b. Manajer mengumbar amarahnya dan mengeluarkan anak buahnya hanya karena membutuhkan cuti panjang;
c. Mitra kerja menolak memahami kerja keras kelompoknya, hanya mengkritik kesalahan mereka saja;
d. Mitra kerja saling mempercayakan informasi hanya karena mereka merasa telah dikhianati;
e. Rasa tertekan dan kebosanan membayang; f. Pegawai saling merendahkan usaha masing-masing.
Pengalaman-pengalaman seperti ini, semua membicarakan masalah tidak dikendalikannya emosi kita, kurangnya empati dan
pertimbangan, atau tidak memperhatikan kebutuhan orang lain. Masalah-masalah inti ini menjadi dasar pembentukan kelompok,
memperbaiki moral, meningkatkan produktivitas, dan memberdayakan staf untuk bekerja lebih proaktif. Ini juga
dibutuhkan dalam hubungan sesama kelompok, pelayanan pelanggan, dan menciptakan keadaan sama-sama menang. Tanpa
kesetiaan dan kerjasama antar pegawai, lingkungan kantor akan menjadi tidak hamonis. Sedangkan hubungan yang jujur dan saling
menghargai amat diperlukan. Dikarenakan tanpa kesetiaan dan kerjasama, akan menjadi suatu
ajang permusuhan seperti banyak kantor saat ini yang hanya berisi pertentangankonflik.
2. Beberapa Hambatan dalam Membangun KEEQ a. Perasaan Dan Tindakan Tidak Sehat
Takut, terpengaruh, cemburu, manipulasi, intimidasi, dan membenci diri adalah sedikit di antara kata-kata yang dapat
menjadi halangan nyata dalam membangun KEEQ saat terbawa dalam kehidupan melalui pikiran dan tindakan kita.
Seseorang yang rnenunjukkan sikap dan perilaku hidup ini berada dalam pusaran pertentangan dan kesengsaraan diri.
Kita tidak dapat menyangkal perasaan negatif ini menimbulkan bayangan tak terlihat dalam kehidupan kita dan seringkali
menjadi nyata dalam bentuk tindakan menyimpang dan kata- kata menyakitkan yang dapat membuat karakter dan
kepribadian kita menjadi suram. Tidak hanya halangan ini mengakibatkan duka kepada orang lain, namun juga
mengurangi kadar harga diri yang kita miliki yang setiap kali kehilangan unsurnya yang berharga saat kita melakukan
perilaku yang menyakitkan ini yang menyakitkan diri kita atau orang lain.
b. Kerangka Berpikir Menghancurkan Dalam Hubungan
Hambatan KEEQ lainnya adalah kerangka berpikir yang menghancurkan. Ini terjadi saat kita berjuang mencapai
sesuatu yang ideal agar dapat diterima oleh orang lain yang mungkin bertentangan dengan siapa sebenarnya diri kita. Ini
akan menjadi akar penyebab banyak masalah dalam harga diri. Secara tradisional, pria diajarkan untuk bersaing dan
membuktikan kemampuan dan keberhasilannya dengan apa yang ia menangkan. Secara tradisional, wanita diajarkan untuk
mencoba menjadi yang paling cantik, paling menyenangkan, dan paling cerdik sejauh tidak menjatuhkan kaum pria. Dalam
beberapa hal wanita bersaing dengan wanita lainnya dalam menilai diri masing-masing melalui apa yang menghubungkan
dirinya dengan wanita lain..... Apakah ia lebih cantik, ber- pakaian lebih baik, memiliki rambut indah: adalah pertanyaan
yang sering diajukan kepada diri kita. Semua lambang luar dari status dan daya tarik. Beberapa pria memusatkan diri
pada apa yang dimiliki orang lain sebagai cara meraih keberhasilan, namun cenderung tidak memusatkan diri pada
penampilan seperti yang dilakukan wanita. Dalam kebanyakan hal, pria menggunakan kekuatan sebagai cara menguasai dan
