2.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian sumber ekonomi penduduk Tapanuli Utara secara umum adalah di bidang pertanian. Dari luas wilayah itu dapat kita lihat luas panen
sawah 2.254Ha, dan produksi 12.665,29 ton. Untuk Rahut Bosi luas panen sawah 88 Ha, produksi 494,56 ton, luas
panen padi ladang di Rahut Bosi adalah 40 Ha, produksi 101,36 ton. Luas tanaman palawija di antaranya jagung 22 Ha, ubi kayu 12 Ha, dan ubi jalar 20 ha.
Untuk hasil tanaman perkebunan rakyat di antaranya kopi 121 Ha, kemenyan 420,00 Ha, kulit manis 2 Ha, jahe 0,19 Ha.
2.6 Kampung dan Desa
Dalam hal kemasyarakatan Batak Toba, urusanmasalah perkampung- andesa memiliki hubungan yang erat dengan sistem marga. Pada mulanya setiap
marga mendiami sendiri suatu area sebagai perkampungan yang disebut huta, yang kemungkinan juga merupakan suatu bahagian dari huta yang dihuni oleh
sekelompok induk marga dari suatu keturunan, yang disebut toga. Kesatuan masyarakat yang tercakup dalam suatu wilayah beberapa huta yang didiami unsur-
unsur marga satu keturunan disebut bius. Misalnya marga Nainggolan dalam cakupan bius Onan Runggu, namun marga Simamora dalam cakupan bius Dolong
Sanggul, marga Lumban Tobing dalam cakupan bius Tarutung, marga Sinambela dalam cakupan bius Balige, marga Pasaribu dalam cakupan bius Haunatas, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Huta memiliki watak persekutuan yang lebih menonjol daripada kelompok suku. Daerah suatu kampung, kecil adanya batas-batas pasti. Lebih tegas lagi, dia
adalah sebidang tanah tempat kampung berdiri dengan tembok dan paritnya. Jika pendiri membangun di atas tanahnya sendiri, atau di atas tanah yang telah
diduduki, maka parhutaan adalah bagian dari milik si pendiri serta keturunannya, dan akan terus begitu walaupun kampung itu pindah di kemudian hari ke lain
temat, dan parhutaan itu menjadi lobu yaitu huta yang ditinggalkan. Daerah kampung adalah suatu lapangan kecil empat persegi dengan
halaman bagus, keras dan kosong di tengah-tengahnya. Di satu sisi bidang empat persegi itu berdiri sekelompok kecil rumah-rumah, biasanya berbaris, setiap
rumah memiliki pekarangan dapur sendiri di bagian belakang. Berhadapan dengan barisan rumah terdapat lumbung padi. Biasanya, adapula satu atau dua kubangan
lumpur. Keseluruhan dikelilingi tembok yang ditumbuhi pohon-pohon bambu yang tinggi, kadang-kadang ada juga kampung dengan sebuah parit
mengelilinginya. Dalam hal pemerintahan komunitas suatu kampung masyarakat Batak
Toba, belum sampai kepada tingkat pemerintahan yang mampu mencakup suatu daerah luas di daerah pemerintahan yang mantap. Tidak ada orang atau orang-
orang yang memangku kekuasaan sentral. Sepanjang untuk keamanan, kadang-kadang dianggap perlu memiliki suatu
kampung sebagai pos tapal batas di tempat yang dianggap rawan, dari mana kelompok suku yang berdekatan diduga mungkin akan menyerbu. Dalam hal
demikian, setelah melalui perundingan antara wilayah-wilayah yang berdekatan,
Universitas Sumatera Utara
didirikanlah kampung, diisi dan dipeliharan sebagai sumbangan penting untuk mencegah musuh berani mendekat.
2.7 Agama dan Kepercayaan