22
c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses
dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;
d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam
keluarga, masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya
prakarsa, gagasan, perseorangan atau kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat
orangtua. Faktor
tersebut bisa
berasal dari
dalam diri
individukelompok maupun dari luar atau lingkungan individu kelompok tersebut. Faktor dari dalam antara lain usia; jenis kelamin;
kepercayaan diri; tanggung jawab sosial; kepekaan terhadap masalah; serta kemauan atau kemampuan diri untuk mengubah keadaaan. Faktor
yang berasal dari luar contohnya geografis; demografis; ekonomi; pendidikan; pekerjaan; lamanya seseorang tinggal di suatu wilayah;
solidaritas dan integritas sosial; kepentingan umum; komunikasi antar sesama; kesempatan serta kebebasan untuk berprakarsa atau berkreasi.
B. Kajian tentang Full Day School
1. Karakteristik Full day School
Full day school dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan dari pagi hingga sore hari. Kebanyakan full day school
dimulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30 WIB. Full day school memiliki rentang waktu yang lebih lama daripada sekolah- sekolah umum. Full
day school mengandung artian dalam bahasa Indonesia yaitu “sekolah
sepanjang waktu” atau “sekolah sehari penuh”. Hal serupa juga
23
dinyatakan oleh Wiwik Sulistyaningsih dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 9, sekolah bertipe full day berlangsung hampir sehari penuh
lamanya. Walaupun demikian, full day school yang banyak berkembang saat ini tidak benar-benar menerapkan pembelajaran sehari penuh,
karena tidak semua full day school memiliki fasilitas asrama di sekolah. Menurut Nor Hasan2006: 113 pengelolaan full day school
membutuhkan perencanaan yang matang dan bersifat strategis. Hal pokok yang dibutuhkan dalam mewujudkan sistem tersebut adalah
tingkat komitmen dan kesungguhan pengelola.Senada dengan Sismanto 2007:6-7 yang mengungkapkan bahwa:
“Kunci keberhasilan sekolah full day terletak pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengejawantahkan konsep-konsep
ideal yang berarti reliabilitas personal dan profesional para pengelola sekolah menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan
sekolah serta memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan akses masyarakat
.” Aspek kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen yang
dikembangkan sekolah program full day school mengedepankan kemuliaan akhlak dan prestasi akademik Muslihin al- Hafizh, 2013.
Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif yaitu melalui tambahan waktu
khusus untuk pendalaman keagamaan bagi siswa. Biasanya jam tambahan tersebut dialokasikan pada waktu setelah sholat dhuhur
sampai sholat ashar Sismanto, 2007:5. Sistem pembelajaran full day school menerapkan konsep dasar
integrated activity dan integrated curriculum Khusnul Mufidati dalam
24
Annisa Nurul Azizah, 2014: 11-12. Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dionisios Loukeris et al dalam Annisa
Nurul Azizah, 201 4: 11 menyatakan bahwa „holoimero school’ atau
„all day school‟ yang dapat dikatakan sebagai full day school memiliki tujuan
pelaksanaan pendidikan.
Dionisios Loukeris,
dkk mengungkapkan bahwa :
“tujuan pelaksanaan pendidikan holoimero school adalah untuk menguatkan pengetahuan dan keterampilan siswa belajar,
intervensi mengajar tambahan bahasa dan matematika, mengajar konsolidasi, program individual oleh guru sekolah dari kelas sore.
Selanjutnya, adanya pengayaan materi pokok dengan mata pelajaran yang dikhususkan pada budaya dan sosial bahasa
Inggris, olahraga, musik, tari, studi teater, seni, teknologi baru dalam pendidikan, sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta
diajarkan oleh guru khusus.” Muslihin al- Hafizh 2013:11 berpendapat bahwa:
“Full day school memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah pada umumnya, namun terdapat sedikit modifikasi dengan
kurikulum lokal atau kurikulum khas sekolah. Kurikulum sekolah program full day school juga dirancang sedemikian rupa untuk
memacu keunggulan dalam aspek sains, keagamaan, bahasa berbasis informasi teknologi IT, muatan lokal, keterampilan-
keterampilan vokasional, ekstraku
rikuler serta pengembangan diri.” Kegiatan belajar full day school identik dengan permainan,
tujuannya agar proses belajar mengajar penuh dengan suasana kegembiraan. Konsep pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran
full day school adalah untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah perkembangan anak.
Menurut Adapun tiga ranah yang dimaksud, yaitu : a.
Ranah cipta kognitif, meliputi pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.
25
b. Ranah rasa afektif, meliputi penerimaan, sambutan, apresiasi sikap
menghargai, internalisasi
pendalaman, karakterisasi
penghayatan. c.
Ranah karsa psikomotorik, meliputi ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal Muhibbin
Syah, 2013: 148-150. Nor Hasan 2006: 110-111 mengemukakan bahwa;
“Sistem persekolahan dan pola fullday school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif, dalam arti mengoptimalisasikan
seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sisi kreatif sistem pembelajaran dengan sistem fullday
school terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
kondusif bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun sisi transformatif proses pembelajaran sistem fullday school adalah
proses pembelajaran itu diabdikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribad
ian siswa dengan lebih seimbang.” Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam
hal metode belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan berlangsung selama sehari penuh dengan penggunaan format game
permainan yang menyenangkan dalam pembelajarannya Hanif Faizin, 2009:19. Sekolah yang menerapkan full day school dapat
menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan keakraban antar siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi
cerdas intelektual serta emosional. Wiwik Sulistyaningsih dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 14 menyatakan bahwa sekolah bertipe full
day school dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang luas kepada anak, misalnya pergi berdarmawisata, ke taman, ke kebun
binatang, daerah pertanian, dan sebagainya.
26
Cryan dan Others dalam Addin Arsyadana, 2010: 29 melakukan sebuah riset dan memperoleh hasil bahwa;
“dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat
dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan
sikap yang lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian siswa
berada di kelas dan bera
da dalam pengawasan guru.” Penelitian lain yang dilakukan oleh Dina dalam Marfiah Astuti,
2013: 135 tentang “Pengaruh Full Day School Terhadap Kecerdasan Sosial Anak Kelas IV SDIT Bina Anak Shole
h Yogyakarta” dijelaskan bahwa;
“pendidikan atau sekolah full day kian diminati. Alasan yang bisa muncul adalah waktu belajar di sekolah lebih panjang. Konsep ini
dianggap mampu mengembangkan kreativitas dan keilmuan anak didik secara lebih tepat, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
kecerdasan sosial anak. Hasil tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang
sangat signifikan antara full day school dan kecerdasan sosial anak.
”
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School