pimp4KECERDASANEMOSIONAL

(1)

Hak Cipta ©

Pada

: Lembaga Administrasi Negara

Edisi Tahun 2008

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10, Jakarta, 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Jakarta - LAN - 2008

xxx hlm : 15 x 21 cm

ISBN : xxx-xxx-xxx-xxx-x

MODUL DIKLATPIM TINGKAT IV

Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2008


(2)

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi kepemimpinan bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon IV baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat struktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak, pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting karena bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara langsung, sehingga buah karyanya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan Diklat dapat lebih ditingkatkan sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV yang profesional dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan dan alumni tersebut menghasilkan kualitas yang sama, walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga Diklat yang berbeda, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi program Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Proses standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai

dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat lebih terjamin. Salah satu unsur penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang mengalami proses standarisasi adalah modul atau bahan ajar untuk para peserta (participants’ book). Disadari sejak modul-modul tersebut diterbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan nasional pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di samping itu, konsep dan teori yang mendasari substansi modul juga mengalami perkembangan. Kedua hal inilah yang menuntut diperlukannya penyempurnaan secara menyeluruh terhadap modul-modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini.

Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yang telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengaharapkan agar peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga modul hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Maret 2008 KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO


(3)

DAFTAR ISI

Lembar Judul. ... Lembar Pengesahan ISBN. ... Kata Pengantar. ... Daftar Isi. ...


(4)

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun belakangan ini, istilah EQ telah diterima oleh umum menjadi kependekan dari “Emotional Quotient’ yang setara dengan Intelligence Quotient (IQ).

Berdasarkan pada penelitian perilaku yang sangat luas, Dr. Daniel Goleman telah menunjukkan peranan yang sangat berarti yang dimainkan emosi dalam kehidupan mental kita; dan bahwa sebenarnya kita memiliki dua macam pikiran yakni satu yang berfikir dan lainnya yang merasakan.

Menurut penelitian para ahli psikologi, mereka pada umumnya sepakat bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20 persen faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan, sedang- kan 80 persen lainnya adalah berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan emosional yang menjadi fokus kajian ini.

Studi-studi lain dari berbagai disiplin seperti misalnya Psycho-Neurologi maupun Neuro-Psikiatri juga menunjukkan bahwa seorang eksekutif atau profesional yang secara tehnik unggul dan memiliki KE/EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik, kesenjangan yang perlu diisi, melihat hubungan tersembunyi (subtle) yang menjanjikan peluang, lebih cekatan dan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain.

Berkenaan dengan penelitian yang baru dan sangat berarti ini jelaslah bahwa IQ saja belum merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi berhasil, namun paduan KE/ EQ serta AQ/

Adversity Qoutients dan IQ lah yang dikonstruksikan secara menyeluruh sebagai suatu Gestalten yang dapat meraih keberhasilan ditempat kerja dalam situasi perubahan yang terjadi dengan cepat dan dinamis yang sarat dengan kompleksitas yang dinamis seperti yang kita alami sekarang ini.

B. Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini menjelaskan pengertian dan fungsi kecerdasan emosional, perbedaan kecerdasan intelegensi, pengenalan tingkat kecerdasan emosional pribadi, tipe-tipe kecerdasan emosional, peranan kecerdasan emosional, ciri-ciri/gaya kecerdasan emosional yang baik, konsensus dan konflik, dampak kepribadian terhadap tingkat kecerdasan emosional, strategi kecerdasan emosional, dan pengendaliannya dalam lingkungan tugas sebagai pimpinan Administrasi.

C. Hasil Belajar

Setelah membaca modul Kecerdasan Emosional ini peserta memiliki pemahaman tentang strategi kecerdasan emosional dan pengendali-an dalam lingkungpengendali-an tugas dengpengendali-an sebaik-baiknya untuk menghasil-kan kinerja kepemimpian Administrasi Publik yang produktif dan efektif.

D. Indikator Hasil Belajar

Indikator-indikator hasil belajar adalah :

1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan serta meng-eksplorer berbagai konsep kecerdasan;


(6)

2. Peserta mampu memahami dan menjelaskan serta menggali dan mengembangkan aspek kecerdasan emosional yang dimiliki; 3. Peserta mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan

nilai-nilai kecerdasan emosional ditempat kerja.

E. Materi Pokok

Materi Pokok yang dibahas dalam modul Kecerdasan Emosional ini adalah :

1. Pengertian dan fungsi kecerdasan emosional;

2. Perbedaan kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelegensi; 3. Tingkat kecerdasan emosional pribadi;

4. Tipe-tipe kecerdasan emosional; 5. Peranan kecerdasan emosional;

6. Ciri-ciri/gaya kecerdasan emosional yang baik ;

7. Strategi kecerdasan emosional dalam aspek konsensus dan konflik;

8. Strategi kecerdasan emosional dalam lingkup kerja dalam aparatur pemerintahan;

9. Dampak kepribadian terhadap kecerdasan emosional.

F. Manfaat

Berbekal hasil belajar pada modul Kecerdasan Emosional peserta diharapkan akan memperoleh pengetahuan, keterampilan serta sikap baru yang akan dimanfaatkan untuk pembentukan sikap, pengetahuan serta keterampilan baru ditempat kerja guna peningkatan kinerja instansinya.

G. Metodologi / Proses

Untuk mencapai hasil belajar maupun indikator hasil belajar seperti dikemukakan pada bagian C dan D tersebut dimuka maka disarankan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sbb:

1. Ceramah selama + 20-30 menit untuk menghubungkan mata latihan KE/EQ dengan mata latihan lain khususnya pelatihan Kepemimpinan dialam Terbuka/pelatihan outbound yang biasanya diberikan pada minggu pertama sebagai pembekalan awal bagi peserta.

Dengan demikian, hasil belajar dan indikator hasil belajar maupun setelah selesainya pembelajaran modul pelatihan ini pencapaiannya sesuai dengan prinsip-prinsip teori Psikologi Gestalt terkait dengan berbagai kegiatan mata pelatihan lain secara terintegrasi. Tugas fasilitator adalah menghubungkan berbagai kejadian/event belajar tersebut secara sistemik dan holistik sehingga berbagai kegiatan tersebut memiliki makna yang mendalam bagi peserta Diklat Pim IV.

2. Pengisian bahan latihan/kuesioner oleh peserta ± 20-30 menit dan kemudian diproses.

3. Tanya jawab/pembahasan dalam kelas untuk merefleksikan kembali bahan-bahan bacaan yang ada dalam modul ini yang memerlukan klarifikasi dari fasilitator.

4. Penugasan/latihan.


(7)

BAB II

KONSEPSI DASAR

KECERDASAN EMOSIONAL

Setelah membaca Bab ini, peserta diharapkan mampu memahami pengertian dan fungsi kecerdasan emosional yang

meliputi konsepsi dasar, manfaat, perbedaan dengan kecerdasan lainnya serta pengembangan dalam kehidupan

A. Pengertian dan Fungsi Kecerdasan Emosional

1. Konsepsi Dasar

Kita telah membayar sangat mahal tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari karena telah memisahkan emosi dari intelek. Hal ini bukan hanya kita ketahui secara intuisi bahwa itu tidak benar sepenuhnya. Tetapi ilmu pengetahuan juga membuktikan setiap hari bahwa kecerdasan emosionallah, bukan IQ atau kecerdasan otak semata-mata yang merupakan pendukung banyak dari keputusan yang paling baik, organisasi yang paling dinamis dan menguntungkan serta kehidupan yang sukses dan memuaskan. Bagi kita sebagai eksekutif pemerintahan yang menganut pandangan ilmiah kognitif bahwa pikiran adalah tentang penyimpanan dan pengolahan informasi menjadi fakta, akan kesulitan memahami pengertian bahwa kita memiliki pikiran lain yang merasakan dan lebih kuat dari pada IQ untuk menjadikan kita efektif atau tidak sebagai seorang pemimpin

Administrasi Publik yang melakukan tugas-tugas administratif secara profesional mengembangkan ketrampilan yang terfokus dan berteknik tinggi (high tech) seperti diungkapkan oleh John Naisbitt.

Program pelatihan yang mengarahkan perhatian untuk membangun ketrampilan profesional adalah yang paling popular dewasa ini.

Secara hipotetis dapat dikatakan bahwa semakin banyak informasi yang kita miliki, semakin unggul kita terhadap pesaing. Jadi untuk meningkatkan daya saing kita seharusnya kita dituntut untuk mampu mengelola informasi yang kita miliki lebih baik lagi Tetapi seperti diungkap oleh tokoh kecerdasan buatan/

Artificial Intellegence dan pemenang Nobel untuk bidang ekonomi dan juga seorang Psikolog pemenang Nobel Hebert Simon kemampuan manusia untuk mengolah informasi ini terbatas.

Dengan berusaha memahami KE/EQ yang merupakan bagian dari mental model maka akan dimungkin diambil keputuan manajerial yang lebih tepat.

Banyak organisasi pemerintah maupun organisasi swasta maupun organissi masyarakat berusaha sekuat tenaga men-dapatkan kemampuan intelektual pegawai untuk meningkatkan kekuatan mereka untuk mengolah informasi secara kontekstual. Diasumsikan bahwa ini juga berakibat meningkatkan produktivi-tas/kinerja organisasi secara keseluruhan.

Diyakini secara luas dengan masih mendasarkan pada teori Gestalt bahwa keberhasilan/sukses secara perorangan didasar-kan atas kemampuan menggunadidasar-kan IQ untuk memahami dan mensintesakan banyak data dan bahwa emosi mempunyai fungsi nyata.


(8)

Masyarakat pendidikan mendukung banyak organisasi untuk menanamkan filsafat intelektual sebagai kekuatan pendorong dibalik keberhasilan dalam hidup.

Antonio R. Damasio, Kepala Bidang Neurologi di University of Iowa College of Medicine, mengatakan :

“Kenyataannya, pembuatan keputusan/penalaran dan emosi/perasaan memiliki titik potong di dalam bekerjanya fungsi-fungsi otak. Ada sekumpulan sistem didalam fungsi otak yang ditujukan untuk proses pemikiran yang berorientasi membuat tujuan yang kita sebut penalaran, dan untuk menyeleksi respon yang kita sebut pembuatan keputusan”.

Sekumpulan sistem anatomi dan fisiologi otak yang sama ini juga terlibat dalam emosi atau perasaan yang menjadi fokus utama dari modul pelatihan ini.

Perasaan memiliki keunggulan yang meliputi kehidupan mental kita. Perasaan ikut memutuskan bagaimana bagian otak lainnya dan kognisi melangsungkan fungsinya.

Perasaan memiliki pengaruh yang sangat luas”. Robert Frost penyair Amerika menulis. “Sesuatu yang kita sembunyikan membuat kita lemah, sampai kita menemukan bahwa sesuatu itu adalah diri kita sendiri.”

Setiap hari tak terbilang jumlahnya manajer dan profesional yang cemerlang dan efisien menunjukkan kebolehan mereka sebelum diterima bekerja dan ini memerlukan pengorbanan manusiawi dan finansial secara langsung maupun tak langsung dari kita semua. Apa yang mereka tinggalkan dibelakang adalah “sesuatu” yang Frost katakan: Hati. Mungkin lebih sedikit puitis, psikolog dari Unersitas Yale Robert Stemberg, ahli dalam bidang

Succesful Intelligence, menyatakan, “Bila IQ yang berkuasa,

ini karena kita yang membiarkannya berbuat demikian. Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memilih penguasa yang buruk.”

Kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi dari pekerjaan hati nurani manusia.

KE/EQ bukanlah tentang trik-trik penjualan atau cara menata ruangan. KE/EQ bukanlah tentang memakai topeng kemunafikan atau penggunaan psikologi untuk mengendalikan, mengeksploitasi, atau memanipulasi seseorang. Kata “emosi” bisa secara sederhana didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan,” baik secara metafora maupun harafiah, untuk mengeluarkan perasaan.

Kecerdasan emosionallah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik yang kita miliki, dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita jalani dalam hidup seperti sekarang ini.

Emosi sudah sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa Latin, misalnya, “emosi” dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “jiwa yang menggerakkan kita.”

Berlawanan dengan kebanyakan pemikiran konvensional kita semua, emosi bukanlah sesuatu construct/konstruksi pemikiran yang bersifat positif atau negatif; tetapi emosi berlaku sebagai sumber energi, autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat, dan bilamana dikelola dengan tepat dapat memberikan kita sumber kebijakan intuitif.

Pada kenyataannya, perasaan memberi kita informasi penting dan berpotensi menguntungkan setiap saat bilamana dipergunakan secara arif.


(9)

Umpan balik/feedback inilah yang berasal dari hati, bukan kepala yang menyalakan kreatifitas membuat kita jujur terhadap diri kita, menjalin hubungan yang saling mempercayai, mem-berikan panduan nurani bagi hidup dan karir, menuntun kita kemungkinan yang tak terduga, dan malah bisa menyelamat-kan diri kita atau organisasi dari kehancuran.

Sehingga dalam berbagai kajian pardigma pembelajaran terutama disiplin “Personal Mastery” dihubungkan dengan kemampuan spiritual dan ilahiah seseorang.

Tentu saja tidak cukup hanya memiliki perasaan. Kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual sekalipun menuntut kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan perasaan orang lain dan untuk menanggapinya dengan cepat tepat, menerapkan prinsip-prinsip dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari yang semakin kompleks.

Definisi lengkapnya secara opersional sebagai berikut:

“Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.”

Selama satu dekade sekarang, beberapa dari pemikir kepemim-pinan kita yang paling baik telah menyarankan kita untuk mengikutsertakan emosi pada diri kita sendiri dan dalam memahami orang lain.

Pakar-pakar ilmu bisnis ini, terutama mereka yang telah membentuk pengertian kita mengenai kepemimpinan dan manajemen seperti yang kita praktekkan sekarang ini, termasuk Russel Ackkof, Chris Argyis, Peter Senge Abraham Zaleznik, dan Henry Mintzberg, yang pertama kali menyarankan dalam

artikel di Harvard Bussines Review 1976 bahwa pada intuisilah, bukan analisis, kita mencari mata rantai manajemen yang hilang. Pikirkan juga tulisan Gary Hamel dan Michael Hammer, dari antara banyak yang lain. Peter Senge, direktur “Organizational Learning Center” di MIT, mengingatkan mereka yang hanya bergantung pada intelek: “Orang dengan penguasaan diri yang sangat tinggi tidak mampu lagi memilih antara nalar dan intuisi, atau antara pikiran dan hati, sebagaimana halnya mereka tidak akan mampu memilih berjalan dengan sebelah kaki atau melihat dengan sebelah mata.”

Ketika kita menggunakan bukan hanya otak analitis yang terletak dibagian otak sebelah kiri kita tapi juga emosi dan intuisi, indra dan kecerdasan emosional yang berlokasi dalam otak sebelah kanan yang fungsinya lebih integratif. Kita akan mampu melirik dalam seketika ratusan pilihan atau skenario yang mungkin untuk menghasilkan pemecahan terbaik dalam waktu hanya beberapa detik, bukan berjam-jam.

Dan berbagai penelitian mengindikasikan bukan hanya kecepatan proses ini tetapi kemungkinan jawaban yang baik atau lebih baik yang akan ditemukan oleh orang yang menggunakannya daripada mereka yang semata-mata bergantung pada intelek semata-mata.

Berbagai penelitian inipun masih harus kita rangkaian secara sistemik dengan pandangan yang sistemik dan holistik seperti yang telah diletakkan oleh pandangan Psikologi Gestalt seperti dirintis oleh penelitian Kohler sebelumnya.

2. Manfaat Mempelajari Emosi

Sebelum berbincang tentang kecerdasan emosi tentunya. pertu dibahas lebih dulu apa yang disebut dengan emosi. Emosi berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakan,


(10)

bergerak, ditambah awalan-e untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Sedangkan menurut Oxford English Dictionary yang dimaksud dengan emosi adalah “setiap kegiatan atau pengolahan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.

Beberapa ahli mengelompokan emosi kedalam beberapa golongan yaitu:

a. Amarah : Beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, kebencian.

b. Kesedihan : Pedih, sedih, muran, suram, melan-kolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat.

c. Rasa takut : Ngeri, gugup, takut, cemas, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, kecut dan panik.

d. Kenikmatan : Senang, gembira, bahagia, ringan, puas, senang, terhibur, Bangga, kenikmatan indrawi.

e. Cinta : Penerimaan, persahabatan, keper-cayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, mabuk kepayang.

f. Terkejut : Terkesiap, takjub, terpana.

g. Jengkel : Hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

h. Malu : Rasa malu, malu hati, kesal hati, sesak, hina, aib, hancur lebur dan sebagainya.

(Emotional Intellegence, Daniel Goleman, halaman 411-412)

Salah seorang pakar dalam llmu Psikiatri Prof. dr. Sumantri Hardjoprakosa almarhum dalam salah satu desertasinya di-bidang Psikiatri yang mempertahankan desertasi tersebut di negeri Belanda pada tahun 1955 beliau menyebutnya dengan istilah “roso-pangroso” yang dibedakannya secara tegas dengan konsep “Angen-angen” yang sifatnya kognitif dan nafsu-nafsu yang sifatnya konatif (Mutmainah, Amarah, Sufiah, Laumawah).

Aspek struktural kejiwaan manusia yang digolongkan sebagai perasaan,kecerdasan dan nafsu-nafsu masing-masing berjuang dan bekerja sendiri tersebut merupakan aspek materiil yang berbeda dengan aspek yang immateriil.

Bila tidak disadari bagaiamana berfungsinya aspek-aspek emosi tersebut secara holistik dalam kehidupan manusia akan menimbulkan suatu konflik kejiwaan yang dalam Psikitari atau Psikologi Abnormal disebut sebagai gangguan neurosa. Dan bentuk bentuk neurosa ini banyak menimbulkan gangguan dalam aspek perilaku manusia didalam kerja sehingga menjadi tema dari hari Kesehatan Jiwa Nasional tahun 2001 ini. Dan disamping itu dalam struktur jiwa manusia dikonstruksikan ada aspek immateriil dan aspek spriritual llahiah.

Saudara dengan menggunakan bahan jurnal belajar selama mengikuti Kepemimpinan dialam Terbuka/pelatihan Outbond dapat menambahkan lagi daftar emosi yang berkecamuk di hati Saudara sebagai bahan latihan untuk menghubungkan dengan pelatihan yang lalu.

Namun demikian kata emosi mengalami perspektif perubahan sebagai berikut:


(11)

Emosi Makna Konvensional vs Makna Kinerja Tinggi/High Performance*).

Lambang kelemahan Lambang kekuatan Tidak boleh ada dalam bisnis Penting dalam bisnis

Harus dihindari Emosi memicu semangat belajar

Membingungkan Memperjelas

Hams dipisahkan Harus dipadukan

Menghindari orang yang Mencari orang yang emosional emosional

Hanya pikiran yang diperhatikan Emosi harus didengar Menggunakan Kata-kata tanpa Menggunakan kata-kata emosi emosional

Mengganggu penilaian yang baik Penting untuk penilaian yang baik Mengalihkan perhatian kita Memotivasi kita

Tanda kerentaan Membuat kita nyata-nyata hidup Menghalangi atau memperlambat Mendorong atau mempercepat

penalaran penalaran

Menghalangi mekanisme kontrol Membangun kepercayaan Memperlemah sikap-sikap Mengaktifkan nilai- nilai etika yang sudah baku

Menghambat aliran data obyektif Menyediakan informasi dan umpan balik yang vital Merumitkan perencanaan Memacu kreativitas dan manajemen motivasi serta Inovasi Mengurangi otoritas Mendatangkan pengaruh

tanpa otoritas

Memperlambat pelaksanaan Memicu pelaksanaan pekerjaan pekerjaan

*) SUMBER: Executive EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan organisasi, Robert K. Cooper, Ph. D., dan Ayman Sawaf, PT. Gramedia, Jakarta, 1997.

Namun demikian kata emosi mengalami perspektif makna yang berubah yang semula memiliki makna konsensional menjadi sesuatu yang memiliki makna penting untuk meningakatkan kinerja (high-performance).

Beberapa contoh perubahan perspektif tersebut adalah: Apakah peranan emosi dalam tugas-tugas kita sehari-hari? Emosi penting sebagai “energi pengaktif untuk nilai-nilai etika protest.

Misalnya kepercayaan integritas, empati, keuletan dan kredibilitas serta untuk modal sosial, yang berupa kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan profesional yang menguntungkan dan didasarkan pada saling percaya.

Rober C. Solomon, Profesor filsafat, University of Texas mengatakan bahwa “tanpa bimbingan emosi, penalaran menjadi tak memiliki prinsip atau kekuatan”.

Emosi juga berfungsi untuk membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu yang akan membantu mengatisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-tindakan.

KE/EQ juga berperan membantu IQ manakala kita perlu memecahkan masalah-masalah penting, keputusan penting dan memungkinkan untuk melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang istimewa dalam waktu yang singkat. KE/EQ yang diarahkan secara konstruktif akan meningkatkan kinerja intelektual.

KONVENSIONAL KINERJA TINGGI HIGH PERFORMANCE


(12)

B. Perbedaan Kecerdasan Emosional dengan

Kecerdasan Intelegensi

1. IQ yang relative Permanen

Dalam seratus tahun terakhir ini, kita telah menyaksikan memuncaknya kecerdasan akademik dan rasionalitas teknik. Pendidikan dan pelatihan modern telah dibangun di atas sikap mental berdasarkan logika dan analisis. Sebuah kurikulum disusun berdasarkan gramatika, aritmatika, penalaran reduk-sionistik, analisis berdasar-kan rumus, dan memorisasi otomatis atas sekumpulan fakta mutakhir. Kita berusaha menggunakan kecerdasan tak aktif ini untuk mendandani diri sendiri menjadi mahasiswa-mahasiswa yang sempurna dan profesional-profesional yang tidak pernah menyimpang dari buku. Bukan orang-orang yang praktis, adaptif, atau kreatif dan generatif. Bukan orang-orang yang nyata melainkan orang-orang yang tampak sempurna, dengan IQ dan prestasi tinggi, dan gaya bicara terpelajar. Sosok demikianlah yang kita anggap sebagai model. Sosok seperti itulah yang kita agung-agungkan. Dan ternyata yang kita temukan, dengan sendirinya, ini bukan hal yang paling penting dan ini tidaklah cukup.

Kita semua tahu dari pengalaman selama ini tentang orang-orang yang berhasil di sekolah tetapi kemudian gagal dalam hidup, begitu pula sebaliknya. Banyak orang-orang yang berhasil dalam bisnis dan pemerintahan seperti misalanya Sir Winston Churchill dan tidak memiliki catatan/track record akademik yang cemerlang selama dalam kehidupan akademik.

