112
“Kalau saya pribadi, karena saya di luar atau bukan sebagai pengurus ya paling saya ikut mensukseskan program yang
diadakan di sekolah. Contohnya saya datang kalau ada undangan POMG, kemudian saya juga memotivasi anak
supaya prestasinya bagus. Jadi, kalau prestasi anak- anak
bagus kan membawa nama baik sekolah juga.” WIU1242016
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mendukung keterlibatan orangtua dalam
program sekolah antara lain adanya kesadaran dan tanggung jawab orangtua, adanya kemauan dan kebutuhan orangtua, penghasilan
orangtuawalimurid, serta adanya komunikasi yang baik dari orangtua dan sekolah.
d. Faktor Penghambat Partisipasi Orangtua dalam Program Full
Day School SDIT Insan Utama a
Kesibukan dan Keterbatasan Waktu Orangtua
Faktor kesibukan orangtua merupakan faktor utama yang menghambat orangtua untuk berperan serta atau terlibat dalam
program di sekolah. Faktor kesibukan orangtua menjadi kendala utama bagi pihak sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa
mayoritas orangtua siswa di sekolah ini adalah orang yang sibuk. Kesibukan orangtua paling banyak berasal dari tuntutan
pekerjaan. Sebagian besar orangtua siswa bekerja dari pagi hingga sore atau bahkan malam hari. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kepala Sekolah sebagai berikut :
113
“Biasanya walimurid disini itu pegawai yang sibuk yang pulangnya sampai jam empat sore. Ada juga yang berasal
dari aparat, ada yang pegawai, ada yang pengusaha, rata- rata itu masyarakat menengah ke atas, mbak. Mayoritas dari
mereka itu bekerja dan termasuk orang- orang sibuk. Misalnya kalau ada kegiatan yang terkait orangtua di sekolah
biasanya enggak semuanya bisa hadir atau ikut. Mereka kan orang- orangnya sibuk. Jadi, mungkin para walimurid itu ikut
event- event
tertentu saja.” WPS142016 Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Ketua
komite sekolah MS yang mengatakan bahwa; “Latar belakang walimurid di sini itu lengkap. Guru banyak,
dosen banyak, pegawai negeri banyak, pegawai swasta juga banyak. Sementara ada orangtua yang sibuk, mereka
berangkat kerja sebelum anaknya bangun tidur dan pulang kerja setelah anaknya tidur. Rata- rata walimuridnya itu orang
yang berpendidikan dan sibuk. Orangtua semacam itu jelas tidak berpartisipasi dari berbagai hal. Ada orangtua yang
berkontribusi tetapi sibuk nah itu bisa juga menjadi faktor
penghambat.” WMS1342016 Orangtua yang sibuk bekerja mereka memiliki keterbatasan
waktu untuk
ikut terlibat
atau berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah anaknya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh guru- guru di sekolah H dan SN sebagai berikut;
“Ada juga yang orangtuanya sibuk atau terlalu sibuk jadi tidak sempat mengurus anaknya sampai sore. Biasanya anak
dari keluarga seperti itu yang nilainya turun dan perlu diberi
pencerahan lagi ya saya kira seperti itu.” WH542016 “Kalau yang menghambat untuk berpartisipasi itu mungkin
mereka sebenarnya mau berpartisipasi tetapi mungkin ada kendala waktu. Karena waktu itu berkaitan dengan kesibukan
orangtua walimurid. Rata- rata walimurid disini itu kan sibuk, jadi ya paling sering itu kendala waktu mereka mbak.”
WSN1242016
114
b Karakteristik Orangtua Yang Beragam
Watak atau karakteristik orangtua yang beragam menjadi salah satu faktor penghambat terjadinya partisipasi orangtua di
sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh WA, salah satu guru di sekolah sebagai berikut :
“Jadi, pola pendidikan di rumah dan di sekolah itu harus sama, jangan sampai di sekolah itu ibadahnya dan nilai sudah
bagus tetapi di rumah malah lemah bahkan tidak dilanjutkan. Kendalanya misal seperti itu, setiap orangtua itu tidak sama
wataknya mbak.” WWA1342016 Banyak walimurid yang menjadi sosok pendiam atau
penonton dalam kegiatan yang di sekolah, misalnya saat mengikuti POMG Pertemuan Murid dan Guru. Sebagian besar
walimurid terkesan kurang aktif saat mengikuti kegiatan tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa
walimurid berikut : “Selama saya ikut POMG disana, yang suka usul-usul itu
nggak banyak, tetapi banyak yang suka mengiyakan gitu mbak. Mereka itu tidak banyak yang ngomong secara
langsung, tetapi saya kira kalau diberikan kesempatan mungkin akan banyak juga yang ikut aktif dalam memberi
masukan. Sebenarnya saya juga bisa dibilang sama kayak Bapak Ibu yang lain. Mungkin beberapa yang lain sudah ada
yang berani berpendapat, namun ya masih dalam kategori yang biasa- biasa aja gitu
.” WAN942016 “Tetapi sebagian besar wali murid itu suka kompak,
misalnya gausah saya Pak X saja atau Bu X saja ya seperti itu. Biasa lah mbak, ada yang mampu dan mau. Ada juga
yang mampu tetapi tidak mau dan banyak yang tidak mau sih.” WSR1342016
115
