Imajinasi dan Kreativitas Alat Pengorganisasian Dalam Diri.

menuding atau menganggap segalanya patut ditertawakan. Masalahnya adalah bukan kurangnya emosi, namun kurangnya keseimbangan, dan yang lebih penting, kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri. Dalam dunia masa kini, banyak dari kita yang mudah lepas kendali. Alih-alih memecahkan per- tentangan dengan melakukan pembicaraan tanpa ancaman agar hasiinya sama-sama menang, kita semua saling bertarung atau lebih buruk lagi, saling membunuh. Kekasaran, dan ketidak- sabaran mewarnai lingkungan masyarakat kita dalam beberapa tahun terakhir ini. Berapa banyak orang yang anda lihat dengan senyum di wajahnya saat anda menelusuri jalan? Berapa banyak orang yang menerima atau memberikan simpatinya dalam sehari? Berapa banyak orang memberikan perhatian terhadap orang lain di sekolah atau di tempat kerja atau ditempat pelayanan umum seperti Rumah sakit? Berapa banyak orang benar-benar merasakan penderitaan orang lain dirumah, disekolah dan ditempat kerja? Sayangnya kita terlalu banyak. Kita dengan predikat manusia modern telah terbutakan oleh uang, kekuasaan, dan keuntungan pribadi serta hal lain yang bersifat materi. Kita telah terkuasai untuk mendapatkan benda materi terbaik bagi tujuan hidup kita. Berusaha mendapatkan gaya hidup enak hedonis dan ingin dihargai orang lain; ini semua bukanlah masalah. Namun caranya untuk mendapatkan semua ini sering men- jadikan kita toleransi satu sama lain? Kita secara tak sadar saling menipu, saling menganiaya, saling memanipulasi, saling memainkan kekuasaan, mencuri dan bahkan membunuh seolah semuanya yang kita kejar itu benar. “Aku teringat pada seorang lelaki muda yang mengatakan kepadaku bahwa kunci kehidupan bukan kebenaran namun kemungkinan. Yang paling bengis dan kuat akan menguasai dan mengendalikan”. Kerangka berpikir linear seperti ini tidak menghasilkan pimpinan administrasi yang hebat atau orang besar, namun hanya mencetak tirani dalam berbagai ukuran. Kebesaran dihasilkan dari disiplin diri yang disebut Personal Mastery untuk mencapai tujuan dengan menggunakan belas kasihan yang akan memberikan sumbangan kepada kesejahtera- an manusia. Kalau kita selalu beremosi dan merasakannya tidak mungkin untuk tertawa pada diri sendiri, kita mungkin perlu menciptakan keseimbangan dengan menambahkan lebih banyak rasa lucu dalam kehidupan. Kalau kebalikannya yang benar, kita perlu mengerahkan emosi yang memberi kisaran ungkapan lebih banyak. Menyeimbangkan pikiran emosi dengan pikiran berpikir akan memungkinkan kita menjadi lebih nyata dan jujur kepada diri sendiri atau orang lain. Pengalaman seperti ini akan mem- bantu kita memberi kepada diri sendiri dan menambahkan kedalaman pada karakter. Beberapa dari kita sebagai pemimpin memilih menutup emosi tertentu untuk melindungi diri dari luka, sementara lainnya menggunakan kekuatan perasaan untuk mengendalikan dan menguasai. Dalam banyak kesempatan seseorang telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan sisi logika mereka sambil mengabaikan bagian emosional dan perasaan sebagai bagian dari keberadaan mereka. Apa pun yang anda pilih untuk mengarahkan emosi adalah kritis bahwa anda belajar menggunakan kekayaan ekspresi yang