Kita semua tahu ada orang yang kaya dengan pikiran yang sehat dan kreativitas tetapi dikenal tidak berprestasi baik dalam uji-uji akademik. Ini semua mengingatkan bahwa kecerdasan di sekolah yang diperoleh secara akademik bukan segala-galanya. Ada faktor perilaku lain yang sifatnya non-akademi yang perlu dipertimbangkaan dalam hidup agar menjadi lebih seimbang.

Namun, banyak diantara kita tidak tahu tentang penemuan bahwa IQ mungkin berhubungah dengan hanya 4 persen dari keberhasilan di dunia nyata.

Dengan kata lain, lebih dari 90 persen keberhasilan mungkin berhubungan dengan bentuk-bentuk kecerdasan lain yang sekarang sedang ditemukan.

Seperti kecerdasan musik, kecerdasan spiritual, kecerdasan fisik dsb yang sedang diteliti oleh Psikolog Howard Gardner dari Harvard University.

Pikirkan yang berikut ini: Di sekitar kita, kendati ada revolusi informasi dan dengan penduduk berpendidikan tinggi yang banyaknya belum pernah tertandingi sepanjang sejarah, hubungan antar manusia makin renggang, saling percaya berkurang, pengacara makin laku, sinisme meningkat, kebencian meluas, dan politik demokrasi telah berubah menjadi semacam panggung sandiwara yang diresmikan.

Bersamaan dengan ituT banyak di antara kita sebagai PNS merasa bekerja berlebihan tetapi tidak cukup dihargai dengan sistem yang ada.

Dalam banyak kasus, kita seperti kehilangan kesadaran tentang arah dan tujuan kita dalam pendirian kita sebagai pelayan mayarakat. Atau semangat kreatif kita sebagai PNS telah menyusut melihat perubahan sosial yang mendasar disekitar kita. Atau kita tidak lagi dapat menemukan makna yang sesungguhnya dalam kebanyakan kegiatan yang kita kerjakan dalam membangun masa depan kita.

Voltaire menunjukan bahwa bagi bangsa Romawi kuno, sensus communis (common sense) tidak hanya berarti akal sehat tetapi juga kemanusiaan dan kepekaan, termasuk penggunaan perasaan. hati, dan intuisi secara penuh. Dari kenyataan seperti ini diakui bahwa memang benar bisnis ada hubungannya dengan kekuatan fungsi otak.


(13)

Akan tetapi untuk berpikir dengan baik, tepat dan untuk keberlanjutan keberhasilan yang seimbang, kita harus belajar untuk bersaing dan bekerjasama dengan memanfaatkan setiap aspek kecerdasan kita, tidak hanya dengan yang bersumber di kepala yang berada disebelah kiri.

Di samping itu, bukti neurologis terakhir seperti berbagai penelitian Neuro Languange Programming (NLP) seperti diungkapkan Dilts menunjukkan bahwa emosi adalah “bahan bakar” yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi.

Coba anda renungkan pernyataan terakhir ini. Ketika seorang penulis belajar di perguruan tinggi pasca sarjana dalam bidang sains, saya diajari bahwa, rata-rata, seorang dewasa hanya menggunakan 10 persen kecerdasannya selama ia hidup. Bertahun-tahun kemudian, penulis tersebut mengetahui bahwa perkiraan para ilmuwan ini telah diperbaiki rata-rata, seorang dewasa mungkin menggunakan dengan sungguh-sungguh hanya 1/10.000 dari potensi kecerdasannya (dalam koneks IQ) selama hidup. Pendek kata, kita mempunyai banyak sekali kemampuan potensil yang belum kita gali, lebih banyak daripada yang umumnya kita perhitungkan. Tiap orang dan organisasi yang sukses di seluruh dunia telah menyadari banyaknya dimensi praktis dan kreatif pada kecerdasan yang berada di luar kawasan IQ.

Dan, seperti yang ditegaskan oleh psikolog dari Universitas Yale, Robert Stenberg, “Orang masih menghitung IQ, namun IQ bukanlah yang terpenting. Kita tidak boleh menyingkirkan fakta bahwa hal-hal yang paling penting dalam hidup bukanlah kecerdasan tak aktif.” Jadi, ke mana kita harus berpaling dalam situasi ketidak pastian seperti ini? Salah satunya adalah mencermati perkembangan dimensi kecerdasan emosional dalam konteks perkembangan falsafah agama dan peradaban yang sedang berkembang di Indonesia dan dunia saat ini.

2. Pengembangan KE/ EQ adalah usaha seumur hidup

Kita mengenal istilah belajar seumur hidup’ “Long life learning” yang dilancarkan oleh Unesco beberapa dekade yang lampau yang masih relevan untuk dilanjutkan sampai kini. Jika kekuatan yang mendorong perkembangan kecerdasan dalam dunia usaha pada abad 20 adalah IQ, maka berdasarkan bukti-bukti yang makin banyak dipenghujung abad 21 yang lebih banyak berperan adalah KE/EQ dan bentuk-bentuk kecerdasan praktis serta kreatif yang terkait dengan “action Science” dan “Actionable Learning” yang dikembangkan oleh Prof. Rag Raven dan Prof. Lewis Mumford.

Meskipun zaman yang baru berlalu lebih banyak didominasi oleh IQ dan kefokus pada penggunaan model matematis yang memperlakukan segala sesuatu seolah sebagai benda mati dapat dianalisis, ada tanda-tanda bahwa model yang baru muncul untuk berorganisasi akan lebih didasarkan pada prinsip-prinsip KE/EQ dan sistem biologis-psikologi dan sosio kultural. Sejalan dengan itu, model belajar tersebut akan memperlakukan orang, pasar, yayasan dan organisasi sebagai sesuatu yang unik dan hidup, generatif dan interaktif, dan memiliki kemampuan bawaan untuk berubah, belajar, tumbuh, membangkitkan inspirasi, kreatif, melakukan sinergi dan bertransformasi sebagai suatu proses yang memberada (being). Proses memberadanya manusia dalam keseluruhan proses pembangunan manusia secara utuh seperti ini yang sedang mengalami perubahan secara mendasar dalam era reformasi sekarang ini.

Di banyak tempat kerja dilingkungan PNS, orang-orang yang berbakat dan produktif kerap dirugikan oleh kesenjangan-kesenjangan dalam kecerdasan emosional baik dalam diri mereka sendiri, atasan-atasan mereka serta pada orang-orang lain disekitar mereka ini tercermin dalam berbagai kebijaksanaan dimasa lalu yang sifatnya represif.


(14)

Pengembangan KE/EQ sangat berbeda dengan IQ yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup KE/EQ dapat dipelajari kapan saja, tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, pemarah, kikuk, atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.

C. Latihan

Identifikasi dan kenali emosi Anda pada setiap kegiatan yang Anda temui di tempat kerja.

Lakukan pengelompokkan atas emosi yang anda miliki kedalam golongan emosi yang Anda ketahui.

D. Rangkuman

¾ Kecerdasan emosional yang merupakan salah satu bagian dari kecerdasan-kecerdasan lainnya membuat kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan perasaan orang lain.

¾ Kemampuan untuk menanggapi secara tepat atas situasi baru dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari yang komplek merupakan wujud keberhasilan dalam mengimplementasikan kecerdasan emosional.

BAB III

MEMBANGUN KEMBALI DINDING

DALAM DIRI

Setelah membaca Bab ini, peserta diharapkan mampu memahami tipe-tipe kecrdasan emosional, peranan

kecerdasan emosional serta ciri/gaya emosional

A. Tipe-tipe Kecerdasan Emosional

Stoltz dengan dasar teorinya tentang “Adversity Qoutient” membedakan manusia dalam memecahkan persolan yang dihadapi kedalam tipe Quiter, Camper, Climber.

Tak ada orang sukses tanpa mengalami kegagalan dan perjuangan. Ciri orang gagal selalu berhenti pada saat ia mengalami hambatan dan kesulitan, sedangkan ciri orang sukses tidak akan berhenti pada saat ia belum berhasil. Bagi orang yang sukses, kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda. Thomas Edison mengalami kegagalan 10.000 kali sebelum berhasil membuat lampu pijar. Sedangkan Rasulullah pun mengalami serta melalui berbagai masalah yang sangat berat sebelum Islam mendunia. Kegagalan harus diterima sebagai sebuah upaya pembelajaran yang membuat anda menemukan sebuah pemikiran, penyempurnaan, metode dan tujuan yang lebih jelas. Kegagalan juga dapat diumpamakan sebagai sebuah batu intan yang belum digosok, semakin sering gagal maka makin sering digosok dan akan makin bersinar batu intan tersebut. Kegagalan akan menghapus kebiasaan buruk; menghancurkan kesombongan; sehingga menciptakan sikap rendah hati; dan akan


(15)

meningkatkan kecerdasan emosi anda melalui sikap terbuka dan

persistent (keras hati, gigih) dan merupakan ujian/cobaan akan

menghasilkan mental yang membaja (tangguh). Kita butuh kegagalan untuk menyempurnakan sikap dan mental kita. Kegagalan ada 2 (dua) macam, yaitu:

¾ Kegagalan proses disebabkan karena ilmu pengetahuan kita terbatas, dan akibat kesalahan teknis yang kita buat.

¾ Kegagalan suara hati adalah sesuatu hal yang paling membahaya kan dan sangat mematikan, karena dorongan suara hati telah tertutup, akibatnya tidak ada lagi energi pendorong yang akan membuat diri kita bangkit kembali. Orang yang beriman dan memiliki ketangguhan pribadi, tidak akan mengalami hal itu.

Adversity Quotient (AQ) adalah “kecerdasan yang dimiliki

seseorang dalam mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup” Paul G. Stolz, dalam Ary Ginanjar Agustian, (2004). Dengan Adversity Quotient (AQ) seseorang bagai diukur kemampuannya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak berputus asa.

Adversity Quotient (AQ) Membedakan Kemampuan Manusia di

dalam Mengatasi Masalah.

Adapun tipe dan ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Quitters

Tipe : pribadi yang selalu menghindar dari persoalan karena tidak merasa mau/mampu mengatasi persoalan. Ciri : minimal drive, kualitas rendah, mengambil resiko sedikit,

kurang kreatif, menghindari tantangan/masalah.

2. Campers

Tipe : pribadi yang selalu ingin dalam suasana aman, selalu ingin segera keluar dari ketegangan sebagai konsekuensi proses pencapaian tujuan.

Ciri : ada inisiatif, ada drive, ada usaha, melakukan hanya yang diperlukan.

3. Climbers

Tipe : pribadi yang selalu ingin mendaki untuk mencapai puncak, dengan mengerahkan segenap potensi dirinya yang mampu diaktualisasikan.

Ciri : ingin selalu melakukan perbaikan, terus berkembang dan memberikan kontribusi, bekerja dengan visi, pemimpin yang baik, membuat sesuatu terjadi. Untuk menjadi tipe Climber memerlukan pola kerja berikut: a. Just Do It (kerjakan sekarang) dengan mentalitas: fokus,

disiplin, tekun, peduli, manfaat, gembira, semangat, kegairahan; b. Berani keluar dari “zona kenyamanan”;

c. Meningkatkan ketekunan (tidak mudah putus asa/ optimis); d. Tidak takut gagal;

e. Tidak takut penilaian.

B. Peranan Kecerdasan Emosional

KE/EQ berperan sebagai mesin giling/prime mover kecerdasan manusia secara utuh karena berkait dengan integritas dan keunggulan pribadi seorang pemimpin yang harus dikembangkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, sekolah dan tempat kerja secara menyeluruh dan berkesinambungan.