memantapkan diri dalam suatu posisi status yang telah disedia kan baginya berkat kaitan keturunan. Kerangka berpikir atau
mental model seperti ini menjadi masalah kalau mereka harus bekerja untuk, atau dengan, wanita. Apa yang lebih jauh
merumitkan hubungan ini adalah saat-saat sukar yang dihadapi pria dalam mengungkapkan perasaaannya. Semakin dirinya
tidak tenang, semakin sulit dirinya berbicara. Alih-alih dari mengungkapkannya, mereka melakukan cara-cara intimidasi,
dan suatu sikap memerintah untuk mengurangi kewenangan seseorang. Akibatnya hal ini membuat pria ini merasa
sendirian, tegang, dan tidak dapat menikmati rasa berkawan persahabatan yang biasa. Wanita cenderung menujukkan rasa
tidak bahagianya kepada dirinya sendiri dengan berikap cemburu kepada yang lain, dan merasa tidak berdaya saat
bersaing dengan pria. Beberapa wanita dan bahkan pria, cenderung mengumbar rasa iri hati dengan mencoba merendah
kan harga diri orang lain. Ini dilakukan melalui pergunjingan, tindakan tidak benar, dan cara lisan atau perbuatan yang
cenderung mengurangi keyakinan dan potensi seseorang. Pesan yang dapat kita artikan dapat menjadi sangat gamblang
seperti wanita melihat dirinya bersaing dengan wanita lain demi merebut gelar “siapa yang paling jujur di antara
semuanya,” atau pria menganggap citra ketangguhan dan keberhasilan diartikan memenangkan dengan segala cara
sebagai cara membuktikan diri mereka. Sikap yang mengacu pada peran jenis kelamin ini terus merubah melalui gerakan
yang mengarah pada persamaan, namun tetap bertahan dalam banyak kalangan masyarakat dan harus terus menerus
diperhatikan.
c. Persekongkolan
Bacalah salah satu critical incidence dibawah ini: “Beberapa tahun yang lalu, saat suamiku masih bekerja
diperusahaan besar multinasional, kami menghadiri suatu pesta perusahaan bagi para karyawan dan istri mereka. Aku sangat
terpesona melihat betapa serupanya suasana pengaturannya dengan pesta dansa anak sekolah lanjutan. Para pria
berkumpul di salah satu pojok dan para wanita berkelompok di sudut lainnya. Aku mengenali dua orang wanita yang sedang
memperhatikan diriku dan kelihatannya saling mengobrol. Salah satu dari wanita itu adalah isteri bos. Mereka telah
memutuskan dan beberapa pertemuan sebelumnya bahwa aku tidak akan dapat memasuki klub tak resmi para istri di
perusahaan ini karena aku tidak memenuhi persyaratan yang mencakup: menjadi istri yang tumbuh bersama perusahaan,
dan bukannya memiliki karier sendiri, bersikap tidak mengancam bagi wanita yang tidak mengetahui harga
dirinya, dan di atas semua mematuhi semua keinginan istri bos. la biasanya menyampaikan penilaian tentang betapa
terasa terancamnya dirinya oleh anda. Kalau ia merasa tidak terancam maka anda dapat bergabung. Kalau ia merasa maka
anda harus ke luar. Persyaratan utama lainnya adalah bahwa anda harus mau mengakui dirinya sebagai pemimpin yang
tidak dapat diganggu gugat. Saat telah menjadi jelas bahwa aku tidak akan terundang masuk ke dalam klubnya yang elit,
teringat olehku betapa banyak dari kita tampaknya tidak cukup senang dengan kategori atau kelompok apa pun tempat orang
selalu berusaha menguasai orang lain. Sebagai perorangan yang unik, kita hendaknya bertahan seperti apa adanya diri
kita dan tidak tunduk pada perkawanan yang bergantung pada lambang status. Lebih baik kita berusaha membangun