Mamanggil Pargonsi Hal-hal yang Dilaksanakan Sebelum Pesta Horja

keturunan marga ini. Hal tersebut biasa terjadi dalam kehidupan manusia di mana, siapapun dalam berkehidupan di antara sesama manusia.

4.3 Hal-hal yang Dilaksanakan Sebelum Pesta Horja

4.3.1 Mamanggil Pargonsi

13 Mamanggil Pargonsi adalah unsur utama sebelum pesta Horja dimulai. Menghormati dan menghargai adalah unsur yang terdapat dalam adat Dalihan Na tolu. Masyarakat Batak Toba selalu mengaplikasikan adat ini dalam kehidupan sosial kemasyarakatnya. Mamanggil Pargonsi ini adalah salah satu bentuk penghormatan dan penghargaan kepada pemain musik sebagai pendukung terselenggaranya pesta. Dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba, Pargonsi disebut sebagai Batara Guru dianggap Dewa dan berhubungan dengan Tuhan Debata Mula Jadi Na Bolon. Sebelum pesta Horja diadakan, terlebih dahulu pihak hasuhuton pelaksana pesta Horja sebagai tuan rumah yaitu keturunan dari Ompu Uluan Gultom mengadakan musyawarah untuk membicarakan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan Pesta Horja ini. Salah satunya adalah memanggil Pargonsi. Pihak hasuhuton yang diwakili J. Gultom memanggil Pargonsi dengan membawa “napuran tiar untuk melakukan pangelekan” sirih dengan isinya sebagai permohonan dengan membujuk pargonsi supaya mau memenuhi panggilan hasuhuton untuk mengiringi tortor dengan memainkan musik Gondang Sabangunan. Saat itu yang dijumpai adalah pemain sarune parsarune atau 13 Pargonsi adalah pemain musik ensambel gondang dalam tradisi Batak Toba. Universitas Sumatera Utara pemain gondang partaganing yang diteruskan memanggil teman-temannya yang lain. Meskipun secara utuh pemberian napuran tiar sirih bersama sejumlah uang untuk melakukan pangelekan membujuk ini tidak semuanya menurut tradisi kepercayaan lama, tetapi tujuannya adalah sama yaitu membujuk pargonsi supaya mau memainkan musiknya pada saat pelaksanaan pesta. Karena keturunan dari Ompu Uluan Gultom itu telah banyak menganut agama Kristen, maka perlakuan terhadap Pargonsi ini dilakukan seijin gereja dengan hanya memberikan napuran tiar sebagai tanda penghormatan kepada pargonsi. Hal ini disebabkan karena peraturan gereja yang terdapat dalam “The Order of Dicipline of Church” Pengawasan Peraturan dalam Gereja [Protestan], yang salah satu larangannya adalah tidak boleh memberi buah pinang dan daging pada saat memanggil pargonsi sesuai dengan cara pra-Kristen Purba, 1998: 282. Oleh karena itulah pihak hasuhuton marga Gultom ini berusaha mengambil jalan tengah dalam cara pemanggilan pargonsi. Tujuan memberikan napuran tiar ini kepada pargonsi adalah supaya pemain musik itu baik dalam memainkan musiknya, kemudian dilakukan dengan benar dan penuh semangat. Hasuhuton yang menyelenggarakan pesta Horja ini pun akan merasa bahwa tujuan yang mereka harapkan akan tercapai melalui musik yang dibawakan pargonsi.

4.3.2 Adat Tu Pargonsi