1. Integritas Kepemimpinan

Aspek integritas kepribadian ini selalu menjadi aspek yang paling kritis dalam pengembangan kemampuan kepemimpinan. Seorang pemimpin dalam masyarakat kita sekarang ini sedang membangun dan melakukan reformasi secara menyeluruh masih merupakan model atau panutan. Integritas seorang pemimpin dalam konteks membangun masyarakat madani “Civil Society” dengan jumlah PNS yang + jumlahnya 4 juta dari jumlah penduduk + 230 juta sangat menentukan untuk dapat keluar dari krisis multidimensi sekarang ini.


(16)

2. Pribadi Yang Unggul

Daya saing kita sebagai bangsa atau aparatur yang hidup ditentukan oleh ketiga unsur dalam daya saing: Pertama kemampuan seorang pemimpin melihat kecenderungan/trend berbagai perubahan dalam lingkungan stratejik eksternal maupun lingkungan stratejik internal.

Kedua kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan inovasi terutama inovasi perilaku dalam organisasi agar transformasi dari nilai dalam paradigma lama kearah paradigma baru dapat terjadi dan Ketiga adalah mempupuk sifat keunggulan/Exellence pada tingkat perorangan, kelompok maupun organisasi dapat dipupuk dan dikembangkan secara berkelanjutan. Pribadi seorang PNS yang dipercaya untuk menduduki jenjang kepemimpinan tertentu dalam struktur kepemimpinan.

Administrasi Publik adalah sosok pribadi yang unggul/ Exellence

dalam meningkatkan daya saing organisasinya untuk keluar dari keterpurukan dewasa ini. Tekad dan semangat ini yang dituju dengan latihan ini.

C. Ciri-ciri/Gaya Emosional yang sesuai

1. Berpikir serba Sistem

Cara berpikir sistem menurut Prof. Jay Forester dari MIT sebagai bangunan kurikulum mulai diajarkan di tingkat Taman kanak-kanak di Amerika Serikat.

Dalam tatanan kurikulum kita berpikir sistem baru diajarkan diperguruan tinggi atau kursus-kursus untuk para eksekutif bisnis swasta.

Dapat dipahami mengapa dalam memecahkan masalah kita sehari-hari baik dan kita cenderung berpikir linear dan menerabas “Quick-fix” tanpa berpikir jauh yang melibatkan aspek perasan dan emosi dari para stakeholder serta konsumen kita.

Beberapa sekolah Internasional di Jakarta dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir reflektif para guru selalu menanyakan pada murid-muridnya untuk berani menceritakan apa yang dilihat dan dialami selama libur/weekend. Guru memberikan komentar sesuai dengan tingkat perkembangan mental emosionalnya untuk melatih berpikir sistem dengan cara yang sederhana dan menyenangkan karena pada hakekatnya setia orang senang mendengarkan atau mengungkapkan penglaman hidupnya dalam bentuk cerita/stories. Mengapa sifat dasar manusia ini tidak dijadikan sebagai pengungkit dalam merekayasa perubahan perilaku?

Meskipun dapat dikatakan agak terlambat dalam kajian paradigma didalam Diklat Pim II dan Diklat Pim I diminta para peserta membiasakan berpikir sistem dengan melatih membuat Jurnal pembelajaran secara teratur serta memecahkan masalah Administrasi Publik dengan menggunakan kasus yang memberi-kan pelajaran secara eksperiential/”Vicarous learning”. Dalam pelatihan outbound latihan membuat jurnal inipun dikembangkan sehingga kemampuan refleksi peserta untuk membaca pesan dari alam dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kecerdasannya secara menyeluruh.

2.

Efektif dan efisien dalam menggunakan energi pribadi.

Para jenius termasuk Albert Einstein baru mempergunakan + 10-15% dari seluruh potensinya/kecerdasannya. Jenius 99% adalah kerja keras/action/tindakan nyata. Satunya kata dengan perbuatan. Termasuk para peserta Diklat sekarang ini. Mengapa dapat terjadi pemborosan energi manusia seperti ini sebagian karena perkembangan pribadi dibelenggu oleh berbagai hambatan mental berupa tidak dipahaminya secara tepat esensi, prinsip serta praktek kecerdasan emosional seperti dibahas dalam modul ini.


(17)

3.

Mampu memecahkan berbagai masalah.

Seorang pemimpin dengan peran barunya sebagai guru/fasilitator, pengembangan sistem dan pengguna alat yang disebut berpikir sistem/Systems Thinking diharapkan mampu secara efisien dan efektif memecahkan berbagai masalah dalam lingkup Adminis-trasi Publik baik pada tingkat perorangan, tingkat kelompok, tingkat organisasi maupun tingkat masyarakat secara keseluruhan. Inilah inti dari membangun peradaban baru yang berlandaskan filsafat, agama yang kita anut. Reformasi Administrasi Publik menjadi nyata dan aktual dengan memulai melakukan pengelolaan secara amanah/reinventing the government

manajemen melalui pembelajaran organisasi “Organizational Learning”.

Karena paradigma belajar sebagai “behavioral paradigm” adalah merupakan pengungkit/leverage untuk merubah aspek perubahan struktural yang lain.

C. Latihan

Diskusikan dalam kelompok kecil untuk mrmbahas perbedaan tipe-tipe kelompok dan saling memberi masukan yang membangun untukj memperkaya pamahaman tentang tipe, peranan dan gaya emosional masing-masing peserta.

E. Rangkuman

Adversty Qoutient (AQ) merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan kesanggupan untuk bertahan hidup.

Dari Adversty Qoutient (AQ) seseorang dapat diukur kemampuan-nya dalam mengatasi setiap persoalan hidup untuk tidak berputus asa. Kecerdasan emosional pada dasarnya dapat berperan sebagai mesin giling kecerdasan manusia secara utuh sebagai pemimpin yang harus dikembangkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja secara berkesinambungan.

Gaya emosional yang sesuai ditandai dengan cara berfikir serba sistem, penggunaan energi secara efektif dan efisien serta kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah.


(18)

BAB IV

STRATEGI KECERDASAN EMOSIONAL

DALAM ASPEK KONSENSUS DAN KONFLIK

Setelah membaca Bab ini, peserta diharapkan memahami langkah strategi menanggapi pengelolaan dan pengendalian diri, pengorganisasian diri, proses pengendalian diri, serta dampak

kepribadian terhadap kecerdasan emosional

A. Lima Langkah Strategi Menanggapi Pengelolaan

Serta Pengendalian Diri.

Dalam tahun-tahun yang menyertai terjadinya krisis ekonomi dan krisis multidmensi yang terjadi sejak bulan Juli 1997 masyarakat kita banyak mengalami berbagai bentuk konflik baik konflik yang sifatnya horizontal maupun konflik vertikal yang secara keseluruhan berkaitan dengan bekerjanya emosi manusia. Kaitannya berbagai kejadian/ peristiwa krisis tersebut dengan kecerdasan emosi pada tingkat perorangan/tingkat kelompok maupun organisasi sangat erat dan kompleks dan dinamis. Aparat penyelenggara pemerintah seolah tidak memiliki ketrampilan serta strategi untuk menghadapi gejolak emosi massa pada saat terjadinya berbagai bentuk unjuk rasa dan amuk massa yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat yang berunjuk rasa. Keadaan yang dilematis itu sering disebut sebagai suatu pancaroba atau “Chaos”.

Kemampuan untuk mengenali perasaan dalam diri serta mengakui dari mana asalnya perasan sekaligus menentu kan keabsahan sangat diperlukan dalam menyusun rencana strategis bagaimana harus menghadapinya.

Hal ini sepintas mungkin terdengar seperti suatu prosedur yang panjang dan preskriptif, namun anda dapat menjadi sangat ahli melakukan secara cepat dengan menggunakan lima langkah strategi menanggapi sebagai berikut:

1. Santai/rileks

Kita sering mendengar pernyataan “4 S”: Saat berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menggangu adalah penting untuk mengenali bahwa dalam menghadapi stres tubuh menanggapinya sesuai dengan tanggapan emosional. Bayangkan kalau anda diminta berbicara di hadapan banyak orang tanpa sempat mempersiapkan lebih dahulu.

Bagi beberapa orang yang sudah terbiasa melakukannya, berbicara di depan umum ini mudah saja, namun bagi kebanyakan di antara kita tidak mengenakkan.

Istilahnya demam panggung/stage fear Suara dalam diri anda mengatakan, “aku tidak siap... aku akan kelihatan bodoh... apa yang harus aku katakan... oh tidak, mengapa ini terjadi padaku....” Hal ini akan memicu tubuh anda menanggapi secara fisik. Pernapasan dapat menjadi pendek, juga akan merasa telapak tangan menjadi basah dan mungkin bahkan gemetar, dan khawatir bahwa anda mungkin akan tersenyum kalau menggerakkan mulut dengan mendadak. Ini juga terjadi pada saat penuh bahaya dan saat berhadapan dengan orang yang dengan suatu cara mengendalikan emosi anda.

Karena kita semua menanggapi rangsangan negatif dalam berbagai cara, cara terbaik memulainya adalah dengan bersikap santai. Ambil napas panjang melalui hidung, tahan sejenak, dan biarkan keluar perlahan melalui mulut. Ini dapat dilakukan dengan cepat dan tidak diketahui. Teknik membuat tubuh menjadi santai lainnya adalah dengan mengatakan kepada diri sendiri, “aku dapat menguasai


(19)

orang ini (keadaan ini), aku orang yang cemerlang dan kuat, dan aku harus santai dan tidak membiarkan diriku menjadi gugup”. Dengan memberanikan diri, anda akan mulai merasa lebih tenang dan tubuh akan merasa mulai santai.

2. Kenali Emosi Anda

Banyak diantara kita yang tidak mengenal bagaiamana emosi kita sebagai seorang pejabat/karyawan yang bertugas dalam menjalankan tugas sehari-hari dalam bidang pelayanan masyarakat. Satu cara kita salah mengelola diri dengan mengenal emosi adalah dengan tidak mengenali alasan yang mendasari mengapa merasa seperti itu. Kita biasanya dapat mengenali saat merasa marah, terluka, atau takut. Emosi ini bermanfaat memperkuat tanggapan kita terhadap dunia luar namun tidak perlu harus membantu menghadapinya. Untuk mengetahui bagaimana memecahkan masalah emosi dalam diri sendiri dalam memberikan pelayanan pada publik, lebih dahulu memahami mengapa merasa seperti itu.

3. Mengendalikan Diri

Pengendalian diri adalah hasil perpaduan :

a. Karakter atau watak (diwakili oleh prinsip dan nilai); b. Paradigma (cara kita memandang/melihat dunia). Paradigma

menurut Prof. DR. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah:

Teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep dan asumsi metodologi atau cara pendekatan yang dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan”;

Kematangan emosional yang dibahas dalam modul ini berhubungan erat dengan kemampuan untuk mendeteksi adanya kelumpuhan belajar (Learning disabilities) yang pada hakekatnya adalah juga merupakan kelumpuhan paradigma (Paradigm paralysis) atau sering juga disebut sebagai hambatan mental “mental block” yang menjadikan hidup kita tidak kreatif dan inovative.

c. Kesadaran diri yang memungkinkan kita memeriksa pemikiran kita sendiri dan cara kita memandang diri sendiri dan orang lain (emosi);

d. Kreativitas dan imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan berbagai cara melihat sesuatu secara baru; e. Keinsyafan atau kesadaran (yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan kaidah etika yang berlaku).

