Hakikat Kepemimpinan Transformasional Tinjauan Teoritis
28
4. Di dalam hasil penelitian tentang hubungan kepemimpinan transformasional
dan karakteristik personal pemimpin oleh Harsiwi, 2000, dikemukakan bahwa teori kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan terakhir
yang hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini. 5.
Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja
menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Perhatian orang pada kepemimpinan di
dalam proses perubahan management of change mulai muncul ketika orang mulai menyadari bahwa pendekatan mekanistik yang selama ini digunakan
untuk menjelaskan fenomena perubahan itu, kerap kali bertentangan dengan anggapan orang bahwa perubahan itu justru menjadikan tempat kerja itu lebih
manusiawi. 6.
Di dalam merumuskan proses perubahan, biasanya digunakan pendekatan transformasional yang manusiawi, di mana lingkungan kerja yang partisipatif,
peluang untuk mengembangkan kepribadian, dan keterbukaan dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi proses tersebut, tetapi di dalam
praktek, proses perubahan itu dijalankan dengan bertumpu pada pendekatan transaksional yang mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusia
cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem imbalan dan umpan balik negatif,
dalam rangka mencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya. Yukl dan Gary 2010 mengungkapkan keberadaan dua teori kepemimpinan
tersebut yaitu kepemimpinan karismatik dan transformasional. Kepemimpinan transformasional terinspirasi oleh James McGregor Burns, yang menulis buku
kepemimpinan dalam bidang politik. Namun penelitian secara empiris baru dilakukan oleh Bass pada tahun 1985 dan 1996.
Pada tahun 1980-an, para peneliti manajemen tertarik untuk mengkaji tentang kepemimpinan emosional dan aspek-aspek simbolis dari kepemimpinan. Teori
kepemimpinan karismatik dan transformasional dapat mengGambarkan pentingnya
29
aspek tersebut. Teori kepemimpinan transformasional seringkali dibandingkan dengan kepemimpinan transaksional, walaupun keduanya berbeda, seperti
diungkapkan oleh Stephen P.Robbins. ”Transformational are leader who inspire followers to transcend their own
self-interests and who are capable of having a profound and extraordinary effect on followers, while transactional leaders are leaders who guide or motivate their
followers in the direction of established goals by clarifying role and task requirements” Robbins, 2001.
Dari definisi tersebut, kedua pendekatan kepemimpinan tersebut tidak berbeda dalam hal bagaimana penyelesaian pekerjaan. Keduanya saling melengkapi. Dengan
kepemimpinan transformasional pengikut, dalam hal ini karyawan akan merasa memiliki trust atau kepercayaan, admiration, kesetiaan, dan hormat kepada pimpinan,
dan mereka termotivasi untuk melakukan atau memberikan lebih dari kewajiban mereka. Menurut Yukl 2010, seorang pemimpin dapat mentransformasi dan
memotivasi karyawan atau pengikut dengan: 1. Membuat mereka lebih waspada atau aware dengan hasil pekerjaan atau tugasnya, 2. Mengingatkan karyawan
bahawa mereka memiliki interest pribadi untuk digunakan di dalam kerja tim di organisasi, 3. Mengaktifkan kebutuhan tingkat tinggi karyawan.
Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju
sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Perhatian orang pada kepemimpinan di dalam proses perubahan
management of change mulai muncul ketika orang mulai menyadari bahwa pendekatan mekanistik yang selama ini digunakan untuk menjelaskan fenomena
perubahan itu, kerap kali bertentangan dengan anggapan orang bahwa perubahan itu justru menjadikan tempat kerja itu lebih manusiawi.
Di dalam merumuskan proses perubahan, biasanya digunakan pendekatan transformasional yang manusiawi, di mana lingkungan kerja yang partisipatif,
peluang untuk mengembangkan kepribadian, dan keterbukaan dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi proses tersebut, tetapi di dalam praktek, proses
perubahan itu dijalankan dengan bertumpu pada pendekatan transaksional yang
30
mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusia cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem
imbalan dan umpan balik negatif, dalam rangka mencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya Harsiwi, 2001.
