61
bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas kehidupan kerja dan perilaku ekstra peran karyawan berdasarkan karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin,
golongan dan lama waktu bekerja. Analisis deskriptif mengGambarkan proporsi jawaban responden terhadap
berbagai pilihan jawaban yang mendeskripsikan tentang perilaku ekstra peran melalui butir-butir peryataan yang tersedia dalam kuesioner.
3.6.2 Analisis SEM dengan PLS
Analisa pengaruh kepemimpinan transformasional dan kualitas kehidupan kerja terhadap perilaku ekstra peran karyawan menggunakan model Structual
Equation Model SEM dengan PLS. Terdapat beberapa alasan untuk menggunakan alat analisis PLS, antara lain:
1. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate indikator dengan skala
nominal sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama 2.
Dapat digunakan pada sample kecil. Minimal direkomendasikan sample 30 telah dapat digunakan.
3. PLS selain digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten.
4. PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indicator
refleksif dan formatif. 5.
PLS mampu mengestimasi model yang besar dan komplek dengan ratusan variabel laten dan ribuan indikator Ghozali, 2006.
3.6.3 Model Spesifikasi dengan PLS 1
Inner Model Inner relation, structural model dan substantive theory
Inner Model atau disebut juga inner relation mengGambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori. Model struktural dievaluasi dengan
melihat nilai R-Square untuk konstruk laten dependen, Stone Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t, serta signifikansi dari koefisien
62
parameter jalur struktural. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk
menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. 2
Outer Model Outer Reletion atau Measurement Model
Outer Model atau outer relation mendefinisikan bagaimana hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer Model terdiri dari 2 dua macam
mode, yaitu mode reflective mode A dan mode formative mode B. Mode reflektif merupakan relasi dari peubah laten ke peubah indikator atau ”effect”.
Sedangkan mode formative merupakan relasi dari perubah indikator membentuk peubah laten ”causal”.
Model pengukuran dengan indikator reflesi dievaluasi dengan Convergent Validity dan Discriminant Validity dari indikatornya. Convergent Validity dari
model pengukuran dengan refleksif indikator dengan penilaian didasarkan pada korelasi antara item score dengan construk score. Ukuran refleksif individual
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian awal dari pengembangan skala
pengukuran nilai loading 0,50 sampai dengan 0,60 dianggap cukup Chin, 1998 dalam Imam Ghozali, 2006.
Discriminat validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi
konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal itu menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok
mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Cara lain adalah melihat nilai square root of average variance extracted AVE setiap konstruk dengan
korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik Ghozali, 2006. Selain itu dievaluasi juga composite
reliability dari blok indikator. Composite reliabilty blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu
internal consistensy dan Cronbach’s Alpha.