mereka sudah mendapatkan “Hasangapon” dari keturunannya sampai tingkat ketiga dan keempat. Semakin tercapai hamoraon dan hagabeon dari setiap
keturunan yang dihorjakan tadi, maka semakin ‘sangap’ lah mulialah dia dalam pandangan masyarakat sekelilingnya.
4.2 Tujuan Pelaksanaan Pesta Horja
Pesta Horja dilaksanakan untuk merayakan atau mengadakan pesta setelah membangun tempat yang menyatukan leluhur ke suatu tempat yang disebut
dengan batu na pir atau tugu atau monumen yang dibuat dari batu dan semen. Yang dihorjakan adalah anak dari Ompu Uluan Gultom yang mempunyai istri
Boru Pasaribu. Keenam 6 anaknya itu adalah Ompu Usbin dengan istri boru Pakpahan, yang kedua Ompu Lukman Gultom istrinya boru Panjaitan, yang
ketiga Ompu Andar Gultom istrinya adalah boru Tambunan, yang keempat Ompu Nisi Ober Gultom, istrinya boru Pakpahan, yang kelima Ompu Dorlan Gultom
istrinya boru Sormin, yang keenam Ompu Radot Gultom istrinya boru Sinaga, yang menyelenggarakan dan mengumpulkan dana dalam pesta Horja ini adalah
semua keturunan dari keenam nama tersebut dari anak sampai ke cucu dan cicit mereka keturunan sampai ketiga dan keempat.
Adapun upacara itu dilatarbelakangi suatu keyakinan, yaitu: 1 agar para keturunannya memperoleh berkat dari yang mati, di mana dianggap selalu
menyertai dan melindungi keturunannya di dalam setiap kegiatan yang dilakukan; 2 dengan penghormatan yang dilakukan keturunannya maka roh orang mati akan
dapat diterima di dunia baru yaitu dunia arwah Lubis, 1985: 119. Hal ini juga
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Padersen 1975: 23, dimana dia mengatakan:
…. pemujaan ini didasarkan pada pendirian bahwa peruntungan orang-orang hidup selalu bergantung pada itikad para nenek
moyang bergantung pula pada penghormatan dan persembahan kurban yang dilaksanakan oleh orang-orang yang hidup.
Keyakinan ini motivasi masyarakat Batak Toba untuk melaksanakan upacara tersebut dan mendorong kelompok masyarakat memanifestasikan hak dan
kewajibannya sebagai rasa solidaritas kebersamaan dan kegotongroyongan, yang merupakan fungsi dinamis dan kontekstual seseorang berdasarkan prinsip Dalihan
Na Tolu Sitompul, 1983:73. Biasanya pesta Horja ini didahului dengan upacara Mengongkal holi
menggali tulang belulang nenek moyang dan akan disatukan ke dalam satu tempat yang disebut dengan batu na pir atau tugu yang bangunan kuburannya
berbentuk rumah-rumah kecil dibangun dari semen dan batu. Tetapi yang ada di tempat pesta Horja marga Gultom yang dilaksanakan di Desa Rahut Bosi adalah
tempat kuburan semennya sudah berdirididirikan terlebih dahulu, sehingga bila nenek moyang mereka meninggal sudah langsung diantar dan dikuburkan di
tempat tersebut, tanpa repot-repot mengumpulkan tulang belulang holi-holi dari nenek moyang yang mungkin ada di perantauan. Artinya nenek moyang marga
Gultom ini sudah berfikir lebih praktis supaya keturunannya nanti tidak terlalu kerepotan dari segi waktu dan ekonomi untuk mengumpulkan mereka. Karena
untuk mengumpulkan mereka harus diadakan lagi upacara mangongkal holi, sehingga yang dilaksanakan sekarang adalah Pesta Horja merayakan setelah
selesainya dibangun dengan baik tempatkuburantugubatu napir tempat mayat
Universitas Sumatera Utara
dari nenek moyang marga Gultom tadi. Tujuannya tentu saja untuk menghormati roh-roh para leluhur dari marga Gultom tadi.
Keturunan dari marga Gultom ini berkeyakinan bahwa dengan diadakannya pesta Horja ini, akan membuat mereka memperoleh bantuan dari
roh-roh nenek moyang untuk mencegah malapetaka, segala bentuk penyakit dan memperoleh peruntungan hidup. Meskipun hal ini bertentangan dengan ajaran
kekristenan, akhirnya tujuan ini disebutkan sebagai penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang mereka. Hal ini mereka hubungkan dengan hukum
Taurat yang kelima dalam ajaran Kristen yaitu: “Ingkon pasangaponmu do natorasmu asa martua ho jala leleng
mangolu di tano na nilehoni Debatam diho”.
Artinya: Hormatilah orangtuamu supaya lanjut usiamu di tanah yang
diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.
Bentuk penghormatan ini tidak boleh hanya dilakukan selama orangtua hidup, tetapi sesudah orangtua meninggal pun harus tetap dihormati, sehingga dengan
melaksanakan pesta Horja tersebut adalah merupakan bentuk penghormatan kepada orangtua mereka.
Dalam Alkitab ajaran agama Kristen upacara atau Pesta Horja ini berpedoman kepada ayat yang ada di dalam Alkitab yaitu: Dalam Kejadian 50
ayat 25: Sebelum Yusuf meninggal ia menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: “Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus
membawa tulang-tulang ku dari sini.” Dalam Keluaran 13 ayat 19: Musa
Universitas Sumatera Utara
membawa tulang-tulang Yusuf, sebab tadinya Yusuf telah menyuruh anak-anak Israel bersumpah dengan sungguh-sungguh: “Allah tentu akan mengindahkan
kamu, maka kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini.” Dalam Kejadian 49 ayat 29: Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: “Apabila aku nanti
dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku disisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu.”
Untuk menghindari kepercayaan animisme yang dilarang gereja, maka Pesta Horja ini harus dihadiri pengurus gereja pendeta, guru jemaat dan sintua
pelayan gereja. Pesta Horja yang dilaksanakan di Desa Rahut Bosi ini dihadiri oleh dua pihak gereja yaitu HKBP Huria Kristen Batak Protestan dan GKPI
Gereja Kristen Protestan Indonesia, meskipun keturunan marga Gultom tadi banyak yang menjadi jemaat gereka lain, tetapi kedua gereja tersebut telah
disepakati sebagai perwakilan dari gereja dalam memulai pelaksanaan Pesta Horja tersebut.
Tujuan yang paling utama dari pelaksanaan Pesta Horja ini adalah mempertemukan dan mempersatukan seluruh anggota keluarga dari keturunan
Ompu Uluan Gultom yang sudah merantau ke berbagai tempat di parserahan. Hal ini sesuai dengan yang tertulis di dalam Alkitab agama Kristen yang
menyatakan: Idama, denggan nai dohot sonang nai, molo tung pungu sahundulan angka namarhaha maranggi. Artinya “lihatlah, alangkah baiknya dan alangkah
senangnya, bila semua kakak dan adik berkumpul pada satu tempa.” Artinya tidak ada lagi perseteruan maupun perselisihan di antara sesama
keluarga yang selama ini mungkin ada masalah-masalah dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
keturunan marga ini. Hal tersebut biasa terjadi dalam kehidupan manusia di mana, siapapun dalam berkehidupan di antara sesama manusia.
4.3 Hal-hal yang Dilaksanakan Sebelum Pesta Horja