Sebuah penelitian yang berjudul Transformational Leadership Style and its Relationship with Satisfaction yang dilakukan oleh Nawaz et al 2010 menjelaskan
tentang gaya kepemimpinan transformasional. Teori kepemimpinan transformasional
-
transaksional merupakan suatu paradigma yang dapat membantu untuk dapat memahami kepemimpinan dalam konteks yang lebih luas dan di tingkat dan fungsi
organisasi yang berbeda. Tema dasar dari penelitian ini adalah untuk menguraikan gaya kepemimpinan transformasional dan hubungannya dengan kepuasan. Penelitian
ini menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara gaya kepemimpinan dan kepuasan.
Implikasi dari penelitian ini dapat dijadikan landasan kebijakan, dimana pemimpin juga harus setuju pendapat para pengikut ketika mereka memiliki logika
dan penalaran yang sehat sehingga mereka dapat merasa percaya diri dan berubah menjadi pemimpin masa depan.
Ada lima faktor yang mengGambarkan kepemimpinan satu sampai tiga diterapkan pada kepemimpinan transformasional, empat dan lima untuk
kepemimpinan transaksional, yaitu 1.
Karisma, pemimpin mampu menginspirasi dengan nilai, rasa hormat, kebanggaan dan memperjelas visi.
2. Perhatian individu, seorang pemimpin memberikan perhatian lebih pada
kebutuhan pengikutnya dan memberikan proyek yang berarti, sehingga pengikutnya dapat berkembang secara personal
3. Memotivasi secara intelektual. Seorang pemimpin membantu pengikutnya
untuk berpikir secara rasional sehingga dapat berpikir kreatif. 4.
Penghargaan ketergantungan. Pemimpin memberikan informasi kepada pengikut sesuatu tugas, sehingga mereka dapat memperoleh reward bila
mengerjakannya.
31
5. Management by exception. Pemimpin memberi ijin kepada pengikut untuk
bekerja sesuai bidangnya dan tidak ikut campur tangan, kecuali tujuan tidak tercapai Ivancevich 1999.
Karisma merupakan hal terpenting dalam kepemimpinan trasformasional. Untuk meningkatkan karisma, pemimpin membutuhkan keahlian penilaian,
kemampuan berkomunikasi yang baik, dan sensitif atau peka terhadap orang lain. Mereka harus mampu untuk menjelaskan visi dan harus peka atas kekurangan
keahlian dari pengikutnya. Satu dimensi lagi yaitu menginspirasi bawahan dengan pemberian motivasi Robbins, 2001.
Karakteristik kepemimpinan transformasional juga seringkali dinyatakan
dengan The 4 I’s of Transformational Leadership, yaitu:
1 Idealized Influence I.I.: Developing the Vision. Pemimpin menekankan
pentingnya memiliki rasa kolektif misi dan meyakinkan orang lain bahwa hambatan akan bisa diatasi. Mereka bersedia mengambil resiko, mereka
konsisten, dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar, dan menunjukkan standar tinggi etika dan moral.
2 Inspirational Motivation I.M.: Selling the Vision. Pemimpin
mengartikulasikan visi masa depan, berbicara optimis tentang masa depan dan antusias tentang apa yang harus dicapai.
3 Intellectual Stimulation I.S.: Finding the way forwards. Pemimpin
merangsang upaya orang lain untuk menjadi inovatif dan kreatif dengan asumsi mempertanyakan, mendapatkan orang lain untuk melihat masalah dari
berbagai sudut. Mendorong pemikiran non
-
tradisional. Ide-ide baru dan solusi kreatif dikumpulkan.
4 Individualized Consideration I.C.: Leading the Charge. Pemimpin
mengajar menghabiskan waktu dan pembinaan dan membantu orang lain untuk mengembangkan kekuatan mereka. Peluang baru belajar diciptakan
bersama dengan iklim yang mendukung mereka untuk tumbuh.
32
Gambar 1 berikut menunjukkan peta posisi kepemimpinan transformasional dibandingkan dengan pola kepemimpinan transaksional.
Gambar 1. Multifactor Leadership Questionnaire Actual Vs Ought Feedback Report
Sumber: http:www.mlq.com.au
Seorang pemimpin transformasional lebih efektif karena tidak saja mereka kreatif, namun juga mendukung mereka yang mengikutinya. Di dalam organisasi atau
perusahaan dengan pemimpin transformasional, terdapat desentralisasi tanggungjawab yang lebih besar, manajer lebih memiliki kecenderungan untuk
mengambil risiko. Pemimpin transformasional juga meningkatkan kinerja dengan membangun konsensus diantara anggota grup Robbins 2001.