Kerangka Berpikir Menghancurkan Dalam Hubungan

penampilan seperti yang dilakukan wanita. Dalam kebanyakan hal, pria menggunakan kekuatan sebagai cara menguasai dan memantapkan diri dalam suatu posisi status yang telah disedia kan baginya berkat kaitan keturunan. Kerangka berpikir atau mental model seperti ini menjadi masalah kalau mereka harus bekerja untuk, atau dengan, wanita. Apa yang lebih jauh merumitkan hubungan ini adalah saat-saat sukar yang dihadapi pria dalam mengungkapkan perasaaannya. Semakin dirinya tidak tenang, semakin sulit dirinya berbicara. Alih-alih dari mengungkapkannya, mereka melakukan cara-cara intimidasi, dan suatu sikap memerintah untuk mengurangi kewenangan seseorang. Akibatnya hal ini membuat pria ini merasa sendirian, tegang, dan tidak dapat menikmati rasa berkawan persahabatan yang biasa. Wanita cenderung menujukkan rasa tidak bahagianya kepada dirinya sendiri dengan berikap cemburu kepada yang lain, dan merasa tidak berdaya saat bersaing dengan pria. Beberapa wanita dan bahkan pria, cenderung mengumbar rasa iri hati dengan mencoba merendah kan harga diri orang lain. Ini dilakukan melalui pergunjingan, tindakan tidak benar, dan cara lisan atau perbuatan yang cenderung mengurangi keyakinan dan potensi seseorang. Pesan yang dapat kita artikan dapat menjadi sangat gamblang seperti wanita melihat dirinya bersaing dengan wanita lain demi merebut gelar “siapa yang paling jujur di antara semuanya,” atau pria menganggap citra ketangguhan dan keberhasilan diartikan memenangkan dengan segala cara sebagai cara membuktikan diri mereka. Sikap yang mengacu pada peran jenis kelamin ini terus merubah melalui gerakan yang mengarah pada persamaan, namun tetap bertahan dalam banyak kalangan masyarakat dan harus terus menerus diperhatikan.