4. Bersikaplah Sungguh-sungguh

Kesabaran dan kesungguhan. Sekali memutuskan untuk menghadapi suatu masalah yang sifatnya emosional, adalah penting menentukan lebih dulu bagaimana tanggapan kita. Begitu seringnya kita memutuskan suatu arah tindakan yang tidak dapat dilanjutkan terus karena kita berpikir linear. Apakah membatalkan atau membiarkan rasa takut mencegah kita mengatakan dan melakukan apa yang kita ketahui benar.

Sebagai contoh perhatikan critical incidense sbb: Misalnya, “kalau aku tidak bersungguh-sungguh membiarkan wanita di toko grosir mengetahui bahwa aku tidak mau ikut-ikutan bergunjing, aku akan dihadapkan dengan keadaan yang sama berulang kali”. Sebelum bertemu, aku tidak berhadapan langsung dengannya, aku akan tersenyum dan tidak mengatakan apa pun kecuali menjawab komentar atau keluhannya pada suamiku sepanjang


(20)

minggu yang membuatnya menjadi gila. Akhirnya, aku perlu bersikap sungguh-sungguh. Cara anda mendekati seseorang sama pentingnya dengan apa yang anda katakan. Memberikan pesan campuran (mix message) menjadi tidak produktif terhadap apa yang perlu dicapai. Kalau anda mengatakan sesuatu tanpa bersikap sungguh-sungguh, dan tanpa mempertimbangkan kehormatan orang lain maka andalah yang pertama menjadi sasaran kontroversi. Pendapat sinis atau kejam tidak pernah memecahkan masalah, namun justru sebaliknya lebih menguatkan.

Tidak peduli seberapa jujur dan terus terangnya anda, ada beberapa orang yang menolak tanggapan anda, atau mengguna-kan kesantunan anda melawan anda sendiri. Orang-orang ini curang dalam hasrat memahami masalah orang lain, dan kalau menanyakan apa yang telah mereka perbuat terhadap anda, dan anda mengatakan secara terbuka, mereka mencoba dan membuat anda merasa bersalah dengan mengatakan seperti: “anda sih selalu peka”, “bagaimana anda dapat berkata seperti itu?”atau “kalau saja anda bertindak lain, aku akan menanggapi dalam cara yang lebih positif.” Kebanyakan, kalau orang lain tidak bertanggungjawab atas kelakuannya sendiri, biasanya mereka lebih suka anda mengaku bersalah dan mengubah pendapat. Mereka melihatnya sebagai suatu cara menyingkirkan perasaan anda sendiri. Mungkin di waktu yang lain orang tidak mau bekerja bersama anda untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini menjadi tidak mungkin mengakui pandangan lain. Dalam keadaan ini adalah tepat mempertahankan keputusan dan bersikap tetap, tegas, dan terkendali.

5. Merasa Positif

Saat harus menghadapi seseorang atau sesuatu yang menjadi masalah kadang kita metakukannya dengan cara yang negatif

atau menakutkan. Dalam memecahkan dilema, kita dapat melakukannya dengan semangat juang, sikap menghancurkan, atau kita benci harus menghadapi pertentangan ini. Berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan adalah bagian dari kenyataan hidup. Sukar menjalani masa yang panjang tanpa terlibat pada keadaan yang membuat kita putus asa. Bersikap positif berarti bahwa anda melihat kemungkinan sama-sama menang dan suatu peluang untuk memudahkan pemecahannya. Kita harus belajar mempertahankan sikap optimisme, menghargai kemampuan kita, dan membantu orang lain mewujudkan kemampuan mereka.

Kalau yakin akan kekuatan dan kekuasaan kita, hal ini hendaknya membuat kita bebas bersikap dan bersedia bekerja bersama orang lain. Bersikap positif hendaknya menjadi pelengkap untuk bersikap realistis. Kalau anda menemukan sesuatu berada di luar kendali anda atau seseorang yang tidak menyukai apa yang anda coba lakukan secara berbeda, tetaplah bersikap positif untuk tidak memasukkannya dalam hati. Mereka berhak tidak saat menghadapi kekurangan, kekacauan, atau ketidakpastian kita memiliki alat dalam diri yang dapat membantu kita menghadapi keadaan. Sumber daya ini dapat mempertajam fokus dan mengarahkan kembali tanggapan kita sehingga dapat menjadi benar dan sesuai dengan apa yang kita benar-benar rasakan. Untuk mencapai hal ini, lebih dahulu harus mengetahui bahwa aiat ini anda menyukai dan anda juga berhak untuk tidak membiar-kan hal ini mempengaruhi anda. Orang yang positif mengatamembiar-kan, “mari lakukan itu, kita dapat, aku akan, aku mengerti, aku bertanggung jawab atas tindakanku, aku akan berubah dan aku tahu ada cara yang lebih baik.

Sebaliknya, orang negatif akan berkata: “kita tidak dapat melaku-kan itu, aku tidak dapat, anda tidak paham, itu bumelaku-kan tanggung jawabku, aku tidak melihat perlunya berubah, tidak ada cara lain”.


(21)

Semangat bersifat menular, begitu juga pesimisme, namun hanya satu yang membawa kemajuan.

Falsafah pengelolaan diri hanyalah untuk mengetahui siapakah anda, apa yang anda rasakan, apa yang anda pertahankan, dan bagaimana ingin memperlakukan diri anda sendiri. Pengelolaan diri tidak berarti bahwa anda bukan diri anda sendiri, atau bahwa anda bersikap dingin atau menjadi robot yang terkendalikan. Ini tidak berarti memiliki proses pemikiran sendiri, memilih cara yang diinginkan dalam berpikir dan merasakan. Hal ini membuat hal-hal yang tidak penting menjadi kurang penting, dan memberi kebijaksanaan memilih apa yang sungguh bermanfaat bagi anda dari apa yang tidak. Pengelolaan diri adalah jembatan positif antara emosi dan logika. Kalau tidak mengelola diri sendiri, ide, pandangan, atau tinjauan apa saja dapat mengakibatkan anda tidak menentu secara emosional, dan bertabiat menjengkelkan atau perilaku yang tidak bermanfaat. Inilah sebabnya beberapa orang menghabiskan banyak waktu untuk meminta maaf atas apa yang mereka katakan atau telah dilakukan. Pengelolaan diri sebagai salah satu bentu disiplin Personal mastery mewujudkan mekanisme penyaringan untuk menangani semua rangsangan yang kita terima. Ia mengelola apa yang dimasukan dalam diri, dan bagaimana menyampaikan informasinya. Kita juga memiliki sistem penapisan yang setelah memasukan suatu masalah atau tanggapan, merasakannya, menghadapi, dan kemudian mem-biarkannya berlalu. Terlalu banyak masukan yang tidak perlu dapat membutakan inti dalam diri kita dan membuatnya lebih sukar untuk mencapai sifat produktif bagi keberhasilan pribadi.

B. Alat Pengorganisasian Dalam Diri.

Saat menghadapi kekurangan, kekacauan, dan ketidakpastian kita memiliki alat dalam diri yang dapat membantu kita menghadapi keadaan. Sumber daya ini dapat mempertajam fokus dan mengarah-kan kembali tanggapan kita sehingga dapat menjadi benar dan sesuai dengan apa yang kita benar-benar rasakan. Untuk mencapai hal ini, lebih dahulu harus mengetahui bahwa alat ini ada, dapat bekerja sesuai perintah, dan kapan saat paling baik untuk menggunakannya. Alat dalam diri diorganisasikan dalam empat golongan besar:

1. Intuisi

Ini kebijaksanaan dan penglihatan dalam diri kita sendiri. Ingat saat seseorang meminta anda melakukan sesuatu dalam diri anda mengatakan kepada anda untuk tidak mengabulkan. Mereka yang mendengarkan suara dalam diri mereka dapat menyelamat-kan diri dari suatu situasi yang negatif. Bagi yang lain hal ini dapat mengakibatkan suatu pengalaman yang tidak mengenakan. Dengan mendengarkan kebijaksanaan dalam diri, bimbingan ibu atau suara batin, kita mengakui intuisi yang dibawa sejak lahir. Pernahkah anda mendengar seseorang berkata: “sesuatu di dalam telah mengingatkanku tentang ini (atau jangan melakukan itu)”? Dengarkan dan tanggapilah dengan sabar. Suara batin yang anda dengar untuk diri anda bagaikan saran yang baik yang anda berikan untuk orang lain atau nasihat berguna yang anda sampaikan ke seseorang yang anda kasihi. Akan bermanfaat, kalau kita gunakan.

2. Logika dan analisa adalah kemampuan melihat gambaran masalah secara keseluruhan, menguraikan menjadi bagian-bagiannya dan dari sana kita mampu memecahkan suatu masalah. Seringkali kita hanya memperhatikan sedikit informasi dalam menyelesaikan suatu masalah, bagaikan menggigit sepotong roti


(22)

dan bergegas ketempat kerja. Kita memiliki kemampuan dalam diri untuk memikirkan masalah dan menganalisa bagian-bagiannya sehingga dapat mengambil kesimpulan secara logis. Beberapa orang dapat lebih baik dalam melakukan hal ini daripada orang lainnya. Mereka menyempatkan diri dan menggunakan energi untuk menggunakan proses meneliti secara menyeluruh dan kemudian menggabungkan bagian-bagiannya. Beberapa dari kita cenderung melakukan generalisasi, bentuk umum (stereotipe), perlambang, dan petunjuk satu dimensi lain untuk membuat anggapan/asumsi. Penyidik dalam diri kita tersembunyi kalau kita dihadapkan dengan keharusan mengambil keputusan dengan jalan mengandalkan orang lain, atau beralih kepada pemecahan kilat lainnya yang tidak memiliki kaitan nyata. Bakat logika dan analisa (Logical Analysis) merupakan salah satu yang perlu dikembangkan, dibina dan didorong sejak kita kecil. Tidakkah ironis bahwa banyak diantara kita memiliki ketrampilan ini namun hanya menyalakan dan mematikannya seperti sebuah keran air? Kita menggunakannya dalam tatanan profesional atau saat membantu orang lain, namun kalau memerlukannya dalam tatanan sosial, atau pribadi kita membiarkannya tertidur. Ketrampilan melihat keseluruhan dan bagian-bagian gabungannya merupakan proses yang dapat kita manfaatkan dalam setiap situasi kehidupan. Pria dalam kisah di atas yang melihat istrinya makan siang bersama orang lain tidak menggunakannya, juga orang lain yang mengalami masalah pribadi dan karier seringkali melupakannya. Pengambilan keputusan dalam proses Logical Analysis meliputi tiga langkah:

¾ Melihat seluruh rangkaian kartu. Kalau kita diharapkan bermain kartu adalah bijak untuk mengetahui lebih dahulu apakah kita bermain dalam satu rangkaian kartu secara penuh, kartu apa yang kita pegang, dan kartu apa yang berada di

tangan orang lain. Dengan mengetahui hal ini kita akan berada dalam posisi yang lebih baik, sehingga dapat menganalisa jenis permainan yang dimainkan orang lain dan mengetahui kartu yang diperlukan untuk melakukan penawaran (call) yang tepat. Kadang kita mungkin untuk mengetahui seluruh rangkaian kartu dan kita harus mengandalkan ada intuisi serta ketrampilan kita untuk mengambil keputusan yang tepat, dan kadang bisa saja tidak berhasil. Hal penting yang harus diingat adalah bahwa pengetahuan “knowledge” merupakan kekuatan, dan kekuatan hendaknya menjadi peluang untuk melakukan apa yang benar.

