Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran ilmu sosial Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran bahasa

1. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran ilmu sosial

National Council for the Social di America di dalam garis besar program pengajaran sosial memberikan perhatianya kepada satu dari sembilan bidang utama kepada standar yang mengatakan bahwa strategipengajaran dan kegiatan belajar mengajar haruslah bersandar kepada sejumlah besar sumber-sumber belajar. Rasional yang diberikan oleh NCSS tersebut, untuk penggunaan sumber-sumber belajar antara lain sebagai berikut: a. belajar dalam ilmu sosial membutuhkan sumber yang banyak; b. penggunaan satu texbook tidak memadai; c. untuk mencapai tujuan yang mewakili semua komponen pendidikan studi sosial tergantung kepada lebih banyaknya informasi, sudut pandangan, dan kecocokan yang lebih untuk tiap murid secara individual; d. media cetak harus tersedia untuk kemampuan membaca yang berbeda dan kebutuhan yang berbeda akan materi yang konkrit dan abstrak; e. pelajar harus memiliki buku, majalah, referensi dasar, studi kasus, grafik, tabel, peta, artikel, dan bahan-bahan bacaan yang sesuai untuk mata pelajaran yang sedang dipelajari; Dari rasional di atas, jelas betapa pentingnya bagi guru ilmu sosial untuk merencanakan bersama ahli perpustakaanmedia untuk mengintegrasikan yang sistematis sumber-sumber perpustakaanmedia dan layanan pusat perpustakaan media dalam rangka suatu program pengajaran menyeluruh. 98

2. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran bahasa

Dalam pengajaran bahasa, misalnya bahasa Inggris, tanggungjawab ahli perpustakaanmedia merupakan tanggungjawab yang paling besar untuk menunjang program membaca. Untuk memungkinkan pengembangan yang optimum, baik yang informal maupun yang rekreasional, prpgram membaca merupakan masalah yang selalu ada dan tantangan yang berkelanjutan. Perlu disadari bahwa mata ajaran lebih penting dari mata ajaran lainya; tetapi pelajaran membaca adalah yang terpenting. Membaca adalah alat dasar untuk pendidikan mandiri dan pembaharuan intelektual. Orang yang tidak belajar membaca dan menulis secara efektif tidak saja mempunyai kekurangan di`dalam alat dasar untuk belajar lebih lanjut; mereka juga sering tenggelam dalam arus proses pendidikan. Florence Cleary dalam Kusmintardjo, 1992 berkeyakinan bahwa pusat perpustakaanmedia harus berpartisipasi aktif dalam program membaca di sekolah dan keyakinannya di dasarkan pada asumsi: a. membaca dapat merupakan faktor yang kuat dalam pengembangan ilmu, pengertian, apresiasi, nilai, dan keyakinan yang dibutuhkan oleh tiap individu dalam memecahkan masalah pribadi dan berhubungan secara efektif dengan orang lain; b. ketrampilan dasar membaca perlu mendapat latihan ketrampilan lanjutan seperti membaca sepintas, membuat out line, membuat catatan, dan membuat laporan. Semuanya ini esensial dalam mengumpulkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Ketrampilan ini tidak dapat diperoleh secara kebetulan namun harus diajarkan; 99 c. walaupun anak telah pandai membaca dan bahan bacaan tersedia, tidak ada jaminan bahwa minat baca anak-anak akan berkembang dengan sendirinya. Para pimpinan pendidikan, pustakawan, dan guru harus meneruskan usahanya untuk menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Hanya apabila pustakawam dan guru membangun situasi belajar yang benar dalam bimbingan membaca barulah para murid belajar menyenangi membaca dan mengembangkan ketrampilan membaca agar bisa membaca sepanjang hayat.

3. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran sains