hubungan yang nyata dan berharga yang saling memberdaya- kan, memenuhi, dan mendukung.
Saat pesta terus berjalan, aku dapat merasakan bahwa kedua wanita itu sedang menjalin persekongkolandan dirikulah yang
menjadi sasaran utamanya. Seperti yang aku perkirakan, pertunjukan baru saja akan dimulai. Para pengikut istri bos
menghampiri suamiku dan menyapanya dengan gerakan dan ucapan yang dilebih-lebihkan. Ruangan segera menjadi
senyap karena orang dengan asyiknya memperhatikan apa yang sedang terjadi. Aku berusaha tampak tenang, walau
suhu ruangan, atau diriku sendiri, menjadi semakin menjauhi normal. Aku berusaha tertawa dan bercanda dengan kawan-
kawan, dan para pengikut istri bos itu menjadi merasa tidak puas bahwa tindakan mereka tidak mendapatkan tanggapan
seperti yang mereka harapkan dariku. Ia memutuskan menarik diriku masuk ke dalam aksinya dengan membuatku
menjadi bintang pendamping. Ia memanggil namaku dan berusaha mengatakan kepadaku tentang betapa tampannya
suamiku, dan betapa beruntungnya diriku berhasil mendapatkannya sekaligus mengingatkanku bahwa kalau aku
tidak berhati-hati, seseorang akan mencurinya dari sisiku. Suamiku yang tidak tahu menahu merasa terkejut akan sikap
yang terus terang ini dan kalau seandainya pintu jebakan sudah terbuka lebar, ia akan segera lenyap tanpa dapat
tertolong lagi. Aku berbalik, tersenyum dan langsung menghadapinya sambil berkata dengan penuh semangat,
“suamiku sungguh luar biasa dan aku yakin apa yang baru anda katakan layak mendapatkan tepuk tangan”.
Semua orang mulai bertepuk tangan dan tertawa. Aku membuatnya terpojok pada adegannya sendiri dari pada
kebalikannya yang telah ia rencanakan terhadap diriku. Sementara itu kawannya terus berdiri sambil mengamati
dengan cermat untuk mengawasi kalau rencana mereka membuatku menjadi cemburu telah berjalan lancar. Ternyata
semuanya telah membuat mereka kecewa”. Dari pengalaman kasus dimuka kita kadang terjebak dalam
perilaku kekanak-kanakan seperti dicontohkan di atas. Hal ini hanya mengurangi diri kita sebagai wanita dan membuat
kesertaan diri kita dalam kelompok kerja dan struktur sosial yang menyertainya menjadi lebih sulit dan membuat putus
asa. Kita hendaknya bekerja dengan saling mendukung dan membangun koalisi seperti yang telah dilakukan kaum pria
selama bertahun-tahun. Kita telah berjalan jauh, namun kita masih memiliki bermil-mil untuk dijalani sebelum kita dapat
menyingkirkan rasa iri hati dan diri kita yang mengejawantah sendiri dalam perilaku rendah.
d. Rasa tidak aman dan terancam
Saat pria merasa terancam mereka dapat menggunakan cara seperti intimidasi, permainan kekuasaan, atau menggunakan
usaha tidak jujur dalam lingkungan kerja untuk menangkis ancaman ini.
Seorang pimpinan pria yang memegang posisi tinggi dalam suatu perusahaan sangat takut kepada pejabat perusahaan
yang lebih muda. Untuk mempertahankan keunggulannya ia akan terus membuat bawahannya menunggu informasi yang
pasti, dan dengan sengaja menetapkan acara rapat yang dimulai pukul 06.30 pagi, kemudian tidak muncul. Sikap tidak
menghargai dan tidak dapat diduga ini membuat pejabat yang lebih muda merasa tidak aman. Sang bos akan terburu-buru
memanggil dan meminta informasi, dan ketika pejabat yang lebih muda ini kembali dengan laporan yang telah dipersiapkan
dan lebih lengkap, bosnya hanya mau kembali memperhatikan laporan sebelumnya dengan membuat satu lingkaran merah
pada bagian yang tidak jelas salahnya di mana, dan tidak mau memberikan komentar lebih lanjut. Ia sama sekali tidak mau
memperhatikan laporan yang lebih baru, namun sebaliknya memilih memusatkan diri pada bagian yang dianggapnya salah
dari laporan terdahulu. Bos seperti ini menggunakan usaha intimidasi dan kekuasaan untuk mengurangi dan merendahkan
semangat serta potensi pegawainya dengan mengurangi kepercayaan dirinya. Terlalu sering taktik seperti ini digunakan
terhadap wanita dengan tambahan dimensi seperti pelecehan seksual yang kini juga dialami oleh kaum pria di tempat kerja.
Hal ini membutuhkan kepercayaan diri, ketegasan, dan kelihaian politik untuk menghadapi para “penyalahguna
kekuasaan ini” orang yang menggunakan posisi dan kewenangannya dengan sengaja untuk menghancurkan
kepercayaan diri, potensi karier, serta harga diri pada pegawai yang mereka anggap mengancam dirinya.
Cara menghadapi para bos atau kelompok yang mencoba menghancurkan semangat dan keseimbangan emosi anda
adalah: Hindari memberikan kekuatan anda kepada mereka
dengan meyakinkan mereka bahwa anda tidak efektif atau mampu.
Buat catatan khusus tentang setiap diskusi yang anda lakukan untuk persiapan kalau anda membutuhkannya
pada saat evaluasi. Sempurnakan diri dalam pekerjaan anda, dan bangun
jembatan dengan mitra kerja lainnya. Buat catatan lengkap tentang segala tindakan dan
pekerjaan anda, sambil menyusun arsip yang terus disesuaikan.
Selalu bersikap tetapkonsisten, menyenangkan, dan profesional dengan semua pegawai termasuk bos anda.
Rahasiakan masalah anda dengan bos kecuali anda memiliki pembimbing atau rekan kerja yang dapat
dipercaya. Berusahalah membangun hubungan kerjasama dengan
bos dengan memberikan penghormatan sepatutnya, meminta petunjuk untuk dapat bekerja lebih baik, dan
membicarakan beberapa pendapat tentang keadaan pekerjaan anda. Jangan mengemukakannya sebagai
suatu keluhan. Teruslah berusaha mencari peluang baru kalau situasi
anda tidak kunjung membaik.
e . Kecemburuan
Kecemburuan dapat melanda siapa saja. Orang yang merasa cemburu dengan bakat kita pada kenyataannya merasa lebih
lemah, dan acapkali mencoba meyakinkan diri kita, bahwa kita tidak cukup berharga dan bakat kita tidak bernilai.
Seorang guru yang kukenal menceritakan kepadaku suatu kisah tentang kawannya yang cemburu dengan gelar PhD
yang berhasil ia dapatkan sambil tetap bekerja sebagai guru paruh waktu. Kawannya, yang hanya lulus sekolah lanjutan,
setelah mengetahui hasil yang diperolehnya, berkomentar bahwa mendapatkan gelar PhD tidak sulit, dan juga tidak
perlu pandai benar untuk mampu meraihnya. Pertanyaannya adalah kalau memang begitu mudahnya mengapa ia tidak
berusaha mendapatkannya sendiri? Orang seperti ini atau yang lainnya menghabiskan waktunya seumur hidup untuk
mencoba memperkecil usaha orang lain dalam usahanya 77