Rangkuman MEMBANGUN KEMBALI DINDING

BAB IV STRATEGI KECERDASAN EMOSIONAL

DALAM ASPEK KONSENSUS DAN KONFLIK Setelah membaca Bab ini, peserta diharapkan memahami langkah strategi menanggapi pengelolaan dan pengendalian diri, pengorganisasian diri, proses pengendalian diri, serta dampak kepribadian terhadap kecerdasan emosional

A. Lima Langkah Strategi Menanggapi Pengelolaan Serta Pengendalian Diri.

Dalam tahun-tahun yang menyertai terjadinya krisis ekonomi dan krisis multidmensi yang terjadi sejak bulan Juli 1997 masyarakat kita banyak mengalami berbagai bentuk konflik baik konflik yang sifatnya horizontal maupun konflik vertikal yang secara keseluruhan berkaitan dengan bekerjanya emosi manusia. Kaitannya berbagai kejadian peristiwa krisis tersebut dengan kecerdasan emosi pada tingkat perorangantingkat kelompok maupun organisasi sangat erat dan kompleks dan dinamis. Aparat penyelenggara pemerintah seolah tidak memiliki ketrampilan serta strategi untuk menghadapi gejolak emosi massa pada saat terjadinya berbagai bentuk unjuk rasa dan amuk massa yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat yang berunjuk rasa. Keadaan yang dilematis itu sering disebut sebagai suatu pancaroba atau “Chaos”. Kemampuan untuk mengenali perasaan dalam diri serta mengakui dari mana asalnya perasan sekaligus menentu kan keabsahan sangat diperlukan dalam menyusun rencana strategis bagaimana harus menghadapinya. Hal ini sepintas mungkin terdengar seperti suatu prosedur yang panjang dan preskriptif, namun anda dapat menjadi sangat ahli melakukan secara cepat dengan menggunakan lima langkah strategi menanggapi sebagai berikut:

1. Santairileks

Kita sering mendengar pernyataan “4 S”: Saat berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menggangu adalah penting untuk mengenali bahwa dalam menghadapi stres tubuh menanggapinya sesuai dengan tanggapan emosional. Bayangkan kalau anda diminta berbicara di hadapan banyak orang tanpa sempat mempersiapkan lebih dahulu. Bagi beberapa orang yang sudah terbiasa melakukannya, berbicara di depan umum ini mudah saja, namun bagi kebanyakan di antara kita tidak mengenakkan. Istilahnya demam panggungstage fear Suara dalam diri anda mengatakan, “aku tidak siap... aku akan kelihatan bodoh... apa yang harus aku katakan... oh tidak, mengapa ini terjadi padaku....” Hal ini akan memicu tubuh anda menanggapi secara fisik. Pernapasan dapat menjadi pendek, juga akan merasa telapak tangan menjadi basah dan mungkin bahkan gemetar, dan khawatir bahwa anda mungkin akan tersenyum kalau menggerakkan mulut dengan mendadak. Ini juga terjadi pada saat penuh bahaya dan saat berhadapan dengan orang yang dengan suatu cara mengendalikan emosi anda. Karena kita semua menanggapi rangsangan negatif dalam berbagai cara, cara terbaik memulainya adalah dengan bersikap santai. Ambil napas panjang melalui hidung, tahan sejenak, dan biarkan keluar perlahan melalui mulut. Ini dapat dilakukan dengan cepat dan tidak diketahui. Teknik membuat tubuh menjadi santai lainnya adalah dengan mengatakan kepada diri sendiri, “aku dapat menguasai 27 28 orang ini keadaan ini, aku orang yang cemerlang dan kuat, dan aku harus santai dan tidak membiarkan diriku menjadi gugup”. Dengan memberanikan diri, anda akan mulai merasa lebih tenang dan tubuh akan merasa mulai santai.

2. Kenali Emosi Anda

Banyak diantara kita yang tidak mengenal bagaiamana emosi kita sebagai seorang pejabatkaryawan yang bertugas dalam menjalankan tugas sehari-hari dalam bidang pelayanan masyarakat. Satu cara kita salah mengelola diri dengan mengenal emosi adalah dengan tidak mengenali alasan yang mendasari mengapa merasa seperti itu. Kita biasanya dapat mengenali saat merasa marah, terluka, atau takut. Emosi ini bermanfaat memperkuat tanggapan kita terhadap dunia luar namun tidak perlu harus membantu menghadapinya. Untuk mengetahui bagaimana memecahkan masalah emosi dalam diri sendiri dalam memberikan pelayanan pada publik, lebih dahulu memahami mengapa merasa seperti itu.

3. Mengendalikan Diri

Pengendalian diri adalah hasil perpaduan : a. Karakter atau watak diwakili oleh prinsip dan nilai; b. Paradigma cara kita memandangmelihat dunia. Paradigma menurut Prof. DR. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah: Teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep dan asumsi metodologi atau cara pendekatan yang dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan”; Kematangan emosional yang dibahas dalam modul ini berhubungan erat dengan kemampuan untuk mendeteksi adanya kelumpuhan belajar Learning disabilities yang pada hakekatnya adalah juga merupakan kelumpuhan paradigma Paradigm paralysis atau sering juga disebut sebagai hambatan mental “mental block” yang menjadikan hidup kita tidak kreatif dan inovative. c. Kesadaran diri yang memungkinkan kita memeriksa pemikiran kita sendiri dan cara kita memandang diri sendiri dan orang lain emosi; d. Kreativitas dan imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan berbagai cara melihat sesuatu secara baru; e. Keinsyafan atau kesadaran yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan kaidah etika yang berlaku.

4. Bersikaplah Sungguh-sungguh

Kesabaran dan kesungguhan. Sekali memutuskan untuk menghadapi suatu masalah yang sifatnya emosional, adalah penting menentukan lebih dulu bagaimana tanggapan kita. Begitu seringnya kita memutuskan suatu arah tindakan yang tidak dapat dilanjutkan terus karena kita berpikir linear. Apakah membatalkan atau membiarkan rasa takut mencegah kita mengatakan dan melakukan apa yang kita ketahui benar. Sebagai contoh perhatikan critical incidense sbb: Misalnya, “kalau aku tidak bersungguh-sungguh membiarkan wanita di toko grosir mengetahui bahwa aku tidak mau ikut-ikutan bergunjing, aku akan dihadapkan dengan keadaan yang sama berulang kali”. Sebelum bertemu, aku tidak berhadapan langsung dengannya, aku akan tersenyum dan tidak mengatakan apa pun kecuali menjawab komentar atau keluhannya pada suamiku sepanjang