2.2 Asal-Usul Masyarakat Batak Toba
Dalam mengaji asal-usul masyarakat Batak Toba, dapat ditinjau dari berbagai hal disebabkan minimnya data-data yang tertulis. Dalam mengaji
tentang asal-usul masyarakat Batak Tobadapat dilihat dari tiga hal, yaitu: 1 Pengertian Batak; 2 Catatan sejarah mengenai Batak, dan; 3 Kisahcerita yang
berkembang di masyarakat, yang dalam penulisan ini disebut mitologi tentang lahirnya suku Batak.
2.2.1 Pengertian Batak
Pengertian kata Batak sampai sekarang belum dapat dijelaskan dengan pasti dan memuaskan. Menurut J. Warneck, Batak berarti “penunggang kuda yang
lincah” tetapi menurut H.N. Van dier Tuuk batak berarti ‘kafir’, dan ada juga yang mengartikan ‘budak-budak yang bercap atau ditandai’ Lumbantobing, 1996:1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Batak mempunyai dua arti, yang pertama adalah orang-orang dari sub-etnis yang tinggal di Provinsi Sumatera
Utara dan arti yang kedua adalah sastra petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi mengembara, menyamun, merampok dan
arti dari pembatak adalah perampokpenyamun. Keterangan tersebut di atas tidak memastikan yang mana arti Batak yang
sesungguhnya. Jelasnya apabila orang mendengar kata Batak, tanggapannya adalah suatu etnis yang berdiamberasal dari Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sejarah Batak
Catatan sejarah mengenai asal-usul suku bangsa Batak tidak banyak ditemukan, sehingga sulit memperkirakan kapan sebenarnya suku bangsa Batak
mulai mendiami wilayah Sumatera Utara sekarang. Beberapa catatan sejarah yang umumnya telah dikutip berbagai penulis, yang dapat membuat suatu prediksi
tentang asal-usul masyarakat Batak akan dikemukakan sebagai berikut. Sehubungan dengan asal-usul suku bangsa Batak, Brahma Putro
mengemukakan bahwa pada zaman batu terjadi perpindahan bangsa dari Tiongkok Selatan ke Hindia Belakang, dan bangsa-bangsa Hindia Belakang
terdesak dan banyak pindah ke selatan, antara lain Campa, Siam, Kamboja. Lalu bertebaran ke Nusantara setelah melalui Malaya, dan sebahagian mereka-mereka
ini masuk ke Pulau Sumatera termasuk wilayah Sumatera Utara sekarang. Berdasarkan pendapat dari Brahma Putro tersebut maka suku bangsa Batak adalah
berasal dari bangsa-bangsa Hindia Belakang Putro, 1978:20. Tentang waktu perpindahan ini Brahma Putro juga mengutip berbagai
pendapat, di antaranya pendapat G. Gerrad, V. H. Geldern, Kern, Mhd. Yamin, sebagai berikut:
Menurut G. Gerrad, perpindahan itu terjadi dalam dua gelombang, gelombang pertama
kira-kira 1500 tahun sebelum Masehi, yang disebut ras Proto Malay Melayu Tua, dan gelombang kedua terjadi kira-kira 1000
tahun sebelum Masehi, yang disebut ras Deutro Malay Melayu Muda.
Universitas Sumatera Utara
V.H. Geldern mengatakan, Perpindahan pertama terjadi 2000 tahun sebelum Masehi, dan
perpindahan kedua terjadi kira-kira 300 tahun sebelum Masehi. Dr. Kern menyebutkan,
Perpindahan ras Proto Malay terjadi kira-kira 4000 tahun sebelum Masehi, dan perpindahan ras Deutro Malay, terjadi kira-kira 2000
tahun sebelum Masehi.
Mhd. Yamin, sependapat dengan teori Prof. Dr. Kern, yang menyebutkan bahwa perindahan pertama terjadi kira-kira 4000
tahun sebelum Masehi, dan perpindahan kedua terjadi kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi.
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikutip oleh Brahma Putro di atas, maka dapat diperkirakan bahwa suku bangsa Batak telah lama mendiami
wilayah Sumatera Utara sekarang. Dapat diperkirakan bahwa suku bangsa Batak adalah termasuk ras Proto Melayu Melayu Tua, karena desakan dari ras Deutro
Melayu maka melakukan migrasi ke daerah pedalaman Sumatera Utara, sehingga suku bangsa Batak lebih banyak mendiami wilayah pegunungan dan pedalaman,
sedang wilayah pesisir pantai didiami oleh suku bangsa Melayu yang kemungkinan besar adalah ras Deutro Malay.
