Santairileks Lima Langkah Strategi Menanggapi Pengelolaan Serta Pengendalian Diri.

orang ini keadaan ini, aku orang yang cemerlang dan kuat, dan aku harus santai dan tidak membiarkan diriku menjadi gugup”. Dengan memberanikan diri, anda akan mulai merasa lebih tenang dan tubuh akan merasa mulai santai.

2. Kenali Emosi Anda

Banyak diantara kita yang tidak mengenal bagaiamana emosi kita sebagai seorang pejabatkaryawan yang bertugas dalam menjalankan tugas sehari-hari dalam bidang pelayanan masyarakat. Satu cara kita salah mengelola diri dengan mengenal emosi adalah dengan tidak mengenali alasan yang mendasari mengapa merasa seperti itu. Kita biasanya dapat mengenali saat merasa marah, terluka, atau takut. Emosi ini bermanfaat memperkuat tanggapan kita terhadap dunia luar namun tidak perlu harus membantu menghadapinya. Untuk mengetahui bagaimana memecahkan masalah emosi dalam diri sendiri dalam memberikan pelayanan pada publik, lebih dahulu memahami mengapa merasa seperti itu.

3. Mengendalikan Diri

Pengendalian diri adalah hasil perpaduan : a. Karakter atau watak diwakili oleh prinsip dan nilai; b. Paradigma cara kita memandangmelihat dunia. Paradigma menurut Prof. DR. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah: Teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep dan asumsi metodologi atau cara pendekatan yang dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan”; Kematangan emosional yang dibahas dalam modul ini berhubungan erat dengan kemampuan untuk mendeteksi adanya kelumpuhan belajar Learning disabilities yang pada hakekatnya adalah juga merupakan kelumpuhan paradigma Paradigm paralysis atau sering juga disebut sebagai hambatan mental “mental block” yang menjadikan hidup kita tidak kreatif dan inovative. c. Kesadaran diri yang memungkinkan kita memeriksa pemikiran kita sendiri dan cara kita memandang diri sendiri dan orang lain emosi; d. Kreativitas dan imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan berbagai cara melihat sesuatu secara baru; e. Keinsyafan atau kesadaran yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan kaidah etika yang berlaku.

4. Bersikaplah Sungguh-sungguh

Kesabaran dan kesungguhan. Sekali memutuskan untuk menghadapi suatu masalah yang sifatnya emosional, adalah penting menentukan lebih dulu bagaimana tanggapan kita. Begitu seringnya kita memutuskan suatu arah tindakan yang tidak dapat dilanjutkan terus karena kita berpikir linear. Apakah membatalkan atau membiarkan rasa takut mencegah kita mengatakan dan melakukan apa yang kita ketahui benar. Sebagai contoh perhatikan critical incidense sbb: Misalnya, “kalau aku tidak bersungguh-sungguh membiarkan wanita di toko grosir mengetahui bahwa aku tidak mau ikut-ikutan bergunjing, aku akan dihadapkan dengan keadaan yang sama berulang kali”. Sebelum bertemu, aku tidak berhadapan langsung dengannya, aku akan tersenyum dan tidak mengatakan apa pun kecuali menjawab komentar atau keluhannya pada suamiku sepanjang minggu yang membuatnya menjadi gila. Akhirnya, aku perlu bersikap sungguh-sungguh. Cara anda mendekati seseorang sama pentingnya dengan apa yang anda katakan. Memberikan pesan campuran mix message menjadi tidak produktif terhadap apa yang perlu dicapai. Kalau anda mengatakan sesuatu tanpa bersikap sungguh-sungguh, dan tanpa mempertimbangkan kehormatan orang lain maka andalah yang pertama menjadi sasaran kontroversi. Pendapat sinis atau kejam tidak pernah memecahkan masalah, namun justru sebaliknya lebih menguatkan. Tidak peduli seberapa jujur dan terus terangnya anda, ada beberapa orang yang menolak tanggapan anda, atau mengguna- kan kesantunan anda melawan anda sendiri. Orang-orang ini curang dalam hasrat memahami masalah orang lain, dan kalau menanyakan apa yang telah mereka perbuat terhadap anda, dan anda mengatakan secara terbuka, mereka mencoba dan membuat anda merasa bersalah dengan mengatakan seperti: “anda sih selalu peka”, “bagaimana anda dapat berkata seperti itu?” atau “kalau saja anda bertindak lain, aku akan menanggapi dalam cara yang lebih positif.” Kebanyakan, kalau orang lain tidak bertanggungjawab atas kelakuannya sendiri, biasanya mereka lebih suka anda mengaku bersalah dan mengubah pendapat. Mereka melihatnya sebagai suatu cara menyingkirkan perasaan anda sendiri. Mungkin di waktu yang lain orang tidak mau bekerja bersama anda untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini menjadi tidak mungkin mengakui pandangan lain. Dalam keadaan ini adalah tepat mempertahankan keputusan dan bersikap tetap, tegas, dan terkendali.

5. Merasa Positif

Saat harus menghadapi seseorang atau sesuatu yang menjadi masalah kadang kita metakukannya dengan cara yang negatif atau menakutkan. Dalam memecahkan dilema, kita dapat melakukannya dengan semangat juang, sikap menghancurkan, atau kita benci harus menghadapi pertentangan ini. Berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan adalah bagian dari kenyataan hidup. Sukar menjalani masa yang panjang tanpa terlibat pada keadaan yang membuat kita putus asa. Bersikap positif berarti bahwa anda melihat kemungkinan sama-sama menang dan suatu peluang untuk memudahkan pemecahannya. Kita harus belajar mempertahankan sikap optimisme, menghargai kemampuan kita, dan membantu orang lain mewujudkan kemampuan mereka. Kalau yakin akan kekuatan dan kekuasaan kita, hal ini hendaknya membuat kita bebas bersikap dan bersedia bekerja bersama orang lain. Bersikap positif hendaknya menjadi pelengkap untuk bersikap realistis. Kalau anda menemukan sesuatu berada di luar kendali anda atau seseorang yang tidak menyukai apa yang anda coba lakukan secara berbeda, tetaplah bersikap positif untuk tidak memasukkannya dalam hati. Mereka berhak tidak saat menghadapi kekurangan, kekacauan, atau ketidakpastian kita memiliki alat dalam diri yang dapat membantu kita menghadapi keadaan. Sumber daya ini dapat mempertajam fokus dan mengarahkan kembali tanggapan kita sehingga dapat menjadi benar dan sesuai dengan apa yang kita benar-benar rasakan. Untuk mencapai hal ini, lebih dahulu harus mengetahui bahwa aiat ini anda menyukai dan anda juga berhak untuk tidak membiar- kan hal ini mempengaruhi anda. Orang yang positif mengatakan, “mari lakukan itu, kita dapat, aku akan, aku mengerti, aku bertanggung jawab atas tindakanku, aku akan berubah dan aku tahu ada cara yang lebih baik.” Sebaliknya, orang negatif akan berkata: “kita tidak dapat melaku- kan itu, aku tidak dapat, anda tidak paham, itu bukan tanggung jawabku, aku tidak melihat perlunya berubah, tidak ada cara lain”. 31