Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 dengan memberikan pembelajaran melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan teori Piaget.

b. Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. “Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation” . 1 Advance organizer: penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa. Diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru, 2 Progressive Differensial: materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, 3 Integrative reconciliation: penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, 4 Consolidation: pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru”. Siswa harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya, sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Jadi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 Keterkaitan teori belajar bermakna dengan pembelajaran model CTL adalah bahwa model CTL mengajak siswa untuk belajar secara bermakna, yaitu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata. c. Teori Belajar Bruner Penemuan Menurut Ratna Wilis 1989:97, Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar. Pendekatan Bruner dalam belajar berupa pendekatan kategorisasi, menyederhanakan terhadap apa yang dipelajari berdasarkan setiap obyek, benda ataupun gagasan. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean coding. Berbagai kategori saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Dengan mengubah model unik setiap individu maka model belajar baru dapat terjadi. Pengubahan tersebut dengan mengubah kategori- kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau menambah kategori-kategori baru. Anak sebagai sosok yang aktif mampu menyelesaikan suatu masalah sendiri yang mempunyai keunikan sendiri dalam memahami setiap masalah. Akhirnya Bruner dalam Ratna Wilis 1989:100, menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan penerapan “teori belajar” di kelas atau menggunakan hasil ujian prestasi, yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 19 berpusat pada mata pelajaran, melainkan pendidikan merupakan usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan si pembelajar, dan meyesuaikan si pembelajar dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Melalui metode pemberian tugas melalui media lingkungan maupun internet, yang didalamnya anak melakukan proses pencarian informasi dan memperoleh data, maka anak diharapkan bisa menemukan konsep tentang apa yang dipelajarinya. d. Teori Belajar Konstruktivistik Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat : Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu; 1 kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2 kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3 kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya Asri Budiningsih, 2005: 57-58. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 20 banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

3. Model Pembelajaran CTL

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

1 3 101

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Contextual Teaching And Learning (CTL) Dan Open Ended Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kreativ

0 2 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 20

PENDAHULUAN Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 1 8

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 14

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI MEDIA FLIPCHARTDAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR.

0 0 12

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL CTL (Contextual Teaching and Learning) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN MEDIA LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR | Rahayuningsih | Inkuiri 3819 8446 1 SM

0 0 11

Contextual Teaching and Learning dan Pem (1)

0 2 10