Namun seorang putra Batak Toba yang pernah menjadi pendeta di berbagai gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang tertarik juga
mendalami sejarah, Andar M. Lumbantobing mengutip pendapat yang mengemukakan sebagai berikut.
Menurut beberapa prasasti peninggalan zaman Adityawarman abad ke-14, sekelompok murid dan pengikut aliran Mahayani telah
memasuki daerah pedalaman Sumatera Utara dan mereka menetap di sana, di tengah-tengah daerah pegunungan. Oleh sebab itu, di
daerah pedalaman ini terdapat pengaruh agama Mahayana, yang murid-muridnya, oleh dunia ilmu pengetahuan masa kini, diakui
Universitas Sumatera Utara
sebagai nenek moyang suku Batak yang kini mendiami daerah itu. Lumbantobing, 1996:1
Berbagai pendapat yang berbeda dilihat berdasarkan tarombo silsilah tertulis orang Batak, yang mengatakan bahwa nenek moyang suku bangsa Batak
adalah satu yaitu Si Raja Batak. Dari Si Raja Batak inilah berkembang sub-sub suku Batak yang mengembara ke wilayah-wilayah teritorial di atas sejalan dengan
perkembangan pemukiman baru atau perkotaan yang semakin meluas. Setiap pembukaan kampung baru biasanya diiringi dengan penabalan marga baru
terhadap orang yang membuka perkampungan tersebut. Cara ini terutama dilaksanakan di lingkungan sub-sub suku Batak Toba, sehingga dengan demikian
jumlah marga di lingkungan suku Batak Toba adalah relatif lebih banyak. Schreiner, 2002: 64
Melihat pendapat di atas maka suku bangsa Batak sebenarnya masih tergolong baru mendiami wilayah Sumatera Utara apabila dibandingkan dengan
pendapat yang mengatakan adanya perpindahan dua gelombang yaitu Proto Malay dan Deutro Malay yang telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun
sebelum Masehi. Hal ini apabila diurut dari tarombo Batak tersebut, yaitu Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan
generasi ke-19 wafat 1907. Mendukung pendapat yang berhubungan dengan Si Raja Batak ini, dari
kalangan yang sudah mulai meninggalkan mitos, membuat suatu rekayasa sejarah dengan menggabungkan mitos dan data yang dibuat. Di antara pendapat yang ada
golongan ini mengemukakan bahwa Si Raja Batak dan rombongannya data dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan
Universitas Sumatera Utara
menghuni Sianjurmulamula, lebih kurang 8 km arah barat Pangunguran, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, bahwa Si Raja Batak datang dari
India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba Sinaga, 1997:13.
Sejarawan Batak yang mengatakan bahwa Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba Simalungun sekarang atau dari Selatan
Danau Toba Portibi atau dari Barat Danau Toba Barus yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus, yang
terdesak akibat serangan Mojopahit. Hal ini diperkirakan berdasarkan batu tertulis prasasti di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Nilakantisasi Guru Besar
Purbakala dari Madras, India yang menjelaskan bahwa pada tahun 1024 Kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500
orang Tamil di Barus. Pada tahun 1275 Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, dan Padang Lawas.
Dilihat dari catatan sejarah bahwa sekitar tahun 1.400 Kerajaan Nagur Nakur berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun dan kejadian di atas diperkirakan bahwa Si Raja Batak adalah salah seorang yang sudah beberapa generasi berdiam di wilayah
timur atau selatan atau barat Danau Toba, namun dia mempunyai kemampuan yang menonjol dalam berbagai hal sehingga mendapat simpati dari rakyat banyak,
dan dapat dipastikan Si Raja Batak bukan langsung berasal dari Thailand atau India. Hal ini juga didukung pendapat yang mengatakan:
Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba
Universitas Sumatera Utara
kepadanya. Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak
memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya menurut buku Tarombo Bor-bor Marsada anak Si Raja Batak ada 3
tiga orang yaitu: Guru Tatea Bulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya marga-marga
Batak.
2.2.3 Mitologi Suku Batak Toba