Kristen Agama dan Kepercayaan

2.7.2 Kristen

Sejarah baru perkembangan yang sangat dinamis bagi masyarakat Batak Toba dimulai dalam tahun 1863, ketika misionaris dari Jerman, I.L. Nommensen menetap di Silindung. Sebelum itu, berabad-abad lamanya hampir tidak ada hubungan dunia luar, orang hidup terus dengan gayanya sendiri dan menurut pahamnya sendiri. Sebelum kedatangan I.L. Nommensen, dua orang pengabar Injil berkebangsaan Inggris, memasuki daerah Batak Toba tahun 1824, baru beberapa hari sampai di tanah Batak, mereka sudah dikejar-kejar, sehingga melarikan diri meminta perlindungan kepada pihak Belanda. Sepuluh tahun kemudian, dalam tahun 1834 dua orang penginjil Amerika harus menebus kegiatannya dengan nyawanya karena dibunuh Schreiner, 2002:56. Satu-satunya orang kulit putih yang tidak lama sesudah tahun 1850 dapat tinggal lebih lama di antara orang Batak-Toba adalah Neubronner Van Der Tuuk, tetapi ia berada dekat pantai di Barus di daerah pinggiran. Perjalanannya ke Danau Toba hampir saja berakhir dengan malapetaka baginya, ketika sekelompok masyarakat Batak Toba mengejar-ngejarnya. Hanyalah dengan melarikan diri dengan tergesa-gesa ia berhasil dapat mencapai kembali tempat tinggalnya di Barus. Tetapi untuk masa selanjutnya sikap masyarakat Batak Toba mulai terbuka dalam menerima agama baru. Hal ini merupakan paduan antara keinginan untuk merubah hidup dan gigihnya pekerjaan para zending. Mengenai persentasi penganut agama Kristen di Batak Toba, Geertz menuliskan: Agama Kristen telah dianut oleh kira-kira seperdua dari orang Batak; ada juga sedikit menjadi Islam, Universitas Sumatera Utara sedangkan nyang lainnya tetap memeluk apa yang dinamakan orang Batak Toba sebagai agama perbegu, yaitu kepercayaan kepada roh-roh. Greetz, 1986 Nommensen pun sebenarnya mengalami banyak kesulitan di tahun-tahun pertama. Dari berbagai pihak ia mengalami berbagai hambatan dan gangguan, berkali-kali nyawanya terancam. Karena wibawa pribadinya yang besar dan kesabarannya yang hampir melebihi kesabaran manusia ia dapat bertahan, dan bukan itu saja ia berhasil pula menobatkan beberapa orang di antara raja-raja, walaupun pada permulaannya agak perlahan-lahan. Sesudah itu gerakannya bertambah cepat, agama Kristen mencapai perkembangan yang cepat. Mula-mula di Silindung, kira-kira 15-20 tahun kemudian di Dataran Tinggi Danau Toba dan Balige dan sekitarnya. Di sekitar Danau Toba walaupun sudah melalui perjuangan yang sengit, dengan campur tangan sebuah ekspedisi militer Belanda dan pencaplokan daerah itu, hasilnya memuaskan bagi Zending. Akan tetapi memang sesudah tahun 1883 Zending telah benar-benar berhasil dengan misinya, orang Batak Toba memahami apa arti kesempatan yang diberikan Zending dan pemerintahan Belanda kepada mereka. Keamanan dan ketertiban, pembukaan daerah permukiman dan lahan pertanian yang baru banyak memengaruhi taraf kehidupan masyarakat Batak Toba. Masyarakat Batak Tobadiberi kesempatan untuk dididik menduduki kedudukan-kedudukan dalam Zending sebagai pengetua-pengetua, guru dan pendeta. Keunang, 1990: 302 Universitas Sumatera Utara

2.7.3 Parmalim