¾ Mengelompokan informasi yang anda peroleh/terima. Saat data mulai membanjir anda perlu kelompokkan kemudian pisahkan apa yang paling diperlukan dan apa yang menjadi kurang penting. Misalnya, gunakan kelompok, fakta, fiksi, penting, tidak penting, perlu dipertimbangkan, dan diperlukan sebagai dasar. Lalu memilih kelompok prioritas, dan memutuskan bagaimana mengatasi masalahnya dan kemungkinan hasilnya. Lanjutkan dalam porsi yang tepat. Ini akan memberi peluang untuk memikirkan masalahnya dan mendalami rincian yang tidak penting dalam membentuk posisi masalah.

¾ Memahami iklim lingkungannya. Begitu informasi dikelompokan dan disusun, adalah penting sekarang untuk mengetahui latar belakang yang akan anda gunakan mengambil keputusan atau melakukan tindakan. Rencana yang disusun dengan rapi dapat menjadi berantakan kalau anda lupa mengetahui dengan siapa berhadapan, kerumitan politik yang anda hadapi, dan atmosfir umum dan suatu situasi atau kejadian. Memberikan ceramah tentang bahaya merokok tidak akan produktif kecuali anda menguasai pandangan ini dan uraiannya juga memperhitungkan hal ini.


(23)

3. Imajinasi dan Kreativitas maupun inovasi memberi kita jalan untuk mencari cara yang lebih baik dalam memecahkan suatu masalah atau membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain. Salah satu alat dalam diri yang paling merangsang dan menarik adalah kemampuan seseorang menggunakan imajinasi untuk membuat gambaran dari apa yang kita lihat bagi diri sendiri dan bagi dunia, dan untuk mampu melangkah sedekat mungkin untuk mewujudkan gambaran itu. Tanpa kemampuan imajinasi ini hanya berfungsi seperti yang sudah kita alami, membatasi kepada pandangan yang lebih sempit tentang kehidupan yang penuh perbedaan dan keunikan. Imajinasi sebagai kemampuan memberi peluang untuk mengubah situasi menjadi inovasi yang penting dan dapat diolah bagi kebaikan umat manusia atau kehidupan kita sendiri. Apa pun yang baik dan buruk, sumber awalnya adalah imajinasi kita sendiri. Kalau anda tidak pernah membayangkan diri anda berpendidikan, atau sebagai pemimpin, maka peluang anda untuk menjadi atau mengambil manfaat dari posisi itu akan berkurang. Imajinasi juga dapat menjadi mekanisme yang membantu menghadapi kesepian, kebosanan, situasi yang buruk, ketidakbahagiaan. Untuk tahanan perang atau orang yang dipenjara, imajinasi merupakan suatu pelepasan dari kecemasan karena keadaan atau lingkungan tertentu. Hal ini memungkinkan kita menciptakan suatu tempat di mana dapat menjumpai kedamaian dan membiarkan kita mengharapkan diri kita seperti apa yang kita inginkan. Kreativitas kita adalah suatu perluasan dari imajinasi dan dapat digunakan untuk memfokuskan cara untuk memperoleh visi kita atau menemukan jalan untuk mengembangkan perspektif baru dan segar dalam memecahkan masalah lama yang membebani. Hal ini memunculkan keaslian dan bakat kita untuk mengembangkan sesuatu yang unik dan yang menyatakan ekspresi diri kita.

4. Emosi Ini merujuk pada perasaan dan pemikiran khususnya, keadaan psikologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak. Semua ini merupakan tanggapan sadar kita terhadap hal-hal yang terjadi pada kita. Emosi dapat berlaku sebagai pengingat bahwa kita adalah anggota alam semesta yang dapat mencintai, memperhatikan dan merasakan. Hal ini memungkinkan kita untuk mengungkapkan diri kita selama kita menjalani pengalaman hidup. Emosi dapat menjadi positif atau menjadi negatif tergantung pada pemahaman akan suasana hati, tabiat, dan isyarat yang mengharuskan kita bertindak. isyarat emosional mencakup marah, sedih, takut, empati, benci, senang, bangga, kenikmatan, kasihan, cinta, kejutan, bersalah, sayang, tidak suka, putus asa, dan tertawa. Bayangkan kalau dunia kosong dari emosi, di mana setiap orang saling berlainan dan apatis, atau kalau tidak ada yang merasakan apa pun atau menunjukkan tanggapan apa pun terhadap apa yang kita katakan atau lakukan. Kita semua hanya berjalan berkeliling berbicara tanpa teman untuk mengungkapkan perasaan, dan apa yang kita terima lebih berupa dialog. Pernahkah anda tertarik terhadap sesuatu yang anda rasakan baik hanya agar orang yang anda ajak bicara mau melihat kepada anda tanpa emosi atau umpan balik yang positif? Ingatkah saatnya mengatakan keberuntungan anda hanya agar orang lain mengatakan hal yang benar, namun tanggapan mereka atau kurangnya emosi mereka mengungkapkan yang lainnya? Ini mungkin membuat anda merasa bosan, bahkan menjadi putus asa dengan kurangnya minat yang ditunjukan.

Bidang emosi telah menerima banyak perhatian dan orang bergurau tentang seorang wanita yang bersikap penuh emosi dan pria tidak memiliki emosi. Pasangan yang berhubungan akan berdebat tentang kurangnya dukungan emosional. Sisi merugikan dari emosi adalah kalau orang dituding terlalu peka, terlalu marah, atau terlalu berputus asa. Beberapa orang bahkan saling


(24)

menuding atau menganggap segalanya patut ditertawakan. Masalahnya adalah bukan kurangnya emosi, namun kurangnya keseimbangan, dan yang lebih penting, kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri. Dalam dunia masa kini, banyak dari kita yang mudah lepas kendali. Alih-alih memecahkan per-tentangan dengan melakukan pembicaraan tanpa ancaman agar hasiinya sama-sama menang, kita semua saling bertarung atau lebih buruk lagi, saling membunuh. Kekasaran, dan ketidak-sabaran mewarnai lingkungan masyarakat kita dalam beberapa tahun terakhir ini.

Berapa banyak orang yang anda lihat dengan senyum di wajahnya saat anda menelusuri jalan?

Berapa banyak orang yang menerima atau memberikan simpatinya dalam sehari?

Berapa banyak orang memberikan perhatian terhadap orang lain di sekolah atau di tempat kerja atau ditempat pelayanan umum seperti Rumah sakit?

Berapa banyak orang benar-benar merasakan penderitaan orang lain dirumah, disekolah dan ditempat kerja?

Sayangnya kita terlalu banyak. Kita dengan predikat manusia modern telah terbutakan oleh uang, kekuasaan, dan keuntungan pribadi serta hal lain yang bersifat materi.

Kita telah terkuasai untuk mendapatkan benda materi terbaik bagi tujuan hidup kita. Berusaha mendapatkan gaya hidup enak (hedonis) dan ingin dihargai orang lain; ini semua bukanlah masalah.

Namun caranya untuk mendapatkan semua ini sering men-jadikan kita toleransi satu sama lain?

Kita secara tak sadar saling menipu, saling menganiaya, saling memanipulasi, saling memainkan kekuasaan, mencuri dan bahkan membunuh seolah semuanya yang kita kejar itu benar.

“Aku teringat pada seorang lelaki muda yang mengatakan kepadaku bahwa kunci kehidupan bukan kebenaran namun kemungkinan. Yang paling bengis dan kuat akan menguasai dan mengendalikan”.

Kerangka berpikir linear seperti ini tidak menghasilkan pimpinan administrasi yang hebat atau orang besar, namun hanya mencetak tirani dalam berbagai ukuran.

Kebesaran dihasilkan dari disiplin diri yang disebut Personal Mastery untuk mencapai tujuan dengan menggunakan belas kasihan yang akan memberikan sumbangan kepada kesejahtera-an mkesejahtera-anusia. Kalau kita selalu beremosi dkesejahtera-an merasakkesejahtera-annya tidak mungkin untuk tertawa pada diri sendiri, kita mungkin perlu menciptakan keseimbangan dengan menambahkan lebih banyak rasa lucu dalam kehidupan. Kalau kebalikannya yang benar, kita perlu mengerahkan emosi yang memberi kisaran ungkapan lebih banyak. Menyeimbangkan pikiran emosi dengan pikiran berpikir akan memungkinkan kita menjadi lebih nyata dan jujur kepada diri sendiri atau orang lain. Pengalaman seperti ini akan mem-bantu kita memberi kepada diri sendiri dan menambahkan kedalaman pada karakter. Beberapa dari kita sebagai pemimpin memilih menutup emosi tertentu untuk melindungi diri dari luka, sementara lainnya menggunakan kekuatan perasaan untuk mengendalikan dan menguasai. Dalam banyak kesempatan seseorang telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan sisi logika mereka sambil mengabaikan bagian emosional dan perasaan sebagai bagian dari keberadaan mereka. Apa pun yang anda pilih untuk mengarahkan emosi adalah kritis bahwa anda belajar menggunakan kekayaan ekspresi yang


(25)

menjadi milik anda dan menyeimbangkannya dengan kekayaan perasaan anda. Kalau anda marah, kadang produktif untuk menunjukkan sisi itu karena dapat menjernihkan suasana dan memberi peluang untuk menceritakan kekecewaan atau ketidaksetujuan selama tidak mengganggu kesejahteraan orang lain. Kekerasan fisik seperti yang sering dilontarkan dalam budaya kekerasan tidak pernah dapat diterima dalam situasi apa pun selain untuk pertahanan diri.

Emosi adalah sesuatu yang paling penting, namun menjadi sumber daya paling sering disalahgunakan dan disalahartikan. Menggunakan emosi dapat memberikan kejelasan tentang siapa kita, mengartikan diri kita, membantu kita untuk memberi dan menerima cinta, kekuatan, keberdayaan serta penghargaan. Intinya, emosi adalah dasar untuk membentuk kita menjadi manusia.

C. Lima Langkah Proses Dalam Pengelolaan Diri

Ada banyak teknik ditawarkan untuk melakukan pengelolan diri dengan menggunaka aspek emosi ini. Teknik lima langkah berikut ini dirancang untuk Proses pengelolaan diri ini juga membantu anda datam mengelola sumber daya dalam diri anda dengan lebih baik. Bacalah cricitcal incidence berikut ini:

Siti, seorang kawanku, sangat pencemburu. Setiap kali suaminya melihat wanita lain ia menjadi marah dan suatu saat melontarkannya kepada sang suami. Hasilnya hanyalah pertengkaran yang membuat keduanya merasa sengsara. Perilakunya menghancurkan perkawin-an mereka. Untuk menghadapi perasaperkawin-an cemburu dperkawin-an perilaku menghancurkan, yang dapat mengurangi harga diri dan hubungan anda, ada lima langkah yang dapat anda lakukan. Langkah ini akan membantu anda menghadapi sikap menghancurkan diri yang menghambat anda merasakan kebebasan dan harmoni.

