bolon” harus mendirikan kayu sarung marnaik dan mengadakan acara gondang.
2.7.4 Siraja Batak
Organisasi Si Raja Batak berdiri sekitar tahun 1942, merupakan suatu kenangan terhadap Si Singamangaraja dengan memproklamasikan pemujaan
terhadap Mulajadi Na Bolon, penghormatan leluhur orang Batak, dan pemeliharaan adat. Perbedaan yang nyata antara organisasi Parmalim dan Si Raja
Batak adalah dasar pijakannya. Parmalim menekankan pada hal iman sedangkan Si Raja Batak menekankan pada hal adat.
Si Raja Batak didirikan oleh Raja Patik Tampubolon yang beranggapan bahwa tugas penganut Si Raja Batak adalah menghidupkan kembali persekutuan-
persekutuan bius melalui pengaruh adat yang berdasarkan kekuatan ilham yang supra alamiah. Tampubolon membuat “kitab suci” dari Si Raja Batak yang disebut
Pustaha Tumbaga Holing, yang oleh Tampubolon sendiri disebut sebagai pustaha yang berdasar pada mitos pustaha yang diberikan Mulajadi Na Bolon kepada Si
Raja Batak nenek moyang suku bangsa Batak, dan mencoba membuktikan melalui pustaha karangannya bahwa seluruh habatahon dasar-dasar kehidupan
dan setelah kehidupan masyarakat Batak adalah dasar anutan Si Raja Batak. Tetapi Tampubolon tidak menyebut agama, melainkan “adat” sebagai inti Si Raja
Batak Schreiner, 2002: 41-43. Hampir keseluruhan dari upacara-upacara penting Si Raja Batak
mempunyai kaitan dengan pertanian. Hal ini merupakan suatu warisan dari tata
Universitas Sumatera Utara
aturan parbaringin, yang senantiasa menyertakan siklus aktivitas pertanian dalam ritual bius.
Secara umum upacara peribadatan Si Raja Batak dapat dibagi atas tiga kelompok ritual, yaitu:
1. Upacara yang wajib dilaksanakan secara berkala dalam setahun, misalnya:
Gondang Patuat Boni Sipaha Ualu, suatu upacara sebelum menanam padi; Gondang Buhuni Taon, suatu upacara menjelang panen; Gondang Matumona
Sipaha Dua, upacara panen; Gondang Haroroni Habonaran Sipaha Lima, upacara menyambut kedatangan roh kebenaran; Gondang Sahala ni Raja Si
Singamangaraja, upacara memperingati kematian Si Singamangaraja. 2.
Upacara yang dilaksanakan oelah penganut Si Raja Batak yang berkenaan dengan adat dan dalihan na tolu, misalnya: Panangkokhon Saring-saring,
upacara menggali dan menguburkan kembali tulang-belulang leluhur, dan Gondang Debata Pasahat Tondi ni Naung Mate Matua, upacara kematian.
Upacara yang dilaksanakan oleh penganut Si Raja Batak berdasarkan keinginan perseorangan. Hal ini disebut sinta-sinta, misalnya: Sibaran, upacara
yang dilakukan atas permintaan seseorang yang telah menderita sakit dan mangompoi gorga, upacara peresmian rumah.
2.8 Kesenian Masyarakat Batak Toba 2.8.1 Seni Tari dan Seni Suara