besar lebih ditentukan oleh norma- norma yang terdapat dalam lingkungan kelompoknya. Sebelumnya anak merumuskan “tingkah laku baik” sebagai suatu tindakan yang khusus seperti “patuh pada ibu”, maka pada usia 8-9 tahun konsep- konsep mereka bertambah luas dan umum. Pada masa ini anak lebih berorientasi pada kelompoknya, namun hal itu tidak berarti orangtua kehilangan perannya dalam perkembangan moral anaknya.” Pada dasarnya hubungan antara orangtua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik. Gunarsa dan Gunarsa 1991: 144 berpendapat bahwa; “Sehingga dengan demikian dalam usaha untuk dapat menciptakan hubungan yang memuaskan kedua belah pihak yaitu orangtua dan anak, maka peranan orangtua maupun anak sangatlah besar. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang dapat memuaskan orangtua maupun anak adalah hubungan yang ditandai dengan adanya saling percaya, saling mengerti, dan saling menerima .” 32 Gunarsa dan Gunarsa 1991: 159 mengungkapkan hal lainnya yaitu; “Anak- anak pada masa sekolah 5-12 tahun masih membutuhkan pertolongan dalam membentuk tingkah lakunya agar sesuai dengan situasi, kondisi dan aturan- aturan yang di lingkungan yang baru baginnya. Ia membutuhkan rasa aman dari kedua orangtuanya dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman- pengalaman dirumahnya, anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap pengalaman di sekolahnya .” Lingkungan pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya adalah orangtua, maka peranan orangtua yang dirasa paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak, di samping pengaruh lingkungan lain seperti sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, orangtua perlu menyadari peran besar mereka sebagai orangtua Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 60. Brecknridge Vincent dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1991: 179-180 mengemukakan pentingnya rumah bagi perkembangan anak sebagai berikut : a. Rumah adalah tempat terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan fisik dan kebutuhan- kebutuhan psikologis anak. b. Rumah adalah tempat untuk belajar dan juga tempat untuk mendapat pengalaman dalam menerima atau menghadapi orang lain. c. Rumah adalah tempat untuk beristirahat setelah lelah dengan aktivitas- aktivitas sehari- hari. Tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingku ngannya. Mereka bisa menjadi anak yang “miskin” kepribadianya atau kehidupan sosialnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak menyesuaikan diri. Gunarsa dan Gunarsa 1991: 94-95 berpendapat bahwa: “Pertama, tergantung dimana anak itu dibesarkan, yang dimaksud dalam hal ini adalah kehidupan di dalam keluarga. Misal, apabila anak di didik oleh orangtuanya secara otoriter, maka saat dewasa kelak 33 anak akan seringkali merasa dendam dengan tokoh otoriter yang dijumpainya dalam masyarakat. Kedua, kesulitan lain terjadi karena anak tidak memperoleh “model” yang baik di rumahnya terutama dari orangtuannya. Biasanya anak- anak yang merupakan “hasil” keluarga tesebut, akan mengalami kesukaran dalam hubungan dengan orang lain di luar rumah.” Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orangtua, walaupun tidak sekuat seperti halnya pada usia dini pada masa perkembangan sebelumnya.

D. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA Pelaksanaan Program Full Day School Dalam Pengembangan Interaksi Sosial Siswa Di SD IT Ar Risalah Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 1 15

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL Perbedaan Status Gizi Dan Karakteristik Keluarga Pada Siswa SD Antara Program Full Day School Dengan Non Full Day School Di Desa Tulakan Kabup

0 3 16

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN Perbedaan Status Gizi Dan Karakteristik Keluarga Pada Siswa SD Antara Program Full Day School Dengan Non Full Day School Di Desa Tulakan Kabupaten Paci

0 1 11

PENGELOLAAN FULL DAY SCHOOL STUDI SITUS SMP ISLAM TERPADU HARAPAN BUNDA SEMARANG PENGELOLAAN FULL DAY SCHOOL STUDI SITUS SMP ISLAM TERPADU HARAPAN BUNDA SEMARANG.

0 2 13

KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU NURUL ISLAM TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.

0 0 12

PENDAHULUAN KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SD ISLAM TERPADU NURUL ISLAM TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.

0 0 9

IMPLEMENTASI PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI SD ISLAM TERPADU TARUNA TELADAN DELANGGU TAHUN 2015/2016.

4 11 25

PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SISWA KELAS IV DI SDIT INSAN UTAMA BANTUL TAHUN AJARAN 2013/2014.

1 11 248

Perbedaan relgiusitas remaja SMP Islam full day school dan non full day school - Ubaya Repository

0 1 1

PendIdIkAn kARAkTeR MelAlUI PROGRAM PeMBIASAAn dI Sd ISlAM TeRPAdU InSAn UTAMA BAnTUl YOGYAkARTA

0 1 7