1. Kesadaran

Langkah pertama dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan emosi adalah dengan mengakui bahwa hal ini ada. Begitu seringnya, kita tetap menyangkal dan tidak mau mengakui adanya suatu masalah emosi atau, bahkan kitalah yang menghadapi masalah. Bahkan kalau anda tidak memulainya, masalah emosi masih dapat mempengaruhi anda kalau hal ini melibatkan seseorang yang berada dekat dengan anda. Seperti halnya Siti, ia merasa bersalah karena merasa tidak tenang dan memper lakukan suaminya secara buruk. Perasaan bersalah ini menghasil-kan akibat berantai. la terus menerus mengkritik diri dan mencoba menghindari rasa cemas akibat bertanggung jawab atas semua masalah yang terjadi dalam perkawinan dengan menyalahkan suami dan setiap wanita yang dikaguminya. Mungkin, kalau Siti mengakui kecemburuannya dan mengakui bahwa emosi yang dirasakan adalah akibat rasa takut yang mungkin tidak benar-benar dirasakan, ia telah berada dalam usaha menyembuhkan rasa tidak tenangnya. Masalah sebenarnya adalah harga dirinya yang rendah. Kecemburuannya merupakan perwujudan dari sistem keyakinannya yang negatif. Karena rasa takutnya, ia melukai diri sendiri yang mengakibatkan kedukaan dan kecemasan.

Tahap kesadaran hendaknya dimulai dengan menciptakan kebutuhan untuk bekerja mencari pemecahan masalah dengan bantuan kawan terpercaya, seorang kekasih, atau penasihat profesional. Dengan mengakui adanya masalah emosional berarti telah membuat langkah besar menuju pertumbuhan. Tahap kesadaran digunakan dalam banyak program pemulihan. Sekali telah melakukan penemuan penting ini, berarti anda siap melangkah kelangkah selanjutnya menganalisa.


(26)

2. Analisa

Penting mengatakan bahwa aku memiliki masalah emosi dengan kecemburuan, prasangka, tidak menyukai diri, dan ketidakmampu-an berhubungketidakmampu-an dengketidakmampu-an seseorketidakmampu-ang dalam tingkatketidakmampu-an yketidakmampu-ang lebih dalam, atau masalah lainnya yang mempengaruhi diri dari dalam. Walau demikian, merupakan hal yang berlainan untuk mencoba dan memilih siapa, apa, bilamana, dan mengapa. Mari gunakan masalah Siti sebagai contoh berhadapan dengan tahap analisa. Siti hendaknya mulai memikirkan tentang mengapa ia merasa seperti ini, siapa atau apa yang memicu tanggapan ini, pembicara-an diri macam apa ypembicara-ang ia gunakpembicara-an dalam pengembpembicara-angpembicara-an perilakunya, saat ia paling menderita, dan mengapa rasa takut dan marahnya berkembang sampai harus menanggapi secara negatif. Ia mungkin ingin mendalami latar belakangnya untuk menentukan apa yang diketahui tentang dirinya sendiri dan apakah citra diri yang dihasilkan. Dengan melakukan penggalian ini ia dapat menemukan sumber perilakunya. Siti menyadari tindakannya bukanlah asli dirinya karena timbulnya rasa bersalah yang ia rasakan setelah setiap kejadian. Mungkin membantu untuk menganalisa masalah pribadi bersama ahli yang terlatih atau kawan yang dapat memberikan masukan. Dalam banyak hal adalah penting untuk selalu menggunakan langkah analisa sebagai cara memberikan kejelasan dan pemahaman, dan tidak dengan menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Adalah penting bersikap jujur dan positif dalam penerapan, dengan tujuan menjadi yang lebih baik. Begitu menemukan sumber masalah maka harus menentukan tantangan dalam diri anda.

3. Kesungguhan Dalam Diri Menghadapi Tantangan

Sikap ambivalen membuat kita ragu dan tidak sungguh-sunguh. Seringkali kita berpikir bahwa kita hanya memiliki kebiasaan

buruk atau merasakannya saja. Hal ini mungkin bermanfaat bagi orang yang tegas, namun bagi kebanyakan di antara kita membutuhkan usaha terus menerus, terpusat, dan penuh pengabdian guna mengubah cara berpikir dan bertindak dalam menghadapi berbagai tantangan (adversity). Langkah ini memerlukan realisasi dari apa yang perlu diubah, apa yang diperlukan untuk membuat perubahan yang dibutuhkan dalam kehidupan, dan pengakuan atas tingkat kesungguhan yang penting untuk memenuhi tuntutan menghadapi berbagai tantangan. Menyadari tentang pentingnya penegasan setiap hari adalah dengan memulai memusatkan pikiran pada cara-cara yang dapat mengarahkan kembali pemikiran anda. Penegasan dapat menjadi pilihan positif bagi skenario negatif yang di mainkan saat merasa takut atau dihadapkan pada tantangan. Penegasan hendaknya positif dan benar-benar tertulis atau berupa pernyataan mental yang anda buat tentang diri sendiri. Khususnya bermanfaat untuk menggunakan penegasan atau pembicaraan diri yang positif saat dihadapkan pada situasi penuh ancaman. Penegasan Siti untuk mengatasi kecemburuannya dapat berupa pernyataan : “Aku tahu, aku merasa tidak tenang karena kurang percaya diri, aku harus ingat bahwa aku cantik dan terhormat yang perlu mempercayai cinta suami. Tidak boleh membiarkan rasa takut atau ketidakpastian tentang diriku mempengaruhi pikiranku.” Membaca bacaan yang dapat mengilhami dan memperkaya pikiran dengan pemikiran positif dan sehat, merupakan tindakan yang sangat membantu. Anda telah memulai kegiatan dengan membaca buku ini. Melakukan penegasan setiap hari akan melatih pikiran untuk berpikir positif dan menghentikan serangan negatif yang telah menjadi kebiasaan. Katakan kepada diri sendiri : “Aku akan menerima bakatku apa adanya dan membiarkan cintaku mengisi diriku dengan kedamaian dan penghargaan atas siapa dan apakah aku ini. Aku akan belajar


(27)

menerima bakat yang orang lain miliki selain yang dikaruniakan kepadaku. Aku tidak akan bersaing atau membandingkan dengan orang lain sebagai cara menentukan kelayakan diriku.” Berdoa yang dilakukan secara khusyuk merupakan bentuk lain dari penegasan. Berdoa tidak lain merupakan melepaskan suara dalam diri yang menghancurkan. Berdoa menegaskan kesatuan anda dengan Tuhan dan memberi kekuatan serta perasaan yang diperbaharui atas maksud yang dapat mengarah pada kreativitas. Penegasan harian lainnya adalah, misalnya : “Aku akan membiarkan diriku membuat kesalahan, sementara pada saat bersamaan, akan mengizinkan diriku untuk terus mencoba. Aku orang yang menyenangkan dan terhormat.” Juga sangat membantu jika meminta orang lain untuk membantu anda berhadapan dengan tantangannya, langkah berikutnya adalah merancang strateginya.

4. Strategi

Untuk mecapai tujuan yang ditentukan diperlukan strategi. Banyak usaha yang berhasil apakah berupa penggabungan bisnis, suatu ketrampilan yang ingin dikuasai, atau tim bola basket yang berusaha memenangkan babak final dimulai dengan menetapkan tujuan terlebih dahulu dan kemudian strateginya. Dengan melakukan hal ini, anda dapat mulai mengembangkan rencana bertindak dengan memperhitungkan kekuatan, kelemahan, dan masalah lingkungan anda yang harus dipertimbangkan. Dari penelitian ini, suatu uraian terinci akan memberi arah sehingga anda dapat mengembangkan dan mencapai tujuan. Tempat pertama untuk memulai merancang strategi pribadi anda adalah dengan menentukan tujuan keseluruhan dan setiap minggu merancang tujuan yang akan mendekatkan anda pada pencapaian keinginan.

Kalau anda ingin mulai membicarakan hal yang diinginkan dan bukannya mengatakan sesuatu serta menghabiskan waktu berputar-putar akibat rasa segan mengungkapkan diri sendiri, mulailah menuliskan tujuan yang dapat berupa, misalnya: Strategi pertama : tujuan atau keinginan sehingga lebih siap dalam

mengungkapkan pandangan;

Strategi kedua : menentukan bentuk pembicaraan apa yang paling mengintimidasi anda. Lalu, anda akan mulai menerapkan bentuk ini sambil mencari alat yang paling membantu;

Strategi ketiga : menentukan apa yang dapat menjadi gaya ber komunikasi paling efektif, yang dapat memberdayakan diriku saat membicarakan atau menuliskan situasi ini, dan lalu melakukan nya di sepan kaca, dipodium, atau saat berada dalam bentuk pemenuhan gayanya.

Kalau anda menggunakan tulisan sebagai cara pengungkapan, adalah berguna mempelajari berbagai teknik menulis yang digunakan untuk membujuk, memberitahu, dan berdebat. Bahan-bahan seperti ini sangat banyak dan dapat dijumpai di toko buku atau perpustakaan. Kegiatan ini memberikan peluang besar untuk melibatkan pembimbing atau kawan dalam memainkan peranan sebagai pendengar atau pembaca. Tujuan lainnya dapat berupa:

mencari sumber daya tambahan guna membantu memper-tahankan tujuanku.

Kalau anda diharapkan mengungkapkan ide secara lisan, “anda mungkin ingin mengembangkan uraian yang akan menampilkan pesan dalam suatu pembicara. Ingat, berlatih menghasilkan kesempurnaan. Semakin benar-benar melakukan sesuatu yang anda takuti, apakah berbicara di depan umum atau


(1)

Skala 16 : Daya Pribadi

No.

Pikirkan tentang … bulan yang lalu Untuk tiap pernyataan di bawah, beri nilai seberapa baik ini menggambarkan peri-laku atau tujuan anda pikiran atau perasa-an perasa-anda tentperasa-ang diri sendiri saat ini.

B a i k

S e k a l i C u k u pB a i k Sedikit Tidak s a m a s e k a l i

Ini menggambarkan saya dengan :

1. Saya dapat mmbuat apapun terjadi. 3 2 1 0

2. Nasib memainkan peranan yang penting 0 1 2 3

dalam hidup saya.

3. Saya merasa tak ada gunanya menentang 0 1 2 3

hierarki yang mapan di perusahaan saya.

4. Keadaan sudah diluar kendali saya. 0 1 2 3

5. Saya membutuhkan pengakuan dari orang 0 1 2 3

lain untuk menjadikan karya saya terasa berharga.

6. Saya mudah menyukai sesuatu. 3 2 1 0

7. Saya sulit menerima pujian. 0 1 2 3

8. Saya mempunyai kemampuan untuk 3 2 1 0

mendapatkan yang saya inginkan.

9. Saya merasa dapat mengendalikan hidup 3 2 1 0

saya.

10. Kalau saya merenungkan hidup saya, 0 1 2 3

saya mungkin menemukan bahwa pada dasarnya saya tidak bahagia.

11. Saya merasa takut dan lepas kendali apabila 0 1 2 3

segala sesuatu berubah dengan cepat.

12. Saya senang bertanggungjawab atas sesuatu. 3 2 1 0

13. Saya tahu yang saya inginkan sesudah ini. 3 2 1 0

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 39-34 33-29 28-24 23-0

(OPT) (IST) (REN) (PW)

Skala 17 : I n t e g r i t a s

No.

Pikirkan tentang … bulan yang lalu Untuk tiap pernyataan di bawah, beri nilai seberapa baik ini menggambarkan peri-laku atau tujuan anda pikiran atau perasa-an perasa-anda tentperasa-ang diri sendiri saat ini.

B a i k

S e k a l i C u k u pB a i k Sedikit

Tidak s a m a s e k a l i

Ini menggambarkan saya dengan :

1. Saya bersedia mengakui kesalahan yang 3 2 1 0 telah saya perbuat.

2. Saya merasa seperti seorang penipu. 0 1 2 3 3. Kalau tidak bersemangat lagi dengan 3 2 1 0

pekerjaan saya, saya akan pindah kerja.

