1. menentukan prosedur untuk menutup dan membuka kafetaria atau kapan anak-anak memasuki dan meninggalkan kafetaria;
2. memperhatikan semua perilaku murid dalam kafetaria; 3. menyusun suatu aturan pembayaran yang tidak merugikan
kafetaria; 4. membuat pengaturan tempat duduk yang serasi;
5. menentukan aturan-aturan bagi perilaku anak-anak di meja makan;
6. mengatur dekorasi, seperti: lukisan, poster-poster kesehatan; 7. menyajikan musik selama jam makan siang;
8. mengatur anak-anak yang makan siang dengan membawa makanan sendiri;
9. menyusun prosedur pengembalian talam atau tempat makanan dan pada saat meninggalkan ruangan makan.
F. Manajemen Penyelenggaraan Kafetaria Sekolah
Agar pengelolaan layanan kafetaria sekolah dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka aspek-aspek berikut ini perlu
diperhatikan:
1. Bentuk atau sistem layanan kafetaria sekolah
Ada 3 tiga macam bentuk layanan makanan di kafetaria sekolah, yaitu:
a. Self service system Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya sendiri
makanan yang diingini; b. Wait service system
141
Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu dilayani oleh petugas kafetaria sesuai dengan pesanan;
c. Tray service system Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas kafetaria,
dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau nampan.
Sistem layanan yang baik sangat tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, terutama berkenaan dengan siapa pembelinya.
Untuk itu pemilihan bentuk atau sistem layanan mana yang akan digunakan, perlu diadakan survey terlebih dahulu.
2. Personil kafetaria sekolah
Tugas mengelola kafetaria sekolah mungkin akan sangat menyita waktu. Oleh karena itu, apabila kafetaria tidak dioperasikan melaui
suatu sistem manajemen terpusat, kepala sekolah hendaknya memperkerjakan seorang manajer dan tugas manajer harus dibuat
dengan sejelas-jelasnya. Shuster dan Wetzler, menyebutkan bahwa tugas seorang manajer
kafetaria adalah: a. bersikap bersahabat dan menyayangi anak-anak;
b. bertanggung jawab akan pembelian semua makanan; c. melaporkan secara berkalabulanan tentang pengoperasikan
kafetaria kepada kepala sekolah; d. merencanakan menu dengan gizi tinggi baku sesuai dengan
pembakuan sekolah; e. bekerja sama denga guru-guru mengenai program yang
berkenaan dengan kesehatan, dan sebagainya.
142
Kepala sekolah harus mendelegasikan kewenangannya kepada manajer agar pengoperasian kafetaria lebih efisien, dan menentukan
suatu standart kesehatan. Namun demikian ia tidak boleh menghindari tugas supervisi yang menuntut pengecekan terhadap
pelaksanaan kafetaria secara seksama. Kepala sekolah dibebani dengan tanggung jawab pengelolaan program sekolah secara
menyeluruh, disamping dia harus secara terus menerus mengendalikan operasi kafetaria.
3. Penataan Sarana Fisik