“Kalau di sekolah gimana ya, kalau saya kan bukan pengurus jadi nggak terlalu ini banget sih. Maksutnya kan nggak begitu
punya banyak peran di sekolah, paling cuma mensukseskan program yang diadakan sekolah. Jadi kita nggak terlibat
banyak, karena kita bukan termasuk “motor” istilahnya gitu, kita ting
gal mengikuti aja dari belakang.” WIU1242016 Terdapat pula beberapa orangtua yang terkesan kurang
memperdulikan hal- hal yang berhubungan dengan anak di sekolah. Orangtua seperti itu tidak banyak terlibat dalam
kegiatan di sekolah anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu guru di sekolah sebagai berikut :
“Partisipasi orangtua disini itu sudah bagus misalnya kalau ada kegiatan di sekolah terus diundang ya datang terus kalau
ada info- info apa langsung nyambung gitu. Tetapi ada sebagian orangtua yang cuek, diundang nggak pernah
berangkat, laporan murid nggak pernah ngambil. Ada beberapa orangtua yang mungkin mendaftarkan anaknya
kesini untuk istilahnya memperbaiki anak tersebut. Istilahnya dibengkelke nang kene, ada anak dari keluarga broken home,
ada juga yang orangtuanya sibuk atau terlalu sibuk jadi tidak sempat mengurus anaknya sampai sore. Biasanya anak dari
keluarga seperti itu yang nilainya turun dan perlu diberi pencerahan lagi ya saya kira seperti itu. Lha yang kayak gitu-
gitu yang istilahnya kami itu juga pengen cari solusinya
gimana.” WH542016 Hal tersebut senada dengan Ketua Komite Sekolah MS
yang mengungkapkan bahwa; “Jadi partisipasi walimurid disini itu baik, tetapi belum baik
sekali. Ada beberapa walimurid yang agak cuek gitu paling prosentasenya 30 persen kan tadi saya sudah bilang yang baik
70 persen. Mungkin orangtua yang merasa sudah bayar mahal yasudah gitu, kalau diundang pertemuan ya mereka nggak
datang. Kalau pas pertemuan atau pengambilan raport itu kan sebenarnya ada komunikasi juga to
” WMS1342016
116
c Dominasi Peran Ibu dalam Pendidikan Anak di Sekolah
Faktor ini merupakan salah satu yang bisa menghambat keterlibatan orangtua dalam program atau kegiatan di sekolah.
Kebanyakan orangtua atau walimurid yang terlibat atau ikutserta dalam kegiatan sekolah adalah perempuan atau para ibu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh IS dan SR sebagai berikut : “Kalau yang suka ambil raport itu Ibu- ibu tho, mbak. Bapak
juga ada tetapi jarang, paling bapak- bapak itu mung sepertiganya mbak. Kalau di kelas itu yang Bapak- bapak
sukanya ngobrol sendiri gitu
, mbak.” WIS842016 “Kebanyakan yang datang itu Ibu- ibu, misalnya dari 50
persen walimurid yang datang pasti sebagian besar itu Ibu- ibu. Paling hanya ada satu atau dua orang Bapak- bapak saja,
mbak.” WSR1342016 Peran perempuan sebagai ibu dalam keluarga identik dengan
urusan domestik yang salah satunya yaitu pengasuhan anak. Hal tersebut menjadi alasan kuat mengapa kebanyakan Ibu- Ibu lah
yang terlibat dalam urusan anak di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh IU, salah satu walimurid sebagai berikut;
“Jadi, untuk masalah pendidikan anak memang sudah tugas saya. Memang suami itu sibuk tugas keluar dan mencari uang
untuk biaya anak, jadi gak terlalu mikirin gitu- gitu. Biasanya suami datang ke Jogja sebulan sekali, paling kalau pas beliau
datang, ngajak jalan-
jalan atau makan bareng sekeluarga.” WIU1242016
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat keterlibatan orangtua dalam
program sekolah antara lain adanya kesibukan orangtua,
117
karakteristik orangtua yang beragam, serta dominasi peran ibu dalam pendidikan anak di sekolah.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Bentuk – Bentuk Keterlibatan atau Partisipasi Orangtua dalam
Program Full Day School SDIT Insan Utama
Full day school dapat diartikan sebagai sekolah yang kegiatan belajarnya berlangsung dari pagi hingga sore hari, yaitu pukul 07.00
– 15.30 WIB. Sehingga dapat dikatakan bahwa full day school memiliki
rentang waktu yang lebih lama daripada sekolah pada umumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wiwik Sulistyaningsih dalam
Annisa Nurul Azizah, 2014: 9 yang menyatakan bahwa sekolah bertipe full day berlangsung hampir sehari penuh lamanya. Dionisios Loukeris
et al dalam Annisa Nurul Azizah, 2014: 11 menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan pendidikan full day school adalah untuk menguatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa. Seperti halnya di SDIT Insan Utama yang menerapkan full day school dengan tujuanuntuk
menguatkan pengetahuan siswa secara akademis serta spiritual. Tujuan lain dari pelaksanaan full day school adalah membentuk anak supaya
kelak terbiasa melakukan aktivitas dari pagi hingga sore hari. Adanya pengalaman-pengalaman yang kurang menguntungkan yang menimpa
diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Menurut
psikologi perkembangan, dasar kepribadian seseorang terbentuk pada