c. Persekongkolan

Bacalah salah satu critical incidence dibawah ini: “Beberapa tahun yang lalu, saat suamiku masih bekerja diperusahaan besar multinasional, kami menghadiri suatu pesta perusahaan bagi para karyawan dan istri mereka. Aku sangat terpesona melihat betapa serupanya suasana pengaturannya dengan pesta dansa anak sekolah lanjutan. Para pria berkumpul di salah satu pojok dan para wanita berkelompok di sudut lainnya. Aku mengenali dua orang wanita yang sedang memperhatikan diriku dan kelihatannya saling mengobrol. Salah satu dari wanita itu adalah isteri bos. Mereka telah memutuskan dan beberapa pertemuan sebelumnya bahwa aku tidak akan dapat memasuki klub tak resmi para istri di perusahaan ini karena aku tidak memenuhi persyaratan yang mencakup: menjadi istri yang tumbuh bersama perusahaan, dan bukannya memiliki karier sendiri, bersikap tidak mengancam bagi wanita yang tidak mengetahui harga dirinya, dan di atas semua mematuhi semua keinginan istri bos. la biasanya menyampaikan penilaian tentang betapa terasa terancamnya dirinya oleh anda. Kalau ia merasa tidak terancam maka anda dapat bergabung. Kalau ia merasa maka anda harus ke luar. Persyaratan utama lainnya adalah bahwa anda harus mau mengakui dirinya sebagai pemimpin yang tidak dapat diganggu gugat. Saat telah menjadi jelas bahwa aku tidak akan terundang masuk ke dalam klubnya yang elit, teringat olehku betapa banyak dari kita tampaknya tidak cukup senang dengan kategori atau kelompok apa pun tempat orang selalu berusaha menguasai orang lain. Sebagai perorangan yang unik, kita hendaknya bertahan seperti apa adanya diri kita dan tidak tunduk pada perkawanan yang bergantung pada lambang status. Lebih baik kita berusaha membangun hubungan yang nyata dan berharga yang saling memberdaya- kan, memenuhi, dan mendukung. Saat pesta terus berjalan, aku dapat merasakan bahwa kedua wanita itu sedang menjalin persekongkolandan dirikulah yang menjadi sasaran utamanya. Seperti yang aku perkirakan, pertunjukan baru saja akan dimulai. Para pengikut istri bos menghampiri suamiku dan menyapanya dengan gerakan dan ucapan yang dilebih-lebihkan. Ruangan segera menjadi senyap karena orang dengan asyiknya memperhatikan apa yang sedang terjadi. Aku berusaha tampak tenang, walau suhu ruangan, atau diriku sendiri, menjadi semakin menjauhi normal. Aku berusaha tertawa dan bercanda dengan kawan- kawan, dan para pengikut istri bos itu menjadi merasa tidak puas bahwa tindakan mereka tidak mendapatkan tanggapan seperti yang mereka harapkan dariku. Ia memutuskan menarik diriku masuk ke dalam aksinya dengan membuatku menjadi bintang pendamping. Ia memanggil namaku dan berusaha mengatakan kepadaku tentang betapa tampannya suamiku, dan betapa beruntungnya diriku berhasil mendapatkannya sekaligus mengingatkanku bahwa kalau aku tidak berhati-hati, seseorang akan mencurinya dari sisiku. Suamiku yang tidak tahu menahu merasa terkejut akan sikap yang terus terang ini dan kalau seandainya pintu jebakan sudah terbuka lebar, ia akan segera lenyap tanpa dapat tertolong lagi. Aku berbalik, tersenyum dan langsung menghadapinya sambil berkata dengan penuh semangat, “suamiku sungguh luar biasa dan aku yakin apa yang baru anda katakan layak mendapatkan tepuk tangan”. Semua orang mulai bertepuk tangan dan tertawa. Aku membuatnya terpojok pada adegannya sendiri dari pada kebalikannya yang telah ia rencanakan terhadap diriku. Sementara itu kawannya terus berdiri sambil mengamati dengan cermat untuk mengawasi kalau rencana mereka membuatku menjadi cemburu telah berjalan lancar. Ternyata semuanya telah membuat mereka kecewa”. Dari pengalaman kasus dimuka kita kadang terjebak dalam perilaku kekanak-kanakan seperti dicontohkan di atas. Hal ini hanya mengurangi diri kita sebagai wanita dan membuat kesertaan diri kita dalam kelompok kerja dan struktur sosial yang menyertainya menjadi lebih sulit dan membuat putus asa. Kita hendaknya bekerja dengan saling mendukung dan membangun koalisi seperti yang telah dilakukan kaum pria selama bertahun-tahun. Kita telah berjalan jauh, namun kita masih memiliki bermil-mil untuk dijalani sebelum kita dapat menyingkirkan rasa iri hati dan diri kita yang mengejawantah sendiri dalam perilaku rendah.

d. Rasa tidak aman dan terancam

Saat pria merasa terancam mereka dapat menggunakan cara seperti intimidasi, permainan kekuasaan, atau menggunakan usaha tidak jujur dalam lingkungan kerja untuk menangkis ancaman ini. Seorang pimpinan pria yang memegang posisi tinggi dalam suatu perusahaan sangat takut kepada pejabat perusahaan yang lebih muda. Untuk mempertahankan keunggulannya ia akan terus membuat bawahannya menunggu informasi yang pasti, dan dengan sengaja menetapkan acara rapat yang dimulai pukul 06.30 pagi, kemudian tidak muncul. Sikap tidak menghargai dan tidak dapat diduga ini membuat pejabat yang lebih muda merasa tidak aman. Sang bos akan terburu-buru memanggil dan meminta informasi, dan ketika pejabat yang lebih muda ini kembali dengan laporan yang telah dipersiapkan dan lebih lengkap, bosnya hanya mau kembali memperhatikan laporan sebelumnya dengan membuat satu lingkaran merah