4. Pekerjaan saya adalah perpanjangan dari 3 2 1 0 sistem nilai pribadi saya.

5. Saya tidak pernah berbohong. 3 2 1 0

6. Saya bisa menerima suatu situasi meskipun 0 1 2 3 tidak mempercayainya.

7. Saya membesar-besarkan kemampuan saya, 0 1 2 3 agar memperoleh kesempatan yang lebih baik.

8. Saya berterus terang meskipun yang saya 3 2 1 0 hadapi sulit.

9. Saya telah mengerjakan sesuatu dalam 0 1 2 3 pekerjaan saya yang bertentangan dengan

keyakinan saya.

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 39-34 33-29 28-24 23-0


(2)

BAGIAN IV

PETA HASIL-HASIL EQ

Skala 18 : Kesehatan Secara Umum

No.

Pikirkan tentang … bulan yang lalu Tunjukkan berapa sering (jika pernah) Anda mengalami gejala-gejala berikut.

Tidak P e r n a h

1 x atau 2 x sebulan

setiap minggu

s e t i a p h a r i

Ini menggambarkan saya dengan :

1 2 3 4 5 6

1. Gejala-gejala Fisik

Nyeri Punggung 0 1 2 3

2. Masalah Berat Badan (kekurangan atau 0 1 2 3

kelebihan).

3. Sakit kepala karena tegang 0 1 2 3

4. Migren 0 1 2 3

5. Pilek atau gangguan pernapasan 0 1 2 3 6. Masalah-masalah penut (kembung, nyeri 0 1 2 3

waktu BAB, atau tukak lambung)

7. Nyeri dada 0 1 2 3

8. Sakit dan Nyeri yang sulit dijelaskan 0 1 2 3 9. Nyeri kronis lain yang belum tersebut 0 1 2 3

di atas.

10. Gejala-gejala Perilaku

Makan (hilang selera, terus menerus, 0 1 2 3 tidak sempat)

11. Merokok 0 1 2 3

1 2 Minum minuman beralkohol 0 1 2 3

13. Minum obat penenang 0 1 2 3

1 4 Minum aspirin atau penghilang rasa 0 1 2 3 sakit lain

15. Minum obat-obat lain 0 1 2 3

16. Menarik diri dari hubungan dekat 0 1 2 3 17. Mengkritik, menyalahkan, atau 0 1 2 3

melecehkan orang lain.

18. Merasa menjadi korban atau dimanfaatkan 0 1 2 3 oleh orang lain.

19. Menonton Televisi (lebih dari 2 0 1 2 jam sehari)

20. Bermain game video/komputer atau men- 0 1 2 3 jelajah internet (lebih dari 2 jam sehari)

21. Tidak menyukai campur tangan orang lain 0 1 2 3

22. Kecelakaan atau cidera 0 1 2 3

23. Gejala-gejala Perilaku

Sulit berkonsentrasi 0 1 2 3

24. Merasa kelebihan beban pekerjaan. 0 1 2 3

25. Perhatian mudah teralihkan. 0 1 2 3

26. Tidak mudah melupakan sesuatu/terus 0 1 2 3 cemas.

27. Merasa depresi, kesal atau putus asa. 0 1 2 3

28. Merasa kesepian. 0 1 2 0

29. Pikiran terasa kosong. 0 1 2 3

30. Merasa letih atau kelebihan beban. 0 1 2 3 12. Sulit menetapkan hati atau membuat 0 1 2 3

keputusan.

13. Sulit memulai suatu kegiatan atau sulit 0 1 2 3 menenangkan diri.

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 0 - 8 9-18 19-31 32-96

(OPT) (IST) (REN) (PW)


(3)

Skala 19 : Kualitas Hidup

No.

Cocokkan seberapa baik tiap pernyataan berikut menggambarkan pikiran dan perasaan tentang diri sendiri saat ini

B a i k S e k a l i

C u k u p B a i k Sedikit

Tidak s a m a s e k a l i

Ini menggambarkan saya dengan :

1. Saya puas sekali dengan kehidupan saya 3 2 1 0 2. Saya merasa kuat, sehat dan bahagia. 3 2 1 0 3. Saya merasakan kedamaian dan kesejah- 3 2 1 0

teraan di dalam hati.

4. Saya merasa perlu membuat banyak 0 1 2 3 perubahan dalam hidup saya, agar betul

betul bahagia.

5. Hidup saya memenuhi kebutuhan saya 3 2 1 0 yang paling dalam.

6. Saya mendapatkan lebih sedikit dari pada 0 1 2 3 yang saya harapkan dalam hidup ini.

7. Saya menyukai diri saya sebagaimana 3 2 1 0 adanya.

8. Bekerja bagi saya terasa menyenangkan. 3 2 1 0 9. Saya telah menemukan pekerjaan yang 3 2 1 0

bermakna.

10. Saya berada dalam jalur yang mengantar 3 2 1 0 saya menuju kepuasan.

11. Saya telah mengerahkan sebagian besar 3 2 1 0

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 32-27 26-22 21-17 16-0

(OPT) (IST) (REN) (PW)

Skala 20 : Relationship Quotient

No.

Cocokkan seberapa baik tiap pernyataan berikut menggambarkan pikiran dan perasaan tentang diri sendiri saat ini

B a i k S e k a l i

C u k u p B a i k Sedikit

Tidak s a m a s e k a l i

Ini menggambarkan saya dengan :

1. Ada beberapa orang yang “berhubungan” 3 2 1 0 dengan saya pada tingkat yang lebih dalam.

2. Saya jujur kepada orang-orang yang akrab 3 2 1 0 dengan saya dan mereka jujur kepada saya.

3. Saya menyayangi seseorang secara lebih 3 2 1 0 4. Saya biasanya dapat menemukan orang 3 2 1 0 5. Saya dapat membuat komitmen jangka 3 2 1 0 6. Saya tahu bahwa saaya penting bagi 3 2 1 0 7. Saya merasa mudah mengatakan kepada 3 2 1 0

orang-orang bahwa saya peduli dengan mereka.

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 21-20 19-17 16-14 13-0


(4)

Skala 21 : Kinerja Optimal

No.

Cocokkan seberapa baik tiap pernyataan berikut menggambarkan pikiran dan perasaan tentang diri sendiri saat ini

B a i k S e k a l i

C u k u p B a i k Sedikit

Tidak s a m a s e k a l i

Ini menggambarkan saya dengan :

1. Saya puas dengan kinerja saya. 3 2 1 0 2. Rekan-rekan kerja saya akan mengatakan 3 2 1 0

bahwa saya memudahkan komunikasi yang baik diantara anggota kelompok.

3. Saya merasa terkucil dan tidak dilibatkan 0 1 2 3 dalam pekerjaan.

4. Sulit bagi saya untuk mengerahkan per- 0 1 2 3 hatian pada tugas yang harus dikerjakan.

5. Dalam tim kerja saya, saya dilibatkan 3 2 1 0 dalam pembuatan keputusan.

6. Saya mempunyai kesulitan dalam memenuhi 0 1 2 3 komitmen atau menyelesaikan tugas.

7. Kinerja pekerjaan adalah sesuatu yang terus 3 2 1 0 saya usahakan dapat menghasilkan yg terbaik.

Jumlah Skor

Total Skor (Jumlah skor 4 kolom)

P e n i l a i a n 21-20 19-17 16-13 12-0

(OPT) (IST) (REN) (PW)

Terima Kasih atas tanggapan Anda

MENGHITUNG SKOR ANDA

1. Sesudah menyelesaikan pilihan tiap skala, jumlahkan nilai angka-angka

yang telah anda lingkari di setiap kolom vertikal (dari atas ke bawah),

sebanyak empat kolom.

2. Tuliskan setiap hasil penjumlahannya di kolom jumlah skor, tepat

dibawahnya.

3. Jumlahkan hasil keempat kolom, dan tuliskan hasilnya di kolom Total

Skor.

4. Cocokkan total skor dengan kolom penilaian dibawahnya, dengan cara

mencari total Skor Anda ada pada rentang angka berapa.

Catatan Penilaian :

OPT

= Optimal

IST

= Istimewa

REN

= Rentan

PW

= Perlu Waspada

5. Langkah terkhir adalah memasukkan penilaian Anda ke Tabel

Penilaian EQ Map.

6. Tabel ini secara visual akan memetakan kinerja pribadi Anda,

menciptakan kilasan potret pribadi tentang kekuatan-kekuatan dan

kerentanan-kerentanan EQ Anda saat ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. (2001).

Rahasia Sukses Membangun

Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ

(

Emotional

Spiritual Quotient

). Jakarta: Arga.

Bloom, Benyamin S,. (1980).

Taxonomy of Education objectives, Book 2

“Effective Domein

.

Beck, Robert C. (1978).

Motivation, theories and principles

, New

Jersey: Prentice Hall, Inc.

Cooper, Robert K., & Sawaf, Amywan. (1998).

Executive EQ:

Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan

Organisasi

, terjemahan Alek Tri Kantjono, Jakarta:

Gramedia.

Goleman, Daniel. (1997).

Emotional Intelligence; Kecerdasan Emosional,

Mengapa EQ lebih Penting Daripada IQ

, terjemahan

T. Hermaya, Jakarta, Gramedia.

Indrawijaya, Adam I. (1986).

Perilaku Organisasi

. Bandung: Sinar Baru.

Patton, Patricia. (1998). EQ Ditempat Kerja, terjemahan Zaini Dahlan,

Jakarta: PT. Pustaka Delaprasta.

Morgan, Gareth “Imaginization :

The Art Of Creative Management.

Hardjoprakosa, Sumantri “

Chandra Jiwa Indonesia Sebagai Dasar

Pshichotherapie

Stemberg, Robert “

Successful Inteligence

:

How Practical and Creative

Intelligence Determines Success in Life

Buzanjony “

The Mindmap Book: Radiant Thinking the Major

Evolution in Human Thought

Schutz,Will “

The Human Element Productivity, Self- Esteem and the

Bottom Up Tracy

, Brian “

Maximum Achievement

1 T ABEL PENILAIAN OPTIMAL ISTIMEW A RENT A N PERLU W ASP ADA TO T A L ZONA KINERJA SITUASI SAA T I N I KETERAMPILAN KECAKAP AN

NILAI DAN KEY

AKINAN

HASIL-HASIL

KECERDKECERDKECERDKECERDKECERD

ASASASASAS

AN EMOSIONAN EMOSIONAN EMOSIONAN EMOSIONAN EMOSION

ALALALALAL

P E R I S T I W A D A L A M H I D U P T E K A N A N P E K E R J A A N P E R I S T I W A D A L A M H I D U P

K E S A D A R A N D I R I E M O S I E K S P R E S I E M O S I KESADARAN EMOSI THD ORANG LAIN I N T E N S I O N A L I T A S K R E A T I V I T A S

K E T A N G G U H A N H U B U N G A N A N T A

R P R I B A D I KETIDAKPUASAN KONSTRUKTIF B E L A S K A S I H A N

S U D U T P A N D A N G I N T U I S I R A D I U S K E P E R C A Y A A N D A Y A P R I B A D I I N T E G R

I T A S KESEHATAN SECARA UMUM K U A L I T A S H I D U P

R E L A T I O N S H I P Q U O T I E N T K I N E R J A O P T I M A L

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21


(6)

DAFTAR DOKUMEN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 101 Tahun 2000

tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.